Jakarta, CNN Indonesia -- Atmosfer kompetisi profesional yang coba dibangun Indonesian Soccer Championship (ISC) mulai ternoda. Serangkaian kasus kericuhan antarsuporter terus memakan korban.
Setelah salah satu suporter Persija Jakarta, Muhammad Fahreza, diduga meninggal akibat dianiaya aparat, kini seorang suporter PSS Sleman pun meregang nyawa.
Suporter Sleman, Stanislaus Gandhang Deswara (16), diduga meninggal akibat bentrokan dengan suporter lainnya di Jalan Magelang KM 14, Triharjo, Sleman Minggu (22/5) dini hari WIB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, bentrok antarsuporter pun mewarnai pertandingan Persegres Gresik United melawan PS TNI di Stadion Petrokimia Gresik, Minggu (22/5).
Suporter PS TNI yang mayoritas anggota TNI ikut tersulut emosi dan meluapkannya dengan adu fisik. Sebanyak sembilan suporter Gresik harus dilarikan ke rumah sakit karena menderita luka cukup serius.
PT Gelora Trisula Semesta (GTS) selaku operator kompetisi ISC tengah mendalami laporan aksi bentrok antarsuporter yang marak terjadi akhir-akhir ini. Mereka berjanji akan menerapkan sanksi sesuai dengan regulasi yang telah disepakati.
"Untuk menentukan sikap, kami perlu mendengar dan melihat bukti dari banyak pihak untuk mendapatkan akar permasalahan," kata Drektur Kompetisi PT GTS Ratu Tisha Destria yang dihubungi CNNIndonesia, Minggu (22/5) malam).
Tisha mengaku belum bisa merinci sanksi apa yang bakal dikenakan kepada klub atau pihak yang terbukti bersalah.
Pendiri pusat data dan statistik olahraga LabBola itu juga enggan menjawab pertanyaan apakah PT GTS berani untuk mencoret klub peserta sebagai sanksi ulah negatif suporter.
"Laporan pertandingan detail perlu kita lihat dan pelajari dulu, baru kami akan menentukan hukuman apa yang akan ditetapkan," ujar Tisha.
Bentrok antarsuporter sepak bola bukan barang langka di Indonesia. Tak jarang, korban nyawa melayang sia-sia akibat rivalitas semu yang diselesaikan lewat jalur anarkis.
Namun, peristiwa suporter meninggal akibat dianiaya aparat baru terdengar baru-baru ini. Hingga kini, baik operator maupun pihak kepolisian belum mampu menemukan pihak yang bertanggung jawab.