ANALISIS

Menakar Agresivitas Kesebelasan Liverpool

Dika Dania Kardi | CNN Indonesia
Kamis, 01 Sep 2016 14:48 WIB
Saat di Jerman, Juergen Klopp dikenal dengan taktik agresif bernama Gegenpressing. Mampukah komposisi skuat lengkap Liverpool musim ini menerjemahkannya?
Philippe Coutinho (kiri), Roberto Firmino (tengah), dan Adam Lallana (kanan) harus bisa menerjemahkan taktik Juergen Klopp yang memiliki ciri khas bertahan dari depan. (Reuters / Michael Dalder)
Jakarta, CNN Indonesia -- Senyum lebar yang selalu ditunjukkan Juergen Klopp kembali menghiasi wajahnya ketika ia tampil dalam acara Premier League Show pekan lalu. Juru taktik asal Jerman itu mendapatkan pertanyaan tentang target setelah menandatangani perpanjangan kontrak dari Liverpool hingga 2022.

"Saya akan suka untuk terus merayakan [trofi] dalam enam tahun, enam kali setelah enam musim, setiap waktunya selalu merayakan sesuatu. Itu akan terlihat hebat," kata Klopp dikutip dari Goal.

"Berada di atas bus melintasi [jalanan] Liverpool, merayakannya bersama 700 ribu orang. Saya akan suka melakukan itu. Itu akan menyenangkan."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, tunggu dulu. Ini baru musim 2016/17 baru berjalan. Jalan masih panjang bagi pria berkacamata tersebut untuk membuktikan prestasi di Anfield.

Musim lalu, Klopp yang mengganti Brendan Rodgers di kursi juru taktik pada OKtober 2015 itu memang mampu mencuri hati Kopites--sebutan untuk pendukung Liverpool.

Ia mampu mengantar Liverpool mencapi dua partai final yakni Piala Liga dan Liga Europa. Sayang, di dua kejuaraan tersebut Liverpool kalah dari lawannya di partai puncak--Manchester City di Piala Liga dan Sevilla di Liga Europa.

Dan, sayang Liverpool tak bisa berlaga di Eropa musim ini karena hanya finis di urutan ke delapan Liga Inggris musim lalu. Tapi, setidaknya Liverpool bisa berkonsentrasi untuk memburu titel Liga Inggris--bersama Chelsea yang juga tak berkompetisi di Eropa.

Namun, setelah tiga pekan, Chelsea bersama sang manajer baru, Antonio Conte, justru lebih unggul dibandingkan Liverpool. Chelsea ada di papan atas bersama duo Manchester setelah meraih hasil sempurna dalam tiga pekan.

Sementara Liverpool, sejauh ini masih berada di luar Eropa yakni di urutan ke-11.

Setelah mampu menang dramatis atas Arsenal pada pekan pertama, Liverpool kelihatan tak berdaya saat kalah 0-2 dari tim promosi Burnley pada pekan kedua. Terakhir, di pekan ketiga Liverpool hanya imbang 1-1 dengan Tottenham Hotspur setelah mampu unggul lebih dulu.

Tiga Momok Liverpool

Ada tiga hal yang selalu menjadi momok Liverpool yakni kesulitan mencetak gol, ketika unggul lini belakang mudah kecolongan, dan selalu lengah menghadapi tim kecil.

Dalam laga pekan ketiga di kandang Spurs (27/8), Liverpool hanya sempat unggul lewat gol yang dilesakkan James Milner dari titik penalti (43'). Namun, Danny Rose berhasil membuat kedudukan imbang pada menit ke-72.

Alberto Moreno (kiri) dinilai sebagai titik lemah pertahanan Liverpool. (Reuters / Eddie Keogh)
Berkaca dari hasil tiga pekan Liga Inggris berjalan, para Kopites pun berharap Klopp mendatangkan pemain baru yang bisa menambal ruang yang sering kecolongan.

Alberto Moreno yang biasa diplot sebagai bek kiri dinilai tak baik dalam bertahan, kemudian Simon Mignolet pun dinilai tak fokus dalam menjaga gawangnya.

Untuk Mignolet, para pendukung Liverpool pun bisa berharap Loris Karius yang dibeli dari Mainz 05 bisa menjadi pelapis atau pesaing yang lebih baik di bawah mistar. Tapi, Karius masih dalam pemulihan dan baru diprediksi kembali pada 24 September 2016. Sementara pelapis Mignolet adalah kiper veteran Alexander Manninger (39).

Lantas untuk pos bek kiri, ketika jendela transfer ditutup, 31 Agustus 2016, Klopp tak membeli pemain lagi. Sehingga akhirnya, untuk sektor bek kiri, Klopp akan tetap mengandalkan Moreno atau James Milner yang dalam laga terakhir dicoba dalam posisi tersebut.

Menjaga Penyerang 'Kaca'

Berbeda dengan musim lalu, mulai musim panas ini Klopp tak memiliki banyak pilihan di lini depan. Salah satu alasannya mungkin adalah tak berlaga di Eropa.

Setelah melewati tenggat waktu jendela transfer musim panas Klopp melepas Christian Benteke (Crystal Palace), Jordon Ibe (AFC Bournemouth), Luis Alberto (Lazio), Mario Balotelli (Nice), Joao Teixeira (Porto), dan Lazar Markovic (Sporting Lisbon).

Sementara itu sebagai pengganti di lini serang, Klopp hanya  mendatangkan Sadio Mane (Southampton).

Dalam jendela transfer pemain musim panas ini Klopp memang lebih memperkuat barisan tengah dan pertahanan sentral. Dua bek yakni Ragnar Klavan (Augsburg) dan Joel Matip (Schalke 04) telah bergabung.

Kemudian di tengah Georginio Wijnaldum (Newcastle United) dan Marko Grujic (Red Star Belgrade) pun sudah berseragam The Reds.

Juergen Klopp (kanan) perlu bijak menjaga waktu bermain Daniel Sturridge (kiri) yang masih rentan cedera. (Reuters / Lee Smith)
Minimnya jumlah penyerang itu pun akhirnya membuat Klopp melanjutkan percobaannya musim lalu yakni mencoba Roberto Firmino di barisan depan. Selain itu ia masih memiliki Danny Ings yang semusim lalu menghilang karena cedera, serta penyerang muda Belgia Divock Origi.

Terakhir adalah ikon serangan Liverpool setelah Luis Suarez hengkang ke Barcelona, Daniel Sturridge. Namun, Sturridge memiliki masalah yakni mudah cedera sehingga menjadikannya mendapatkan julukan 'penyerang kaca'.

Musim lalu saja, Sturridge tercatat terluka hingga empat kali yang membuatnya memiliki menit bermain sedikit akibat cedera kambuhan tersebut.

Hal itu pulalah yang membuat Klopp mencoba menggunakan Sturridge dengan bijak. Sepanjang musim ini Sturridge tak pernah bermain penuh selama 90 menit. Terakhir, dalam laga tandang di markas Spurs, Sturridge justru masuk sebagai pemain pengganti pada menit ke-85.

Dengan kekuatan depan tersebut, Klopp memang harus bersiasat agar taktiknya yang dikenal dengan istilah Gegenpressing sejak menukangi Borussia Dortmund bisa diterapkan di Liverpool.

Klopp membutuhkan para pemain yang bisa bertahan sejak di lini depan guna mencuri gol ke gawang lawan. Adam Lallana, Phillippe Coutinho, dan Sadio Mane menjadi pilihan.

Sementara di lini tengah Wijnaldum bersama Henderson, Grujic, Emre Can, James Milner, atau Luvas Leiva harus menjaga keseimbangan serangan sekaligus menghalau serangan lawan di lini tengah.

Pertanyaannya? Mampukah barisan pertahanan Liverpool bertahan dengan baik ketika dua lini terdepan kecolongan, sehingga agresivitas Liverpool tetap terjaga.

(kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER