Jakarta, CNN Indonesia -- Pekan Olahraga Nasional, ajang multievent yang digelar setiap empat tahun sekali, telah resmi ditutup dengan tuan rumah Jawa Barat menjadi juara umum setelah merebut 217 emas.
CNNIndonesia.com berbincang dengan empat kontingen dari berbagai daerah di Indonesia untuk menanyai pengalaman mereka di ajang tersebut, evaluasi terhadap penyelenggaraan, dan hal-hal yang perlu diperbaiki untuk empat tahun mendatang.
Empat wakil kontingen yang berbincang dengan
CNNIndonesia.com adalah Ketua Tim Advance Maluku Utara M. Ikhsan Usman, Ketua Kontingen Jawa Tengah Sukahar, Wakil Ketua Kontingen Sulawesi Barat Muslim Fatta, dan Ketua Kontingen Kalimantan Barat Slamet Rahardjo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana menurut pendapat Anda mengenai penyelenggaraan PON tahun ini?Maluku Utara: Secara keseluruhan cukup baik dibandingkan dengan yang sebelumnya. Persiapan tuan rumah cukup. Nilai plus adalah pelaksanaannya baik, minusnya karena kepadatan lalu lintas di Jabar. Secara umum cukup puas dengan kinerja wasit.
Jawa Tengah: Penyelenggaraan akomodasi, tranportasi, dan lain-lain ini baik. Artinya, sesuai dengan harapan. Kalau ada kekurangan itu hal yang wajar, khususnya tentang pertandingan. Memang semua kontingen itu ingin menang, hanya saja kemenangan harus dicapai dengan cara yang sportif,
fairplay.
Kalau tentang Jateng dirugikan pasti ada. Terlebih cabor yang sifatnya subjektif atau yang tidak terukur contohnya cabor taekwondo, judo, karate, kempo, pencak silat, gulat. Ini memang di dalam pertandingan yang subjektif terletak pada penjurian. Saya menginginkan pertandingan itu bisa berjalan sportif, sehingga atlet tidak dirugikan. Saya berharap evaluasi ke depan yang kemarin tidak terjadi lagi.
PON mestinya jadi ajang pembinaan. Hasil produk di pon bisa dipakai untuk SEA Games atau Asian Games.
Sulawesi Barat: Saya melihat sistem koordinasi tidak begitu baik, sehingga kami kontingen ini terganggu. Banyak masalah di koordinasi dan komunikasi dengan panitia penyelenggara maupun panitia pelaksana. Yang terdaftar tidak sesuai/sinkron dengan yang ada di keabsahan. Banyak ketidaksesuaian penerapan dalam buku
technical handbook yang dikeluarkan PB PON.
Kemudian di dalam pelaksanaan pertandingan di takraw, misalnya. Atlet kami tanding jam empat sore dan kami sudah siap sejak jam satu siang. Ternyata kami tanding jam satu dini hari dan baru selesai jam dua lewat.
Saya dengar-dengar bahkan ada tim yang tanding jam dua dini hari. Ini ajang sekelas PON dan jadwal tidak sesuai? Salah satu kendalanya keterlambatan waktu tanding itu adalah mekanisme pemberian penghargaan medali butuh waktu lama, tidak ada konsep pemberian pengharagaan. Tidak efektif.
Kemudian juga konsep penanganan jadwal tidak matang, hanya berjalan seperti air yang mengalir. Ini ada apa?
Kemudian ketua Panpel Takraw mengeluarkan kata-kata kurang etis kepada saya. Saya merasa tersinggung dan dipermalukan. Tidak semestinya kata-kata yang terkesan mengajak berkelahi itu keluar. Sampai dekat ke muka saya bicaranya.
Dan banyak hal yang dikomplain terkait netralitas wasit.
Tapi tentu ada juga sisi baik dari PON 2016. Kami disambut baik, proses penyelesaian masalah bagus. Memang tidak mudah melakukan pekerjaan besar tanpa ada kesalahan.
PON ke depan harusnya betul-betul diperhatikan yang menjadinya sportivitas,
fairplay. Kami tidak mengedepankan kepentingan daerah, tapi bagaimana kita melahirkan atlet internasional dari sebuah proses yang bukan rekayasa. Peringkat bukan jadi tujuan utama, tapi melahirkan atlet untuk tampil di kancah internasional.
Kalimantan Barat: Koordinasi (masih jadi masalah). Kami hampir setiap hari rapat CdM sejak tanggal 19 september sampai hari terakhir. Beberapa CdM itu mengajukan keluhan terutama pertandingan. Pertandingan yang khusus bermasalah adalah adu fisik. Semua protes karena ketidakadilan wasit. Hampir tiap hari dirapatkan tapi komisi pertandingan atau PB (Pengurus Cabang Olahraga) kurang koordinasi dengan yang ada di lapangan.
Seharusnya setelah dari pertemuan koordinasi, PB PON dan panitia pelaksana di lapangan serta Dewan Hakim berkumpul. Dibahas kembali hasil pertemuan agar masalah baru tidak muncul.
Kami masih sedikit beruntung karena tidak terlalu banyak menderita karena tidak mengirimkan cabor bela diri
Apakah Kontingen Anda Mencapai Target Medali?Maluku Utara: Belum sesuai target kami yang ingin dapat tiga emas.
Jawa Tengah: Peringkat sesuai target. Hanya saja medali emas itu kami targetnya dapat 40.
Sulawesi Barat: Target kami sebenarnya di equestrian dapat tiga emas lalu satu emas di takraw. (catatan: Sulawesi Barat dapat satu perunggu)
Bagaimana dengan regenerasi atlet-atlet dari daerah Anda? Apakah hal itu tercapai lewat PON?Maluku Utara: Alhamdulillah, untuk PON kali ini yang meraih medali itu putra daerah sendiri.
Jawa Tengah: Atlet-atlet kami memang seringkali bersinar, tinggal bagaimana caranya kami tidak mengimpor atlet dan terus melakukan pembinaan atlet dengan baik.
Namun di manapun juga pasti ada kekurangan. Bagi kami, Jateng tak khawatir transfer atlet mempengaruhi prestasi daerah kami. Selama prosedurnya benar untuk transfer, silahkan. Kami akan merasa bangga karena produk kami berhasil.
Sulawesi Barat: Sebenarnya ada banyak hal lain untuk mendorong pembenahan. Memang infrastruktur kami belum baik, sehingga kami berharap KONI dapat mendorong berbagai infrastruktur agar bisa melihat potensi olahraga kita.
Yang jadi
concern kami adalah bagaimana mendorong kebijakan daerah agar anggaran olahraga dapat memiliki kesinambungan, terutama ketika seorang atlet masuk usia senior. Jadi tidak terputus. Daerah kami banyak membutuhkan berbagai pembiayaan, sehingga tidak bisa kami dorong olahraga jadi hal yang proritas. Tapi kami selalu menyampaikan olahraga adalah indikator utama keberhasilan suatu daerah.
Kami juga mengupayakan para atlet berprestasi bisa mendapat pekerjaan yang tetap sesuai dengan potensi akademik yang mereka miliki.
Kalimantan Barat: Sebetulnya PON ini arena untuk mencari juara nasional yang sejati. Jadi jangan mempertahankan gengsi juara umum akhirnya melakukan hal-hal yang kurang baik. Atlet kami juga sudah dididik sportif.
Perihal kesejahteraan atlet, apakah daerah Anda memberikan bonus?Maluku Utara: Alhamdulillah sampai sekarang tidak ada komplain. Kami harap nantinya yang dapat bonus tidak hanya emas saja, tapi perak dan perunggu.
Sulawesi Barat: Gubernur memberikan Rp 100 juta untuk peraih medali emas PON 2016 yang sumbernya dari APBD.
Kalimantan Barat: Kami sesuai dengan kemampuan daerah. Di Kalimantan Barat, prioritas emas masuk PNS dan dapat tunjangan bulanan dari KONI sekitar Rp 2 juta.
Berbicara soal pengembangan atlet, seperti apakah kondisi fasilitas di daerah Anda?Maluku Utara: Masalah keterbatasan sarana pra sarana dan itu memang sangat jelas sekali. Kami tidak ada GOR. Dengan adanya PON ini semoga pemerintah jeli bahwa prestasi bukan hanya diukur pembinaan tapi juga ditindak lanjuti sarana prasaarana.
Jawa Tengah: Mencukupi. Disamping ada PPLP, mayoritas pembinaan ada di klub cabor masing-masing, kami perhatikan sekali. Kompetisi pun rutin berjalan terus.
Sulawesi Barat: Fasilitas olahraga kami belum terkonsentrasi dengan baik. Di Polewali Mandar memang ada
sport center tapi belum banyak. Cabor bela diri belum terdistribusi secara merata. Di ibukota provinsi SulBar, Mamuju, juga masih banyak kekurangan fasilitas olahraga. Memang sudah disiapkan kurang lebih 30 hektar di sana untuk dibangun sports center, sampai hari ini belum terbangun seperti yang kita harapkan. Sudah ada wisma atlet. Stadion belum ada yang berstandar internasional. Banyak hal memang yang perlu dibebahi.
Kalimantan Barat: Kami masih jauh sekali masih minim. Dan kami minta tolong kepada pemerintah untuk dapat lebih memperhatikan atlet yang berprestasi.
Cabang olahraga unggulan dari daerah Anda?Maluku Utara: Tinju, futsal, sepak bola.
Jawa Tengah: Atletik, taekwondo, biliard, pencak Silat
Sulawesi Barat: Dayung, takraw, catur, gulat
Kalimantan Barat: Angkat berat, anggar, tarung derajat, tinju, terjun payung.
Apa harapan Anda untuk pemerintah untuk perbaikan olahraga?Maluku Utara: Jika ada GOR beserta sarana dan prasarana yang lengkap saja kami sudah sangat senang. Pembinaan lebih diperhatikan, jangan hanya hasil/produk atletnya saja.
Jawa Tengah: Jarak tempuh yang jauh, venue olahraga, dan akomodasi jadi sesuatu yang penting.
Sulawesi Barat: Kami berharap dapat perhatian serius khususnya dalam hal pembangunan sarana dan prasarana.
Intelegence sport kita juga harus jalan dengan baik agar setara dengan baik
(vws)