Bandung, CNN Indonesia -- Jelang pertandingan perdana Liga 1 melawan Arema FC pada 15 April mendatang, Persib Bandung terus mematangkan persiapan. Pelatih Persib, Djadjang Nurdjaman, mengaku saat ini sedang fokus membenahi sejumlah hal di skuat Maung Bandung, salah satunya emosi para pemain.
Masalah emosi yang harus dibenahi merupakan hasil evaluasi yang dilakukannya setelah Persib tumbang 1-2 dari Bali United 1-2 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), akhir pekan lalu. Di pertandingan uji coba itu Djadjang mengatakan sejumlah pemain Persib terlalu mudah terpancing emosinya.
"Salah satunya ada di lini belakang. Selain itu mental juga harus dibenahi. Sebab dalam pertandingan kemarin (lawan Bali United), pemain kami terbawa emosi permainan keras lawan. Akibatnya, skema yang telah saya susun berantakan, permainan tidak sesuai skenario karena pemain terpancing emosinya," ucap Djadjang di Mes Persib, Senin (10/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelatih yang akrab disapa Djanur itu optimistis dalam sisa waktu yang ada dia bisa segera memperbaiki kekurangan yang masih ada dalam timnya itu. Djanur mengatakan para pemain Persib sudah harus mampu memperbaiki permasalahan yang ada jelang melawan Arema.
"Pasti, saya akan terus berusaha menutupi kekurangan yang masih ada. Apalagi pertandingan perdana melawan Arema, yang semua juga tahu tim kuat. Tapi, mudah-mudahan dalam 3-4 hari ke depan bisa segera saya perbaiki," ucapnya.
Selain itu, Djanur mengungkapkan dia masih belum puas dengan performa pemain muda Persib. Setidaknya ada tiga pemain yang dia soroti karena inkonsistensi penampilan. Ketiga pemain tersebut adalah Agung Mulyadi, Henhen Herdiana, dan Angga Febryanto.
"Memang tidak semua pemain muda kami sematang Febri (Hariyadi) atau Gian Zola. Beberapa pemain muda penampilannya masih fluktiatif. Ini bedanya kami dengan tim lain," terang Djanur.
Djanur mengatakan dalam sisa waktu persiapan jelang kompetisi yang semakin mepet, dia harus bisa mendorong para pemain muda yang dimilikinya untuk semakin berkembang.
"Tidak ada jalan lain selain terus tekan mereka, tidak ada kesempatan lagi. Sebab selama ini kami sudah kasih mereka progam khusus, berbicara secara empat mata, terus meminta bantuan senior untuk memberi mereka masukan terutama saat di lapangan," ucap Djanur.