ANALISIS

Bukan Hanya Salah Claudio Bravo

Haryanto Tri Wibowo | CNN Indonesia
Selasa, 24 Jan 2017 09:45 WIB
Claudio Bravo kebobolan 16 kali dari 24 shot on goal terakhir yang dihadapinya. Apakah Bravo menjadi penyebab keterpurukan ManCity dalam beberapa laga terakhir?
Posisi Claudio Bravo di bawah mistar gawang Manchester City dalam ancaman. (Reuters / Jason Cairnduff)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jika ada penjaga gawang yang sedang frustrasi di Liga Primer saat ini, tentunya itu Claudio Bravo. Namun, apakah kiper asal Chile itu pantas disalahkan atas keterpurukan Manchester City dalam beberapa pekan terakhir?

ManCity menelan dua kekalahan dan satu imbang dalam empat pertandingan terakhir di Liga Primer Inggris. Hasil tersebut membuat The Citizens turun ke peringkat lima klasemen sementara dengan torehan 43 poin, tertinggal hingga 12 poin dari Chelsea di puncak klasemen.

Salah satu pemain yang banyak disalahkan menyusul hasil buruk ManCity adalah Bravo. Kiper 33 tahun itu sudah 180 menit gagal melakukan penyelamatan shot on goal tim lawan. Terakhir, Bravo menggagalkan shot on goal tim lawan ketika ManCity melawan Burnley, 2 Januari lalu. Ketika itu Bravo memblok peluang Michael Keane pada menit ke-90.
Statistik mencatat, Bravo kebobolan 16 kali dari 24 shot on goal terakhir yang dihadapinya. Total, mantan kiper Barcelona itu kebobolan 25 kali dari 59 shot on goal yang dihadapinya di Liga Primer musim ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Catatan di atas menunjukkan kualitas Bravo yang buruk. Tapi, apakah menurunnya penampilan ManCity di Liga Primer dalam beberapa pertandingan hanya karena penampilan Bravo yang buruk? Jawabannya: Tidak.

Jika melihat penampilan Bravo dalam empat pertandingan terakhir di Liga Primer, hanya ada satu gol yang bisa dianggap sebagai kesalahan kapten timnas Chile itu, yakni ketika Ademola Lookman mencetak gol keempat Everton saat ManCity kalah 0-4.
Selebihnya, tujuh gol lainnya yang bersarang ke gawang ManCity dalam empat pertandingan terakhir di Liga Primer bukan kesalahan Bravo. Tujuh gol lainnya tercipta karena rapuhnya pertahanan ManCity.

Melawan Tottenham Hotspur contohnya. Gol pertama Tottenham tercipta karena duet Nicolas Otamendi dan Aleksandar Kolarov tidak mampu menjaga pergerakan Dele Alli yang datang dari lini kedua dan melepaskan sundulan. Begitu juga dengan gol kedua yang dicetak Son Heung-min.

Lini pertahanan menjadi salah satu kelemahan ManCity musim ini. Klub asal Manchester merupakan tim lima besar di klasemen Liga Primer saat ini yang paling banyak kebobolan: 28 kali.

Manajer Pep Guardiola hingga kini belum menemukan kombinasi lini pertahanan terbaik, terutama duet bek tengah. John Stones yang diharapkan mampu menjadi andalan, justru sering melakukan blunder. Otamendi masih tidak meyakinkan, Vincent Kompany jadi penghangat bangku cadangan, sedangkan Kolarov bukan seorang bek tengah murni.
Kembali ke Bravo. Tidak mengherankan jika kiper yang memulai karier bersama Colo-Colo pada 2002 itu sering mendapat kritikan pedas dari media Inggris dan pengamat sepak bola asal Inggris. Sejak awal Bravo sudah berada di posisi yang salah, yakni menggantikan Joe Hart yang merupakan kiper nomor satu Inggris.

Setiap satu kesalahan yang dilakukan Bravo, maka efeknya bisa ganda di depan media Inggris dan pengamat. Setiap kesalahan yang dilakukan Bravo, maka mereka pasti akan mengatakan, "Guardiola melakukan kesalahan melepas Hart", atau "Sudah saatnya Hart kembali".

Di sisi lain, Bravo juga harus meningkatkan performanya. Liga Primer jauh berbeda dari kompetisi La Liga, yang tidak terlalu mengandalkan permainan fisik. (bac)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER