Formula 1 Renggut Keceriaan Rio Haryanto

Arby Rahmat | CNN Indonesia
Jumat, 16 Sep 2016 11:14 WIB
Rio Haryanto kecil lebih sering tertawa dan berbicara dengan orang tuanya. Kini seluruh perhatian Rio hanya tercurah pada mimpinya membalap di Formula 1.
Rio Haryanto membalap pada 12 seri Formula 1 bersama Manor Racing. Ia kini menjadi pebalap cadangan tim asal Inggris itu. (Dok. Manor Grand Prix Racing Ltd)
Jakarta, CNN Indonesia -- Berkutat di dunia balap mobil sejak usia enam tahun berpengaruh banyak pada kepribadian seorang Rio Haryanto, pebalap yang bisa disebut sebagai yang terbaik yang pernah lahir dari Indonesia.  

Olahraga salip menyalip memang menjadi kegemaran Rio dari kecil. Hobi itu kemudian berkembang jadi mimpi yang menjadi kenyataan: Rio jadi pebalap Merah Putih pertama yang menembus Formula 1.

Menembus ajang balap level elite itu bukan persoalan mudah. Selain harus menempuh berbagai jenjang, mulai Gokart hingga GP2, ia pun perlu membawa dana sponsor yang jumlahnya tak kecil: 15 juta euro, atau setara Rp225 miliar. Untuk mewujudkannya, Rio terus berkeliling dari satu media ke media, dari satu instansi ke instansi, menemui sekian banyak pihak untuk meminta dukungan agar bisa mencapai cita-citanya tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari awal mula keterlibatannya di Formula 1, Rio pun telah mengalami banyak masa-masa mendebarkan. Hal ini diceritakan ibunda Rio, Indah Pennywati, saat berbincang dengan CNNIndonesia.com di kediamannya di kota Solo beberapa waktu lalu.

"Ya, ketika Rio akan masuk ke F1, memang sangat krusial sekali soal dana. Tadinya Pertamina belum pasti memberi dukungan. Waktu itu kepastiannya ditunggu Manor. Di situ Rio benar-benar stres karena itu adalah kesempatan dia untuk berada di Formula 1. Tahun depan belum tentu ada kursi untuk dia," kata Indah.

"Saya sendiri juga tidak bisa tidur dan sakit perut."

Indah mengungkapkan, orang pertama yang mengetahui bahwa Rio berhasil menembus Formula 1 adalah sang manajer, Piers Hunnisett. Rio sendiri baru dikabari hanya satu hari sebelum pengumuman resmi yang digelar Pertamina, 18 Februari silam.

"Sekitar pukul delapan malam, Piers mengajak mengajak Rio duduk di dekatnya. Rio langsung dipeluk Piers dan kami semua terharu. Saya, Piers, dan Rio. Akhirnya semua yang sudah dicita-citakan dan diharapkan dengan kerja keras dia akhirnya bisa membuahkan hasil," kata Indah.  

Koleksi Piala Rio Haryanto saat berkompetisi di ajang GP3 dan GP2. (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat)

Kesuksesan memastikan satu kursi Formula 1 bukan berarti akhir kerja kerasnya. Tugas selanjutnya menanti Rio, yaitu berkenalan dan menaklukkan kerumitan mobil Formula 1. Menjalani waktu balapan yang lebih lama yang membutuhkan ketahanan fisik yang lebih tinggi, atau bekerja sama dengan tim yang jauh lebih besar ketimbang GP2.

Seiring waktu, menurut Indah, berbagai tantangan ini mengubah Rio menjadi sosok yang lebih serius.

"Sebenarnya dia itu dari kecil anak yang ceria. Jadi waktu kecil itu masih gemuk, dan banyak temannya, serta gemar main basket. Memang dia dari kecil senang olahraga," kata Indah.

"Nah sekarang ini dia jadi lebih pendiam, karena memang harus fokus ke balap. Kadang-kadang kami juga susah menemuinya. Sekarang juga tidak terlalu banyak bicara seperti dulu. Dia selalu konsentrasi dan berpikir terus ke mobilnya ini," kata Indah.

Rio Haryanto (kanan) saat berusia 11 tahun. (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat)

Indah sadar, hal itu adalah konsekuensi jalan hidup yang dipilih anaknya yang kini berusia 23 tahun tersebut.

Dalam olahraga yang memaksa para pebalapnya memacu mobil hingga lebih dari 200 kilo meter per jam itu, ketelitian memang sangat dibutuhkan. Perbedaan satu detik, atau satu derajat dalam memutar setir, bisa berarti banyak.

Hal inilah yang selalu menjadi beban pikiran Rio tahun ini, ketika ia pertama kalinya menyandang status sebagai pebalap Formula 1.

"Dia selalu berpikir: Saya kurang apa? Tadi saya kok melakukan salah di sini? Itu terus menjadi beban pikiran. Jadi tidak hanya sekadar balap dan selesai. Kecuali memang kalau ada libur panjang, dia bisa lebih santai," katanya menambahkan.

Indah sendiri menjadi sosok penting dalam perkembangan Rio sebagai pebalap. Sebagai istri seorang mantan pebalap Indonesia, Sinyo Haryanto, Indah selalu mendukung dan mendampingi perjalanan sang anak bungsu dari empat bersaudara tersebut.
Indah Pennywati kerap mendampingi Rio Haryanto di berbagai ajang. (Screenshoot via Instagram/@sahabatrio)

Sebagai orang yang paling dekat dengan Rio, Indah juga menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan Rio sebagai pebalap. Dari awal Rio masuk Gokart, Indah selalu menyiapkan kebutuhan dari surat-surat, perizinan, transportasi, pakaian, sampai makanan.

"Kalau saya ikut ke arena balap, dia (Rio) itu sebenarnya kurang suka. Karena pebalap-pebalap yang lain kan tidak banyak yang diikuti oleh orang tuanya. Tapi kita ini sebagai orang timur ya kadang-kadang kekhawatiran itu lebih besar," ujar Indah.

Pengorbanan Indah pun Rio balas dengan berbagai prestasi balap. Sejak pertama kali ikut ajang balap pada 2008, Rio terhitung sudah 41 kali naik podium. Ia juga pernah berakhir di peringkat ketiga Formula Asia 2.0 2008 dan menjadi juara di Formula BMW Pasific 2009.

Ketika berkarier di GP2, Rio juga sempat tiga kali menjadi juara dalam seri balapan di Bahrain, Austria, dan Inggris.

Pada akhirnya dalam dua tahun terakhir Rio juga menjadi pemuda yang paling dibicarakan di Indonesia. Terlebih saat dia berhasil mendapat satu slot di ajang Formula Satu (F1).

Seiring dengan semakin populernya Rio, Indah mengakui bahwa dirinya menjadi kurang bebas bila ingin menghabiskan waktu bersama anaknya. Kalau sedang ingin jalan-jalan dengan Rio, selalu saja banyak yang meminta foto, tanda tangan atau sekedar say hello.

"Jadi kalau umpama mau pergi makan, jalan-jalan ke mall, jadi jarang sekali. Konsekuensinya ya itu. Harus banyak ketemu orang, banyak diajak foto, tidak fokus jalan-jalan. Kadang sedang makan, ada yang mau minta foto dan harus dilayani," ucap Indah.

(vws)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER