Derek Redmond yang Dikenang Bukan Karena Medali Emas

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Sabtu, 06 Agu 2016 16:17 WIB
Derek Redmond dikenal bukan lantaran dirinya sukses meraih medali emas. Redmond dikagumi karena semangat dan daya juang yang ditunjukkannya di lintasan.
Derek Redmond menunjukkan semangat juang luar biasa di Olimpiade Barcelona 1992. (Bob Martin/Allsport via Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Banyak atlet yang namanya harum lantaran dan dikenal karena prestasi mengagumkan di Olimpiade. Namun nama Derek Redmond, pelari asal Inggris, dikenal bukan lantaran torehan medali emas, melainkan semangat juang yang ditunjukkannya di lintasan.

Redmond, atlet asal Inggris Raya, berusia 26 tahun ketika ikut turun di nomor lari 400 meter pada Olimpiade 1992 di Barcelona. Olimpiade ini bisa jadi merupakan kesempatan terakhir bagi Redmond untuk berjaya setelah empat tahun sebelumnya ia absen lantaran empat tahun sebelumnya ia mengalami cedera tendon achilles.

Redmond adalah sosok yang akrab dengan cedera. Untuk bisa tampil di Olimpiade 1992, Redmond sudah menjalani delapan kali operasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya benar-benar merasa 100 persen sebelum perlombaan berlangsung. Sebelumnya saya menjalani dua babak dengan bagus. Malam sebelum semifinal saya berkata pada ayah dan pelatih untuk tampil lebih agresif sebagai persiapan sebelum final."

"Saat perlombaan, segalanya berjalan baik. Saya memulai start dengan bagus dan hal itu sejatinya tidak biasa bagi saya," kata Redmond, seperti dikutip dari The Guardian.

Sekitar 150 meter perlombaan berlangsung, Redmond menyadari ada yang tak beres dengan tubuhnya. Hamstring kanannya bermasalah dan laju larinya pun terhenti. Para pelari lainnya pun dengan cepat meninggalkan Redmond dan menyentuh garis finis.

Perlombaan semifinal 400 meter telah usai dan pemenangnya sudah diketahui. Steve Lewis, Roberto Hernandez, Ibrahim Ismail, dan Susumu Takano sukses memastikan tiket semifinal. Namun bagi Redmond, lomba belum selesai.

Setelah beberapa saat duduk berlutut, Redmond bangkit dan kembali berlari. Sejumlah petugas memintanya untuk menyingkir namun hal itu tak dipedulikan Redmond. Redmond terus berlari menuju garis finis.

"Saya bangkit dengan cepat kemudian menyingkirkan sejumlah orang yang menghalangi saya."

"Saya berkata pada diri saya sendiri bahwa saya tak boleh keluar dari Olimpiade dengan cara seperti ini. Saya tak sadar saya ada dimana. Saya masih percaya bahwa saya mampu lolos kualifikasi," tutur Redmond mengenang.

Perjuangan bukan hanya milik Redmond, melainkan juga milik sang ayah, Jim. Jim langsug turun ke arena untuk membujuk Redmond. Sejumlah petugas sempat menghalangi Jim namun akhirnya ia mampu menggapai Redmond.

Jim meminta Redmond untuk berhenti agar cederanya tak berpengaruh pada performanya di nomor estafet. Namun kemudian hal itu ditolak oleh Redmond.

"Kalau begitu, mari mencapai garis finis bersama-sama," tutur Jim.

Gemuruh tepuk tangan pun mulai memadati stadion atletik. Mereka terkesima dan larut dalam haru pada semangat yang ditunjukkan oleh Redmond dan sang ayah. Momen itu pun jadi salah satu momen yang paling dikenang dan jadi contoh pas tentang semangat kompetisi serta semangat Olimpiade.

"Itu adalah reaksi spontan, sama halnya bila saya melihatnya kecelakaan. Sejatinya, saya pun turun bukan untuk membantunya mencapai finis karena pada awalnya saya ingin dia berhenti."

"Saya tak tahu bagaimana reaksi penonton sampai akhirnya saya melihat tayangan ulang. Reaksi penonton adalah hal terakhir yang saya pikirkan," ujar Jim. (ptr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER