Jakarta, CNN Indonesia -- Kehebatan Liliyana Natsir bertahan di level atas sepanjang kariernya membuat banyak juniornya kagum. Bukan hanya pebulutangkis ganda campuran, melainkan juga pemain tunggal putra seperti Jonatan Christie.
Liliyana telah jadi tulang punggung Indonesia sejak usia belasan. Ia bahkan mampu jadi juara dunia di usia 19 tahun pada tahun 2005. Sebelas tahun berselang, Liliyana mampu menjadi juara Olimpiade 2016.
Keberhasilan Liliyana mempertahankan level permainan di level elite meskipun banyak terjadi pergantian generasi di negara lain adalah sebuah hal yang dikagumi oleh Jonatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Liliyana adalah salah satu pemain terbaik yang dimiliki oleh Indonesia."
"Liliyana sadar bahwa dirinya memiliki tanggung jawab besar namun tak terlihat takut mengemban tanggung jawab tersebut. Karena itu dia tak pernah gentar melawan siapapun," kata Jonatan kepada CNNIndonesia.com.
Nama besar Liliyana bukan hanya dikagumi oleh pemain-pemain Indonesia melainkan juga banyak pemain di dunia ini. Bagi Jonatan, hal itu adalah efek dari performa konsisten Liliyana di lapangan.
"Dia bisa menutupi kelemahan yang dimilikinya dengan kelebihan yang ia miliki. Jadi seolah dia tak memiliki kelemahan," tutur Jonatan.
Untuk bisa mencapai level yang ditunjukkan oleh Liliyana selama ini, Jonatan pun menyadari bahwa hal itu tak akan datang dengan otomatis. Liliyana butuh kerja keras dalam latihan sehari-hari.
"Saya melihat dia begitu tanggung jawab dalam latihan. Walaupun usianya sudah tak lagi muda, namun ia tetap mau berlatih keras, terutama dalam persiapan Olimpiade kali ini," ujar Jonatan.
Duet Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir berhasil mengakhiri mimpi buruk tim bulutangkis Indonesia di ajang Olimpiade. Emas yang dibawa pulang Tontowi/Liliyana membuat Indonesia kembali melanjutkan tradisi emas di ajang empat tahunan tersebut.
(ptr)