Jakarta, CNN Indonesia -- Permainan agresif Manchester City sejak ditangani Pep Guardiola dinilai cukup menjanjikan klub tersebut. Filosofi bermain dengan berorientasi pada penguasaan bola dan trus menyerang di satu sisi seperti dua mata uang, bagus bagi The Citizens, namun juga riskan di lini belakang.
Dalam dua laga terakhir di Liga Primer Inggris, ManCity mengalami kekalahan dari Chelsea 1-3 dan Leicester City 2-4. Total tujuh kebobolan menjadi cacat bagi The Citizens dalam dua laga tersebut.
Menanggapi kekalahan itu, Guardiola pun berjanji akan beradaptasi dengan persaingan ketat di Liga Primer Inggris. Salah satu yang menjadi evaluasi adalah kemampuan bertahan skuatnya yang terbilang masih rapuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, manajer asal Katalonia Spanyol itu menegaskan tidak akan mengubah gaya permainan yang ia terapkan di ManCity.
“Tidak akan pernah. Kami akan bermain seperti yang saya inginkan, membuat kesalahan, tapu saya tidak bisa membuat sesuatu dari apa yang tidak saya rasakan,” tutur Guardiola seperti dikutip dari
Goal.
Baginya, filosofi permainan agresif degan memfokuskan pada penguasaan bola merupakan gaya yang sudah paten dan tak akan diubahnya.
“Saya sangat percaya dengan hal itu. Saya percaya dengan cara bermain kami. Bos dan presiden klub yang akan memutuskan, tapi tidak akan (mengubah permainan),” terang Guardiola.
Hal yang baru dipahami dalam permainan sepak bola di Inggris ketika timnya mengalahkan Burnley dan ketika ia menyaksikan Swansea City menaklukkan Crystal Palace 5-4.
“Saya mengerti sepak bola Inggris saat menyaksikan satu pertandingan ketika berada di rumah, Swansea vs Crystal Palace, sembilan gol, delapan di antaranya melalui servis bola mati,” terang Guardiola.
“Anda harus bisa mengendalikan itu dan kami tidak bisa melakukannya hingga saat ini. Delapan gol terjadi melalui servis bola mati, sepak pojok, tendangan bebas, lemparan ke dalam. Itulah tipikal permainan di Inggris dan saya harus beradaptasi karena saya belum mendapatkan pengalaman itu.”
(bac)