Jakarta, CNN Indonesia -- Li Na menggantungkan raket tenisnya alias pensiun tidak lebih dari dua tahun. Akan tetapi, nama juara Grand Slam dua kali tersebut tetap laris di dunia bisnis.
Li sangat sibuk setelah memutuskan untuk pensiun dari dunia tenis pada 2014 karena serangkaian cedera yang dideritanya.
Perempuan yang kini berusia 35 tahun tersebut sibuk mengurus dua orang anaknya dari suami yang dulu merupakan pelatih tenisnya, Jiang Shan. Ia juga memiliki akademi tenis di China untuk membantu petenis muda China sebagai prioritas utamanya.
"Kami tidak ingin hanya membuat sebuah akademi dan menempatkan nama 'Li Na' di sana," kata Max Eisenbud, agen Li Na, seperti dikutip dari
CNN, Jumat (31/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Li Na ingin sebuah sekolah dengan sistem yang berjalan sangat baik," katanya menambahkan.
Walau pensiun, kebesaran nama Li di dunia tenis membuatnya masih laku di pasaran.
Tahun lalu, dia menghasilkan lebih dari US$20 juta atau lebih dari 266 miliar rupiah dari bermacam proyek dan kontrak komersial dengan Nike, Mercedes Benz, dan Rolex.
Penghasilan tersebut lebih besar US$2 juta dari tahun terakhirnya di dunia tenis.
Saat ini Li dan suaminya sedang merintis perusahaan produksi televisi sendiri. Nantinya, perusahaan tersebut akan menayangkan pengalamannya saat menjadi petenis dan pengalaman para atlet terkenal dari cabang olahraga yang berbeda di China lainnya.
Sebuah film berdasarkan kisah hidup Li yang disutradarai Peter Chan, akan tayang tahun ini.
"Dia benar-benar mengejutkan saya tentang apa yang ingin dia lakukan di masa pensiun, dan bagaimana cara dia mengembangkan banyak bisnis," ucap Eisenbud.
 Li Na masih mencatatkan diri sebagai petenis wanita terkaya kedua setelah Maria Sharapova. (Reuters/Charles Platiau) |
Nama Li Na menjadi besar di China -- negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia -- ketika dia mengalahkan petenis Italia, Francesca Schiavone, di lapangan tanah liat Roland Garros pada 2011. Pertandingan tersebut disaksikan lebih dari 116 juta orang di China.
Li yang juga menjuari Australia Terbuka 2014 dan kemudian meraih peringkat dua dunia di tahun yang sama. Hingga sekarang ia masih menjadi salah satu bintang di China dengan lebih dari 23 pengikut di akun media sosial Weibo.
Terkenal karena keagresifannya di dalam lapangan, Li kerap kali berseteru dengan federasi tenis China terkait beberapa isu seperti uang hadiah.
Namun, kemenangan bersejarah Li di Paris membuat olahraga tenis menjadi semakin dipandang di negaranya. Berdasarkan Federasi Internasional Tenis, kurang lebih 15 juta orang sekarang bermain tenis. Jumlah tersebut meningkat hingga satu juta orang sejak 1988.
Usai memenangkan Perancis Terbuka, Li menandatangani berbagai kontrak komersial dan menjadi atlet wanita dengan bayaran kedua termahal di dunia setelah Maria Sharapova.