Hanoi, CNN Indonesia -- Calo tiket di pertandingan Piala AFF 2016 rupanya bukan hanya menjadi masalah bagi Indonesia. Di Vietnam, masalah tersebut bahkan lebih parah dibandingkan di Indonesia.
Hasil pantauan
CNNIndonesia.com, banyak sekali calo-calo yang hilir mudik menjajakan beberapa lembar tiket yang mereka borong jelang semifinal leg kedua Piala AFF 2016, Rabu (7/12) di Stadion My Dinh. Harganya pun cukup fantastis.
Harga tiket di tangan calo bisa mencapai 10 kali lipat dari harga resmi yang ditetapkan panitia lokal. Setidaknya demikian pengakuan yang terlontar dari Dani Nguyen, salah satu penonton Vietnam yang bersiap menyaksikan tim kebanggannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Misalnya saja untuk harga tiket kategori reguler atau yang paling murah. Di penjualan resmi harganya VD150.000 (dalam mata uang Dong). Tapi dari tangan calo, harganya bisa mencapai VD1,5 juta!" tutur Dani yang cukup fasih berbahasa Inggris, kepada
CNNIndonesia.com.
Jika dirupiahkan, harga tiket untuk kategori termurah sekira Rp75.000 sementara di tangan calo harga menjadi Rp750 ribu.
Menurut Dani, bukan menjadi rahasia lagi jika sebagian besar tiket yang lepas ke tangan calo merupakan akal-akalan sekumlah oknum federasi sepak bola Vietnam (VFF). Ia mengatakan bahwa oknum dari VFF menanfaatkan untung besar menjual tiket ke calo.
"Kalau mereka (oknum VFF) jual dengan harga biasa ke penonton, tidak menguntungkan mereka. Tapi mereka bisa ambil untung banyak jika dijual ke calo dengan harga dua, bahkan lima kali lebih mahal ke calo," terang Dani.
Seperti diketahui, panitia lokal menjual sekitar 40 ribu lembar tiket semua kategori untuk leg ledua semifinal di Stadion My Dinh, tiga hari sebelum kick-off. Namun, tiket sudah ludes terjual dua hari sebelum pertandingan.
Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 160 lembar tiket yang dialokasikan untuk dijual ke penonton Indonesia. Padahal, animo para suporter Indonesia, terutama mereka yang berkantong tebal, amat tinggi untuk terbang ke Hanoi menyaksikan leg kedua semifinal ini.
Dani pun ikut menyesalkan kebijakan yang dilakukan panitia lokal yang hanya mengalokasikan 160 lembar tiket untuk suporter Indonesia. Apalagi ia juga tahu bahwa pada leg pertama semifinal, panitia lokal di Indonesia menjual sekira 500 lembar untuk para suporter Vietnam.
"Saya jelas menyalahkan VFF dan pemerintah yang tidak becus. Tiket yang terjual normal saja ke para pembeli tiket mungkin hanya sekitar tiga ribu lembar," kata Dani.
Berbeda dengan model penjualan di Indonesia, tak ada tiket satu pun di Hanoi melalui media dalam jaringan. Sejumlah wartawan lokal yang ditemui CNNIndonesia.com menerangkan, tiket dijual di empat loket tiket, dua di antaranya di dalam Stadion My Dinh.
Pihak panitia pelaksana lokal juga tidak memberlakukan aturan maksimal pembelian tiket untuk satu orang pembeli.
(vws)