Warisan Cinta Terhadap Silat dalam Keluarga Belgia

Arby Rahmat | CNN Indonesia
Rabu, 07 Des 2016 10:11 WIB
Pria asal Belgia, Ludo Pieters, mengaku berminat pada silat karena ayahnya. Minatnya pun menurun pada kedua putrinya, dan kini cucu laki-lakinya.
Ludo Pieters adalah Ketua kontingen Belgia dalam kejuaraan pencak silat dunia di Denpasar, Bali, 4-9 Desember 2016. (CNNIndonesia/M. Arby Rahmat)
Jakarta, CNN Indonesia -- Siapa yang menyangka bahwa bela diri tradisional Indonesia begitu dicintai masyarakat dunia, khususnya para pesilat di Belgia.

Ludo Pieters merupakan salah seorang pesilat senior di Belgia. Di negara kerajaan tersebut, Pieters memiliki semangat mempromosikan pencak silat. Tak heran kemudian ia diserahi jabatan sebagai Ketua Kontingen Belgia untuk Kejuaraan Dunia Pencak Silat yang berlangsung di Denpasar, Bali, 4-9 Desember 2016.

"Saya mulai belajar pencak silat pada 1975. Kemudian pada 1982 kami membuka perguruan. Saya pertama kali ikut kejuaraan dunia adalah pada 1992 dan sampai sekarang kami terus berpartisipasi," kata Pieters di sela waktunya di tempat penyelenggaraan kejuaraan dunia, GOR Lila Bhuana, Bali, Selasa (6/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pieters mengatakan berbeda dengan di Indonesia yang memiliki banyak aliran ilmu bela diri pencak silat, di negaranya hanya ada sedikit dan tentu diikuti sedikit pesilat pula.

"Anggota kami sedikit tapi mereka merupakan pesilat yang baik," sambung pemimpin Perguruan Harimau Bongkot di Belgia tersebut.

"Ada sekitar 40 pesilat yang terdaftar di Belgia, sulit mengembangkan silat di Eropa. Anak-anak muda tidak terlalu tertarik dengan olahraga," keluhnya.

Tapi, lanjut Pieters, dirinya melihat pemerintah Belgia saat ini mulai berupaya mendorong budaya olahraga di kalangan pemuda Belgia.

Warisan Cinta Terhadap Silat Dalam Keluarga BelgiaLudo Pieters berpose bersama dua putrinya Jessy dan Wendy di sela Kejuaran Dunia Pencak Silat. (CNN Indones/M. Arby Rahmat)
Dorongan Ayah

Pieters mengaku dirinya mulai cinta pada silat tak lepas dari ayahnya. Sebelum belajar silat, Pieters yang kini telah berusia 58 tahun telah menjajal judo, jujitsu, dan kung fu.

"Dan bagi saya itu merupakan olahraga beladiri yang paling komplet dan mengesankan. Pukulan, tendangan, dan gerakan-gerakan lainnya semua jadi satu. Dan yang paling penting dalam pengalaman saya adalah rasa kekeluargaan dalam pencak silat," tukas dia.

Dari ayah, turun ke Pieters. Dan, dari Pieter, turun pula kepada anak-anaknya. Demikianlah rasa cinta pada pencak silat yang turun temurun pada keluarga Pieters.

Dua putri Pieters yakni Wendy (34) dan Jessy (29) pun ikut bertanding dalam kejuaraan pencak silat yang digelar di Bali pekan ini.

Wendy belajar silat dari usia 6 tahun, sementara Jessy dari usia 5 tahun. Bagi Jessy saat mempelajari pencak silat, dia pun belajar banyak hal.

"Jadi begitu banyak pengalaman yang berbeda yang bisa Anda pelajari di pencak silat. Banyak keluarga perguruan, jadi senang rasanya bisa bertemu banyak orang," ujar Jessy.

Sementara itu Wendy sudah mengikuti jejak Pieters yakni mewariskan minat pencak silat pada putranya. Hal itu diungkapkan Jessy, "Jadi anak laki-laki dari saudara perempuan saya sudah mulai diperkenalkan dengan pencak silat dan mungkin akan mulai ikut kompetisi di waktu mendatang."

Tak ingin kalah, Jessy pun berharap putrinya yang kini berusia dua tahun pun berminat pula pada pencak silat.

"Ya, kami suka sekali pencak silat dan mungkin kami akan membuat lebih banyak lagi generasi pencak silat di Belgia hingga anak kami memiliki anak. Kami berharap pencak silat di Belgia dapat terus berkelanjutan," kata Jessy menambahkan. (kid)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER