ANALISIS

Macan Kemayoran yang Tak Lagi Bertaring

Jun Mahares | CNN Indonesia
Selasa, 31 Jan 2017 09:07 WIB
Manajemen Persija Jakarta yang buruk menjadi indikator anjloknya prestasi tim Ibu Kota dalam kurun lima tahun terakhir di kompetisi sepak bola nasional.
Macan Kemayoran, julukan Persija Jakarta, tak lagi bertaring dalam satu dekade terakhir. (CNN Indonesia/Jun Mahares)
Jakarta, CNN Indonesia -- Macan Kemayoran, julukan Persija Jakarta, tak lagi bertaring dalam satu dekade terakhir. Pengelolaan manajemen yang buruk menjadi indikator anjloknya prestasi tim Ibu Kota dalam kurun lima tahun terakhir.

Di bawah kepengurusan Ferry Paulus, Persija tak mampu berbicara banyak di kancah sepak bola nasional. Bahkan, posisi Macan Kemayoran sempat terjun bebas ke peringkat ke-11 pada ISL 2013.
Kasus penunggakan gaji pemain pun menjadi persoalan akrab yang menggerayangi tim kebanggaan The Jakmania ini. Minimnya sponsor dan ketidakjelasan jadwal kompetisi juga kerap dijadikan kambing hitam oleh manajemen.

Masa kelam Persija yang semula diprediksi bangkit di musim 2015, gagal terwujud. Pasalnya, kompetisi Liga Super Indonesia (ISL) di tahun tersebut terhenti di tengah jalan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak pelak, para pemain bintang macam Stefano Lilipaly, Greg Nwokolo, dan Rohit Chand berhamburan keluar untuk mencari pelabuhan baru. Duo pemain Eropa, Martin Vunk dan Yevgeni Kabayev, bahkan sempat mengadu ke Asosiasi Pemain Profesional Internasional (FIFPro) terkait penunggakan gaji.
Persija masih akan mengandalkan Bambang Pamungkas musim ini.Persija masih akan mengandalkan Bambang Pamungkas (kanan) musim ini. (ANTARA/Wahyu Putro)
Alhasil, Persija hanya tampil seadanya di sejumlah turnamen pengganti kompetisi resmi pada periode 2015-2016. Ismed Sofyan dan kawan-kawan tak mampu bersaing di Piala Presiden, Piala Jenderal Soedirman, dan Piala Bhayangkara.

Belum lama ini, klub yang berdiri sejak 1928 itu terperosok di papan bawah klasemen akhir Indonesian Soccer Championship (ISC) 2016. Persija hanya mampu finis di peringkat 14 dari 18 peserta.

Kalah di Bursa Transfer

Kini, aroma negatif Persija kembali tercium. Itu lantaran manajemen tak mampu bersaing mendatangkan pemain papan atas menjelang bergulirnya kompetisi resmi 2017 yang rencananya dihelat mulai Maret mendatang.

Kehadiran pemain bintang memang tidak menjamin kekuatan sebuah tim. Namun, gairah mendatangkan pemain ternama bisa menjadi tolok ukur kemampuan finansial klub dan membangkitkan motivasi tim.
Kini, aroma negatif Persija kembali tercium.

Ketika klub-klub papan atas tengah bergairah di bursa transfer, Persija justru melesu. Manajemen hanya mampu mendatangkan tiga pemain 'kelas dua' dalam diri Rudi Widodo, Sandi Darma Sute, dan Jefri Kurniawan.

Ketiga pemain tersebut memang memiliki potensi untuk berkembang. Namun, keseriusan tim Ibu Kota di bursa transfer jauh tertinggal dari klub-klub lainnya.

Bali United misalnya. Mereka sudah mengontrak delapan pemain anyar termasuk striker timnas Indonesia Irfan Bachdim. Klub berjuluk Serdadu Tridatu sebelumnya telah mengikat striker asal Brasil, Marcos Flores.

Persib Bandung pun gencar mendatangkan mantan pemainnya yang sempat hijrah ke klub lain seperti Supardi Nasir, Achmad Jufriyanto, Shoei Matsunaga, dan Wildansyah.

Selain itu, manajemen Maung Bandung masih juga mempertahankan sederet pemain top. Di antaranya Vladimir Vujovic, I Made Wirawan, Kim Jeffrey Kurniawan, dan Sergio van Dijk.
Sebaliknya Persija, justru kesulitan mencari pemain muda potensial untuk memenuhi kuota lima pemain U-23 di kompetisi resmi bertajuk Liga 1.

Ketiadaan akademi Persija ditambah mandeknya pembinaan pemain muda di klub-klub internal memaksa klub menggelar seleksi di sejumlah wilayah. Sebuah kebijakan aneh bagi klub yang mengaku profesional.

Keok di Ujian Perdana

Lesunya transfer Persija berdampak terhadap hasil negatif di Trofeo Bhayangkara, Minggu (29/1). Skuat asuhan Stefano Cugurra berada di urutan buncit dalam turnamen segitiga yang diikuti Arema FC dan Bhayangkara FC.

Pada laga pertama, Persija hanya mampu bermain imbang tanpa gol dari tuan rumah Bhayangkara FC. Striker seleksi asal Brasil, Carlos Eduardo de Souza Floresta alias Kahe, tak mampu mencetak gol.
Jika manajemen tak mau berbenah, jangan pernah bermimpi bisa meraih gelar prestisius yang kali terakhir diraih 16 tahun lalu.

Kendati kalah dalam penguasaan bola, Persija unggul dalam urusan peluang. Tim berlambang Monas itu menghasilkan dua tembakan terarah dari total delapan kesempatan. Sementara Bhayangkara menciptakan empat tembakan di mana satu di antaranya mengarah ke gawang.

Persija kemudian harus mengakui keunggulan Arema di laga kedua. Meski hanya menderita kekalahan 0-1 dari Singo Edan, namun penampilan Persija lebih miskin peluang dari sebelumnya.

Yang menjadi catatan, Persija gagal menghasilkan sepakan ke arah gawang Arema. Bambang Pamungkas dan kawan-kawan juga tak sanggup menciptakan sepak pojok.

Sebaliknya, Arema yang tampil lebih enerjik sukses melepaskan 12 tembakan ke arah gawang lawan di mana lima di antaranya tepat sasaran. Gol kemenangan Arema dicetak Dendi Santoso di menit ke-40 memanfaatkan umpan Adam Alis, yang notabene mantan pemain Persija.

Hasil buruk di Trofeo memang tak bisa menjadi tolok ukur kekuatan Macan Kemayoran di kompetisi sesungguhnya. Namun, kekalahan ini bisa menjadi sinyal negatif Persija jika tak sanggup berbenah.

Stefano Cugurra yang sudah lima tahun kerkecimpung di Liga Thailand harus berjuang ekstra keras di Piala Presiden 2017 yang dihelat mulai 4 Februari 2017. Sebab, mereka akan menghadapi Arema FC, PS TNI, dan Bhayangkara FC di fase Grup B.

Turnamen pramusim ini bisa menjadi gambaran awal kualitas skuat Macan Kemayoran. Manajemen wajib melakukan transfer lebih agresif jika Bambang Pamungkas kembali terpuruk di Piala Presiden edisi kedua ini.

Jika manajemen tak mau berbenah, jangan pernah bermimpi raih gelar prestisius yang kali terakhir mampir di Jakarta 16 tahun silam. (jun/har)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER