Jakarta, CNN Indonesia -- Kedatangan Pep Guardiola di Manchester City menjadi tonggak era selanjutnya dalam sejarah kesebelasan yang berbasis di Stadion Etihad tersebut. Setelah Sheikh Mansour membeli ManCity pada 2008 silam, ini adalah kali pertama City ditangani pelatih kelas dunia.
Era Mark Hughes, Roberto Mancini, dan Manuel Pellegrini adalah masa ketika City berubah dari semula sekadar klub kaya menjadi klub yang punya daya tarik bagi para pemain kelas dunia. Sementara pada era Guardiola mereka akan memanfaatkan status itu untuk menjadi klub raksasa.
Setelah menggelontorkan uang lebih dari 500 juta euro di era kepemilikan Sheikh Mansour, City memang hanya mendapatkan empat gelar, yaitu dua kali juara Liga Inggris, satu juara Piala FA, dan satu Piala Liga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di kompetisi Liga Champions, prestasi tertinggi mereka adalah satu kali menembus partai semifinal.
Meski pada sesi konferensi pers Guardiola menyebut dirinya tidak dibebani dengan target juara, mengumpulkan berbagai gelar secara tersirat menjadi beban yang akan ditanggung pelatih asal Spanyol itu.
Sebuah revolusi dalam skuat pun diperlukan untuk mendukung ide-ide Guardiola di kota Manchester.
Dalam buku Ferran Soriano, petinggi ManCity yang juga bekerja dengan Guardiola semasa di Barcelona, disebutkan bahwa Guardiola adalah tipe pelatih yang lebih senang membentuk tim inti yang kecil yang terdiri atas 14-15 pemain.
Ini berbeda dari Jose Mourinho yang lebih senang mengisi skuatnya dengan para pemain bintang untuk membuat mereka berkompetisi satu sama lain demi tempat di tim inti.
Karena itulah, meski akan melakukan perombakan besar-besaran, Guardiola diperkirakan takkan menumpuk pemain.
Lalu apa saja yang harus ia cari di bursa transfer kali ini?
Sektor BelakangManchester City menggelontorkan £32 juta untuk bek tengah Nicolas Otamendi pada bursa musim panas 2015 dan £42 juta untuk Eliaquim Mangala pada satu musim sebelumnya. Namun sektor belakang tetap menjadi yang paling krusial untuk dibenahi.
Hal ini dikarenakan belum konsistennya penampilan Mangala dan semakin sering cederanya kapten sekaligus palang pertahanan utama mereka, Vincent Kompany. Mangala hanya bermain 23 kali di EPL musim lalu sementara Kompany 14 kali.
Bongkar pasang di lini pertahanan ini yang membuat ManCity kebobolan 41 kaii gol musim lalu -- terbanyak di antara klub yang menempati posisi lima besar di klasemen akhir. Sebagai perbandingan, Leicester yang menjadi juara hanya kebobolan 36 kali.
Nama Leonardo Bonucci disebut-sebut sebagai pemain yang sangat disukai oleh Guardiola. Selain keandalannya dalam bertahan, Bonucci juga punya cukup kemampuan dalam memimpin serangan dan mengatur aliran bola, sebagaimana ia tunjukkan bersama Juventus dan timnas Italia.
Namun City harus merogoh kocek dalam-dalam untuk pemain 29 tahun itu dan hal itulah yang akan menjadi penghalang utama. Dalam beberapa tahun ke belakang, kebijakan City sendiri adalah mengeluarkan dana mahal hanya untuk pemain yang berusia di bawah 25 tahun.
Seandainya perburuan Bonucci berbuah kegagalan, maka perhatian Guardiola tampaknya akan dialihkan sepenuhnya pada John Stones, bek muda yang juga nyaman mengolah bola, terutama karena Aymeric Laporte telah diikat kuat oleh Athletic Bilbao.
Sektor
fullback pun menyisakan masalah di masa depan dengan Aleksander Kolarov, Bacary Sagna, Pablo Zabaleta, dan Gael Clichy yang telah berusia kepala tiga. Namun jika dibandingkan dengan kebutuhan akan pemain tengah baru, masalah
fullback ini tampaknya bisa ditunda penyelesaiannya sampai pertengahan musim atau bursa musim panas tahun depan.
 Nolito salah satu pemain baru di era Pep Guardiola. (Laurence Griffiths/Getty Images) |
Lini TengahSeorang gelandang bertahan yang pintar mengolah bola dan disiplin sangat krusial dalam tim Guardiola. Ia memiliki Sergio Busquet ketika di Barcelona dan bersikukuh menempatkan Philipp Lahm di posisi ini ketika menangani Bayern Munich.
Fernando, Fernandinho, serta Yaya Toure yang sering terpancing dari areanya berpeluang besar kehilangan tempat di skuat Guardiola. Apalagi sang pelatih punya rekam jejak menjual Toure ketika masih di Barcelona.
City memang telah mendapatkan Ilkay Guendogan untuk menutupi sektor ini, namun dengan sang pemain yang kini diterpa cedera panjang, maka City bisa berburu satu pemain lainnya untuk melapis Guendogan dan juga menambah kokoh lini tengah.
Paul Pogba menjadi salah satu nama yang kerap dikaitkan dengan Guardiola. Daya dobrak Pogba sangat cocok dengan permainan Guardiola yang menyenangi pressing tinggi.
Selain itu, salah seorang pemain favorit Guardiola semasa di Munich, Toni Kroos, juga dikaitkan dengan kepindahan ke ManCity. Kroos yang tampil impresif di Piala Eropa 2016 sangat mirip permainannya dengan Xavi Hernandez, gelandang yang punya peran penting di Barcelona era Guardiola.
Selain memiliki keandalan dalam mengumpan, mengolah, dan melindungi bola, Kroos juga dikenal memilki kepandaian secara taktik dan akan sentral bagi Guardiola menyampaikan instruksi bagi timnya.
 Ilkay Guendogan baru bisa bermain pada September nanti. (Reuters / Craig Brough) |
Sektor DepanCity masih memiliki stok pemain kreatif yang melimpah dalam sosok David Silva, Samir Nasri, Kevin De Bruyne, Raheem Sterling, dan juga masuknya Nolito dari Celta Vigo.
Namun Guardiola berpeluang melepas mereka demi mendapatkan pundi-pundi uang untuk mendapatkan pemain belakang baru, atau mencari pemain yang sesuai dengan tipe permainannya: bisa melakukan pressing tinggi dan senang bermain melebar.
Salah satu pemain yang cocok dengan ciri-ciri seperti itu adalah pemain sayap Schalke 04, Leroy Sane. Dengan kecepatan, kemampuan menggiring bola, serta mengeksploitasi ruang sempit, Sane akan melakukan fungsi yang dijalankan Franck Ribery atau Arjen Robben semasa di Munich.
Kombinasi Sane-Nolito akan memberikan dimensi berbeda karena keduanya fasih mencetak gol -- satu hal yang minim dilakukan Silva atau Nasri.
Di sektor penyerang, Guardiola masih memiliki Sergio Agüero, Wilfried Bony, atau Kelechi Iheanacho. Dengan ketiganya yang cocok dengan permainan Guardiola yang mengandalkan penguasaan bola, maka sektor ujung tombak ini berpeluang tidak dirombak, atau justru mendapat prioritas terakhir untuk direvolusi.
(vws)