LIPUTAN KHUSUS

Beda Nasib Dua Eks-Anggota Persib Bandung

Martinus Adinata & Arby Rahmat | CNN Indonesia
Senin, 14 Mar 2016 10:25 WIB
CNNIndonesia.com mencoba menyambangi PS Nusa Raya dan UNI Bandung, dua eks klub internal Persib Bandung.
Pemain SSB Nusa Raya ketika berlatih di lapangan di daerah Dayeuh Kolot, Bandung. (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat Putratama)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tiga pekan sebelum ulang tahun Persib Bandung, 14 Maret, CNNIndonesia.com mencoba sowan ke markas dua klub eks-anggota Persib.

Lokasi pertama adalah markas Nusa Raya, salah satu klub yang berdiri sekitar 1986. Menyusuri sebuah jalan di Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung, dan lika-liku gang, tim peliput akhirnya tiba di lokasi.

Di samping sebuah sekolah dasar, terhampar lapangan sepak bola yang tak lagi berumput. Kondisi lapangan Pasigara, biasa lokasi itu disebut, sangat becek, mirip seperti kubangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Senin (29/2) siang itu, langit juga tampak mendung, sesekali turun hujan kecil. "Kalau musim hujan begini bisa sampai tergenang air. Kalau sudah begitu, kami terpaksa tidak latihan dulu," ujar Ronny, salah satu staf pelatih Nusa Raya, kepada CNNIndonesia.com.

Masuk lagi ke dalam gang, terdapat sebuah rumah dengan warung di sampingnya. Itu merupakan sekretariat Nusa Raya.

Di rumah sederhana itu pula yang menjadi tempat penitipan peralatan bertanding dan latihan seperti bola, dan marka latihan.

Selepas dari Persib, Nusa Raya beserta 35 Persatuan Sepak Bola (PS) lainnya berada di bawah Asosiasi Kota (Askot) Bandung. Segala macam aktivitas seperti kompetisi dan pendanaan juga langsung dari Askot.

Namun, Nusa Raya yang juga membawahi Sekolah Sepak Bola (SSB) Dayeuhkolot United, lebih banyak membiayai operasional secara mandiri, meski sederhana. "Bantuan dari Askot memang tetap ada. Waktu itu kami dapat Rp 10 juta, tapi untuk periode yang tidak pasti," ujar Budi Agung, Ketua Umum Nusa Raya.

"Tidak mungkin kami hanya berharap dari situ (Askot) karena bisa tidak berjalan kegiatan di sini (Nusa Raya)."

Menurut Budi, pendanaan biasanya datang dari swadaya para orangtua murid yang menitipkan anak-anaknya di SSB Dayeuhkolot United. "Tapi tidak sedikit juga yang tidak mampu. Biasanya, bagi mereka yang tak mampu tapi punya bakat, tidak dikenakan biaya karena ada subsidi silang atau tambahan dari pengurus," ucapnya.

Budi sendiri mengaku tak pernah bosan untuk keluar kocek pribadi yang tidak sedikit demi keberlangsungan SSB ini.

"Mau bagaimana, di sinilah harapan-harapan anak-anak bisa diwujudkan. Kami yang mampu tentu harus peduli juga," ucap Budi.

Beberapa nama besar, macam mantan kapten Persi Dadang Hidayat, Gilang Angga, dan pemain Maung Bandung era 1980-an, lahir dari Nusa Raya. Mereka ini pula yang menjadi inspirasi bagi bocah-bocah di Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung.

Dadang Hidayat, juga mencoba memberikan semangat kepada anak-anak Dayeuhkolot untuk terus mewujudkan mimpinya. "Jangan sampai mimpi itu pudar. Jangan lihat keterbatasan sebagai halangan untuk maju. Terpenting harus terus kerja keras," ujar Dahi, sapaan akrabnya, saat ditemui CNNIndonesia di hari yang sama.

Selang beberapa hari kemudian, CNNIndonesia.com, mencoba menyambangi UNI Bandung, salah satu eks-anggota Persib lainnya. Fasilitas di PS itu agaknya bagai bumi dan langit jika dibandingkan Nusa Raya.

Menyusuri sebuah jalan Ciwastra, Bandung Barat, kami masuk ke dalam jalan kecil bernama Jalan Batu Raden, Ciwastra. Lokasinya persis di belakang Pasar Ciwastra.

Di pinggir jalan kecil itu, dijumpai sebuah gerbang bertuliskan UNI Bandung. Ya, di lokasi itulah letak markas baru eks-anggota Persib.
Tribun di lapangan POR UNI Bandung di Ciwastra. (CNN Indonesia/Martinus Adinata)

UNI termasuk yang cukup beruntung. Proyek penggusuran lapangan bersejarah mereka di bilangan Karapitan, Kota Bandung, membuat PS itu memiliki fasilitas yang sangat lengkap.

Di sana, terdapat tiga lapangan luas untuk latihan. Satu petak lagi juga rencananya akan dibangun lapangan futsal.

Salah satu pengembang memang memberikan semacam tukar guling sebagai kompensasi dari pembebasan lahan di Karapitan untuk sebuah apartemen mewah di tengah Kota Bandung.

Bahkan, dibangun pula tribun, lengkap dengan kantor dan kamar-kamar untuk pemain dan staf pelatih.

Selain itu, nama besar UNI di Bandung juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para orangtua yang ingin menyekolahkan anaknya di SSB UNI. Klub itu memang satu-satunya yang tertua di Bandung, berdiri 1903, lebih tua dari Persib yang berdiri pada 1933.

Meski lapangan terlihat sudah gundul, lapisan pasir di atasnya tampak bahwa sebelumnya ditumuhi rumput-rumput lebat. "Tapi memang kami masih mencari solusi bagaimana bisa ditumbuhi rumput lagi karena semua lapangan dipakai di hari yang sama, setiap hari," ujar pelatih kepala UNI Bandung, Sabrun Hanafi.

Pemisahan Persib dengan klub anggotanya juga bukan masalah bagi UNI. "Tak berpengaruh bagi kami karena kami bisa hidup mandiri secara swadaya," ucap Sabrun.

"Kami juga rutin bikin kompetisi antar SSB. Baru-baru ini kami gelar turnamen memperingati hari ulang tahun UNI, akhir Februari lalu."

Di ruang kantor berukuran 5x3 meter, berjejer trofi-trofi koleksi klub itu di lemari penyimpanan, dari masa ke masa. Salah satunya piala liga antar SSB yang digelar oleh salah satu harian olahraga di Jakarta.

Terdapat pula semacam prasasti UNI yang dulunya masih menjadi milik salah satu warga Belanda. (bac)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER