Faktor Nonteknis Tantangan Terberat Menangani Persib

Ahmad Bachrain | CNN Indonesia
Senin, 20 Jun 2016 13:19 WIB
Persib Bandung kini mencoba membangun kembali budaya Ngariung atau kebersamaan dan kekeluarhaan di antara para pemain, staf pelatih dan ofisial tim.
Dejan Antonic (kanan) memilih hengkang setelah sulit mendongkrak performa Persib. (ANTARA FOTO/Agus Bebeng)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak satu dekade belakangan, tak banyak pelatih yang mampu bertahan lama di Persib Bandung. Mungkin hanya sosok macam Djadjang Nurdjaman yang punya 'kesabaran' menjadi pelatih Persib selama empat musim mulai 2012 hingga 2016.

Selebihnya, para juru taktik itu hanya bertahan satu atau paling lama dua tahun macam Jaya Hartono. Bahkan, ada pula yang tak sampai semusim sudah keburu angkat kaki.

Yang menarik jika melihat dari musim 2006, nama-nama pelatih ekspatriat macam Darko Janackovik (2010), Jovo Kuckovic, Drago Mamic, bahkan yang terakhir Dejan Antonic, bertahan kurang dari semusim.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dejan memutuskan melempar handuk karena merasa tak mampu lagi menangani Persib Bandung dengan segala kerumitan di dalamnya.

Benar, faktor nonteknis memang sepertinya menjadi tantangan terberat untuk menangani Maung Bandung. Pelatih yang mampu memiliki latar belakang bagus dan punya kemampuan taktik ciamik, tak lantas bisa bernasib baik di Persib.

Di antara faktor di luar teknis tentu ada pada situasi keseharian tim di dalam maupun luar lapangan. Kultur kekeluargaan dan kebersamaan yang sangat erat, atau jika dalam istilah Sunda disebut Ngariung, menjadi salah satu komponen tak kalah penting di tim itu.

Terdengar remeh, tapi itu rupanya juga sangat penting. Sejumlah pemain mengakui, kebersamaan dan keluwesan berinteraksi macam itu memang yang sempat memudar, sepeninggal Djadjang dari tim.

Itu juga terungkap melalui pengakuan pemain muda Persib, Yandi Sofyan. Ia memang belum lama bergabung bersama Persib.

Namun, setidaknya merasakan betul perbedaan tersebut. "Dulu memang terasa sekali apa-apa selalu bersama. Mau datang ke latihan pun harus bersama-sama," tuturnya.

"Bahkan sampai hal-hal lainnya seperti salat selalu berjamaah sebelum bertanding, termasuk juga makan selalu bersama."

Kendati demikian, hengkangnya Dejan dari Persib bukan ada masalah antara pemain dan pelatih asal Serbia itu. "Ia (Dejan) memang tidak cerita ke pemain saat pamit dari Persib. Tapi yang jelas, kami masih sangat menghormatinya sebagai pelatih," tutur Yandi.

"Sebagai pelatih, Dejan juga tentu sangat disiplin, sama seperti pelatih-pelatih lainnya. Tapi setiap pelatih kan punya pendekatan personal berbeda-beda."

Menurutnya, Persib pun kini mencoba lagi membangun kebiasaan lama untuk semakin merekatkan tim di bawah pelatih sementara, Herry Setiawan. "Kami juga masih ada pemain senior seperti kang Atep, Hariono atau Tantan. Mereka bisa jadi anutan dan mengayom kami yang muda," tutur Yandi.

Ia menjelaskan, salah satu hal baik di Persib adalah tak ada pembedaan perlakuan antara yang muda dan senior. "Semua sama dan seperti keluarga," tuturnya.

"Sebenarnya semangat kekeluargaan bukan hanya identik dengan Persib, tapi di tim lain juga."

Masalah kebersamaan yang sempat memudar itu pula diamini oleh Zulham Zamrun. "Meski saya baru bergabung di Persib, saya merasakan hal mungkin sama dirasakan pemain-pemain yang lama di sini seperti pudarnya kekeluargaan," ungkapnya.

Zulham juga menampik jika ada masalah antara pemain dan Dejan. "Kami malah masih bisa bercanda dengan pelatih. Cuma memang ada kebiasaan baik yang hilang yang pernah dirasakan rekan-rekan yang lebih lama dari saya di Persib," tutur pemain asal Ternate itu.

Berbeda dengan Yandi dan Zulham, jawaban polos justru disampaikan Tantan. "Dejan adalah pelatih bagus dan hebat. Saya juga tidak mengerti kenapa bisa jadi begini (penurunan penampilan Persib)," ungkap Tantan.

"Mungkin karena memang bukan jodohnya atau rezekinya Dejan di Persib. (bac)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER