Jakarta, CNN Indonesia -- Predikat kontroversial tampaknya kian melekat terhadap sosok Iwan Setiawan. Drama itu pun kembali muncul tatkala ia melatih Pusamania Borneo FC (PBFC).
Ya, Iwan lagi-lagi mundur dari kursi kepelatihan setelah timnya mengalami kekalahan pada laga perdana dari Sriwijaya FC, skor 1-3, Jumat (18/3) lalu di Stadion Si Jalak Harupat.
Bahkan, pelatih yang biasa bicara blak-blakan itu sudah tak mendampingi PBFC dari bangku cadangan saat timnya ditekuk Persib Bandung 0-1, Minggu (20/3) malam. "Saya sudah memutuskan mundur Minggu (20/3) siang harinya sebelum pertandingan," ujar Iwan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya juga bicara kepada staf dan pemain bahwa saya tak lagi melatih PBFC."
Ini kali kedua Iwan memilih mundur secara dadakan dari PBFC. Sebelumnya pada Piala Jenderal Soedirman Cup 2016, ia mundur usai timnya kalah adu penalti dari PS TNI, skor 4-6, setelah kedudukan kedua tim sama kuat 2-2.
Namun, pelatih yang senang berkelakar itu mengungkapkan alasan berbeda soal pengunduran kedua kalinya dari PBFC. "Kalau sekarang saya mundur karena beda prinsip dengan manajemen, tak ada yang perlu lagi saya lanjutkan di tim ini (PBFC)," tukas Iwan.
Pelatih yang pernah menangani Persija Jakarta ini tak mau mengungkapkan alasan lebih lanjut soal perbedan prinsip yang dimaksud.
Ketika disinggung penyebab mundurnya karena faktor intervensi di klub, Iwan memilih bungkam.
Sementara itu, keputusan mundurnya dari PBFC pada turnamen sebelumnya di Piala Jenderal Soedirman, dilakukannya karena komitmennya. "Saat itu saya bilang akan mundur jika PBFC kalah dari PS TNI," ucap Iwan.
"Hasilnya, PBFC kalah dan saya menepati ucapan saya untuk mundur."
Pelatih yang kerap mengenakan baju koko saat mendampingi timnya ini pun sebelumnya sempat memprotes keputusan wasit ketika PBFC kalah 1-3 dari Sriwijaya FC. "Kalau wasit seperti malam ini (PBFC vs Sriwijaya FC), jujur bukannya menambah baik, justru menambah buruk lagi persepakbolaan Indonesia," terang Iwan.
"Sayang sekali Polri yang menggelar turnamen untuk menghidupi kami yang bergantung dari sepak bola, harus tercoreng."
(bac/bac)