Jakarta, CNN Indonesia -- Perjalanan ribuan kilo meter dimulai dari sebuah langkah. Bagi Aprian Arun dan Adiyono, dua pemanjat yang berniat menjajal tebing-tebing tertinggi di dunia, langkah itu dimulai di Tebing Parang, Purwakarta.
Keduanya bersahabat sejak duduk di bangku kuliah, dan sama-sama memiliki mimpi untuk menembus batas kemampuan lewat panjat tebing. Mimpi ini akan mereka wujudkan dalam Indonesia Bigwall Project (IBP) yang digawangi PT Caldera Indonesia.
Proyek IBP itu akan dimulai pada Juni nanti di Gunung Aiguille de Dru di Chamonix, Perancis, dan berakhir pada Maret 2017 di tebing Tsaranoto di Madagaskar, Afrika.
Teriknya matahari di Tebing Parang jadi teman mereka menempa diri sebelum bisa mengibarkan bendera merah-putih di tujuh tebing tertinggi di dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tebing yang terletak di Gunung Parang ini memang menjadi tempat latihan bagi para pemanjat tebing kelas dunia.
"Ketinggian dan lokasi dari Tebing Parang baik untuk digunakan latihan, khususnya para pendaki Indonesia yang terlibat dalam Indonesia Bigwall Project," kata Eelco Koudijk, Direktur PT Caldera Indonesia, kepada CNNIndonesia.com di kantornya, Jumat pagi (22/4).
Akses menuju Gunung Parang sebetulnya tidak sulit bila menggunakan kendaraan pribadi. Normalnya, perjalanan ke sana hanya memakan waktu sekitar kurang lebih dua jam saja dari Jakarta bila arus kendaraan lancar dan sampai tanpa tersesat.
Setiba kaki gunung, para pemanjat harus berjalan kaki sekitar 400 meter dari lokasi parkir kendaraan menuju tempat memanjat Tebing.
Dari kejauhan, tebing yang sudah dibuka untuk umum lebih dari 30 tahun itu terlihat seperti sebuah bongkahan batu besar yang menyembul ke permukaan.
Tebing Parang memiliki tiga puncak (tower). Tower I memiliki ketinggian 963 meter dan digunakan untuk jalur pariwisata panjat tebing. Sementara Tower II dan III yang memiliki ketinggian 400 dan 300 meter ini digunakan untuk tempat latihan para atlet panjat tebing, pecinta alam, atau bahkan Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
"Kopassus biasanya latihan di sini dua atau satu kali setahun, untuk melatih ketahanan fisik mereka," ucap salah seorang warga di sana.
Namun bagi para pemanjat tebing, Tebing Parang dirasa sebagai tempat latihan yang layak untuk sekedar memenuhi hasrat hobi memanjat, ataupun persiapan ekspedisi.
 Tebing Parang sering digunakan para pemanjat tebing untuk berlatih. (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat P) |
Memanjat Tebing-tebing Tertinggi DuniaAprian Arun (29) dan Adiyono (28) pun menggunakan Tebing Parang dalam mempersiapkan diri untuk ekspedisi IBP.
"IBP ini adalah upaya kami untuk menjadi pemanjat tebing terbaik di dunia, mencatar rekor dunia. Karena belum ada pemanjat tebing yang mengelompokkan tebing-tebing tinggi di dunia dari berbagai benua, untuk dipanjat dalam satu perjalanan," ujar Ady ketika berbincang dengan CNNIndonesia.com.
Demi manggapai mimpi tersebut, berbagai pengalaman memanjat tebing sudah Ady lalui.
Sarjana pertambangan Universitas Trisakti tersebut sebelumnya telah menjuarai sejumlah Kejuaraan Panjat Tebing tingkat provinsi di Banten (2006) dan Jakarta (2007, 2008).
Peringkat dua dalam Kejuaraan Panjat Tebing Nasional pada 2009 tersebut juga pernah melakukan ekspedisi ke Cartenz Pyramid pada 2014 lalu. Mantan Pelatih Tim Panjat Tebing Jakarta ini pun sudah meraih puncak Tebing Parang sebanyak tujuh kali.
Aprian pun tak kalah hebat dengan Ady. Juara dari Kejuaraan Panjat Tebing Tercepat di Jakarta pada 2005 itu telah melakukan berbagai ekspedisi panjat tebing di dalam maupun luar negeri sebagai bekal, misalnya saja Gunung Sarira di Sulawesi Selatan (2007) dan Dragon Horn di Pulau Tioman, Malaysia (2010).
Tebing Parang pun sudah ia jajal 20 kali sejak 2003 sampai 2015.
"Saya selalu pikir kalau orang lain bisa, kenapa kami tidak?" tutur Apri yang kini bekerja sebagai Manajer Operasional di Caldera.
"IBP ini mimpi yang sudah lama saya ingin gapai sejak terjun di dunia pecinta alam," tuturnya menambahkan.
Dalam waktu yang tersisa jelang keberangkatan ke tebing pertama di Gunung Aiguille de Dru pada Juni mendatang, Apri dan Ady beserta dua rekan tim lainnya Hendry Julian (31) dan Muhammad Raydi Koto (24), mulai intensif berlatih di Tebing Parang hampir setiap hari.
"Terkadang kami juga mencoba malam hari dan menginap di atas tebing dengan menggunakan tenda yang menggantung. Kami juga coba mulai memanjat lebih pagi dari semula pukul lima pagi, menjadi tiga atau empat dini hari. Ini semua untuk menyesuaikan diri kami saat memanjat tebing yang kondisinya berbeda dari Indonesia nanti," kata Apri.
"Selain itu, kami juga rutin melakukan jogging, bolak-balik puncak Tebing Parang, dan mendaki gunung untuk memperkuat ketahanan dan stamina kami," ucap Ady menambahkan.
Berikut adalah target tebing-tebing dunia yang akan dipanjat para atlet IBP:
Juni-Juli 2016
1. Gunung Aiguille de Dru di Chamonix, Perancis
2. Stetind Wall di utara Norwegia
3. Gunung Ketil Fjed di selatan pulau Greendland, Kutub Utara
Oktober 2016
4. Cartenz Pyramid di Indonesia
Desember 2016
5. Cerri Torrw di Patagonia, Argentina
Maret 2017
6. Yosemite di Amerika Serikat
7. Tsaranoto di Madagaskar, Afrika
(vws)