Jakarta, CNN Indonesia -- Anda harus berhati-hati terhadap mereka yang pendiam. Jika anggapan itu cocok untuk menggambarkan seseorang, tentunya sosok tersebut adalah Carlo Ancelotti.
Ia memiliki salah satu rekam jejak paling mengagumkan di dunia sepak bola -- satu dari tujuh orang yang memenangi Liga Champions sebagai pemain dan pelatih, juga menjadi satu dari dua pelatih yang memenangi Liga Champions tiga kali.
Pria 57 tahun itu tidak mencapai berbagai prestasi tersebut dengan berteriak, menggerutu, atau membentuk mental para pemainnya dengan menggunakan permainan pikiran. Ia melakukannya dengan ketenangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengangkat suara pelan ketika dibutuhkan, berujung pada kesuksesannya mengumpulkan piala demi piala.
"Tenang adalah cara saya mengatur orang -- tenang karena ini adalah gaya saya, karakter saya, kepribadian saya," kata Ancelotti kepada
CNN Internasional sebelum laga pertamanya bersama Bayern Munich di kompetisi Bundesliga, yang berakhir dengan kemenangan 6-0 melawan Werder Bremen.
Beberapa orang coba untuk mengubahnya, seperti Roman Abramovich di Chelsea. Namun Ancelotti tak semudah itu untuk mengubah kepribadan. Sikapnya ini didapat, menurut Ancelotti, dari masa kecilnya. Ia tumbuh di desa kecil di Emillia-Romagna, sebelah utara Italia.
"Saya coba untuk menjaga hubungan saya dengan orang lain," kata Ancelotti. "Saya tumbuh seperti ini karena saya tinggal pada keluarga yang sangat tenang."
"Saya memiliki ayah yang sangat pendiam, sehingga karakter saya telah terbentuk sejak awal."
Ancelotti telah menggunakan pengalaman yang ia dapatkan sepanjang hidupnya untuk mendapatkan hasil yang bagus dalam kariernya sebagai pelatih. Dimulai pada 1990, ia pernah menangani klub-klub Italia seperti Reggiana, Parma, Juventus dan Milan, tim Inggris Chelsea, kesebelasan Perancis Paris Saint Germain, dan juga raksasa Spanyol Real Madrid.
Ia telah merebut gelar liga atau piala di setiap negara yang ia singgahi, terkadang dalam musim yang sama.
Ancelotti --asisten pelatih ketika Italia kalah di final Piala Dunia 1994-- percaya bahwa hubungannya dengan para pemain adalah kunci kesuksesannya.
"Dengan para pemain, hal yang terutama adalah saya harus menjadi diri saya sendiri," katanya. "Saya tak bisa menggunakan kepribadian lainnya karena saya tak memilikinya."
Prinsip ini tampaknya bekerja dengan baik. Sejumlah pemain kelas dunia pun berbondong-bondong memberikan pujian bagi Ancelotti.
"Saya mengatakan bahwa Carlo adalah yang terbaik, dan saya telah bekerja dengan yang terbaik," kata Zlatan Ibrahimovic, yang pernah bekerja di bawah pelatih-pelatih kelas dunia seperti Jose Mourinho atau Pep Guardiola.
"Ia adalah yang terbaik," ujar mantan bintang tim nasional Italia, Alessandro Nesta. "Anda harus memahami betapa pintar dirinya dalam soal taktik."
Nesta, Paolo Maldini, Filippo Inzhagi, dan juga Gennaro Gattuso yang dikenal sebagai pria berkepribadian keras, menangis ketika Ancelotti meninggalkan AC Milan pada 2009 silam, ketika mengakhiri delapan tahun masa kepelatihan yang sukses menyumbangkan gelar-gelar Liga Italia, Liga Champions, dan juga Piala Dunia Antarklub.
"Ia benar-benar peduli, dan ia meluangkan waktunya untuk peduli," kata mantan kapten Inggris, John Terry. "Ini yang membuatnya jadi yang terbaik."
Hubungan antara Terry dan Mourinho disebut-sebut sangat erat -- tapi tidak jika dibandingkan dengan Ancelotti.
"Bagi saya, ia yang terutama," kata bek veteran itu soal Ancelotti.
Bahkan Cristiano Ronaldo pun mengatakan hal senada. Menurutnya, atmosfer Real Madrid di bawah kepemimpinan Ancelotti adalah "spektakuler". Bintang tim nasional Portugal adalah salah satu pemain yang protes paling keras ketika Ancelotti akan dipecat Real Madrid pada 2015 -- hanya satu tahun setelah mengantarkan La Decima bagi El Real.
Jadi apa rahasia Ancelotti?
"Saya tak pernah punya masalah dengan para pemain -- dalam sepanjang karier saya," kata Ancelotti.
"Saya tahu yang dipikirkan para pemain tentang berbagai situasi -- dan saya tahu ketika seorang pemain bahagia atau tidak, dan alasan mereka seperti itu."
"Saya benar-benar menikmati pekerjaan saya. Ini bukan pekerjaan, ini sebuah gairah. Saya hanya sangat menyukai --setiap harinya-- pekerjaan saya."
Terkadang Ancelotti diberi label "Pembisik Para Diva". Ia menegaskan bahwa bekerja dengan para pemain bintang adalah hal mudah karena keinginan mereka untuk menjadi yang terbaik -- ia menyebutkan nama Cristiano Ronaldo sebagai contoh.
"Ketika kami kembali seusai pertandingan tandang pukul tiga dini hari, ketimbang pergi tidur, ia akan melakukan mandi es. Ini berarti ia sangat profesional," katanya soal Ronaldo.
"Mengatur para bintang hebat itu mudah, karena kebanyakan dari mereka sangat serius, sehingga tak sulit --- benar-benar tidak."
Ancelotti juga menekankan betapa penting skuatnya, karena ia tak mungkin mengendalikan presiden, para penggemar, atau juga media.
Untuk pria yang dikenal karena ketenangannya, Ancelotti memiliki idola yang cukup mengagetkan.
Ia terpesona oleh karakter utama di film The Godfather.
"Ketika Anda menyaksikan Vito Corleone dalam The Godfather, apakah Anda melihat lelaki yang pendiam dan lemah, atau Anda melihat pria yang tenang dan berkuasa yang mampu mengendalikan situasi?" katan Ancelotti lewat buku biografinya.
Ini komentar yang menjelaskan sosok Ancelotti sebenarnya, meski ia tak memiliki sedikitpun rekam jejak kekerasan.
Setelah kesuksesan bersama Milan pada 2003 dan 2007, lalu Real Madrid di 2014, kini Bayern juga berharap pada magis Ancelotti.
"Carlo Ancelotti telah menikmati sukses di setiap klub yang ia latih, dan telah memenangi Liga Champions tiga kali," kata presiden Munich, Karl-Heinz Rummenige saat Ancelotti dikenalkan sebagai pengganti Pep Guardiola, pelatih yang kini telah berada di Manchester City.
"Carlo adalah pelatih yang tenang dan juga seimbang, yang tahu caranya menangani pemain bintang dan menyukai berbagai cara bermain -- kami mencari kriteria seperti ini, dan telah menemukannya."
Setelah bertahun-tahun bekerja di bawah pemilik klub yang senang memberi tuntutan seperti Abhramovich, Florentino Perez, dan juga Silvio Berlusconi, mantan manajer Italia itu kini akan senang bekerja dengan para petinggi klub seperti Rummenigge dan Mathias Sammer.
Bayern juga tentu akan mendapatkan keuntungan dari masa rehat yang didapatkan Ancelotti setelah bekerja untuk Madrid.
"Saya kira ini sangat baik, untuk memiliki masa libur satu tahun setelah 20 tahun bekerja," katanya. "Saya menikmati tempat-tempat indah seperti Kanada, tapi sekarang saya siap untuk memulai kembali."
Bersama Bayern, ia menantikan masanya mendapatkan kesuksesan dalam periode yang lama.
Terlepas dari ketenangan perilakunya, perjalanan Ancelotti bersama Munich dipastikan akan penuh liku dan dinamika.
(vws)