Jakarta, CNN Indonesia -- Kekalahan pebulutangkis tunggal putri asal Spanyol, Carolina Marin, di putaran pertama Indonesia Terbuka 2017 sesungguhnya tidak memupuskan semangatnya untuk mengejar gelar juara di turnamen-turnamen lainnya.
Marin sendiri kini menjadi pebulutangkis putri peringkat kedua dunia per 8 Juni 2017 hingga sekarang. Pernah menjadi nomor satu dunia pada 24 November 2016, posisinya di BWF kini berada di peringkat kedua, di bawah pebulutangkis China Taipei, Tai Tzu Ying.
Marin adalah atlet Spanyol pertama yang menduduki peringkat pertama, serta meraih gelar juara dunia dua kali yakni Copenhagen 2014 dan Jakarta 2015, dan juara Eropa sebanyak tiga kali. Di luar lapangan, Marin juga aktif menjadi brand ambassador dari Melia Hotels International.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengakui berbagai prestasi yang ia lakukan membuatnya menjadi lebih terkenal. Akan tetapi, ketenarannya diakui Marin tak berarti ketika ia datang ke Asia.
"Karena bintang badminton negara mereka (Asia) lebih terkenal ketimbang negara saya. Akan tetapi saya sangat senang karena setiap orang di Spanyol sekarang tahu tentang badminton, jadi saya menghargai itu," ujar Marin.
Ya, Marin senang karena terpenting olahraga bulutangkis mulai populer di Spanyol berkat prestasi luar biasa yang mampu ia raih.
Dalam ajang Indonesia Terbuka, Marin tumbang lebih dini setelah kalah dari pebulutangkis China, Chen Xiaoxin, dengan skor 12-21, 21-10, dan 20-22. Targetnya untuk menjadi juara tunggal putri Indonesia Terbuka pun pupus.
Kendati begitu, impian terbesarnya bukanlah menjuarai Indonesia Terbuka.
"Target saya adalah untuk tetap memenangkan banyak turnamen. Yang terpenting adalah Kejuaraan Dunia, Kejuaraan Eropa, dan Olimpiade 2020. Namun saya ingin menjadi nomor satu dunia lagi," kata Marin dalam wawancara khusus bersama CNNIndonesia.com di Gran Melia Hotel Jakarta (11/6).
Ambisi perempuan berusia 23 tahun tersebut sudah tertanam sejak sembilan tahun lalu. Kala itu, ia baru menjalani masa-masa awal kariernya di dunia bulutangkis.
"Ambisi saya muncul ketika saya berusia 14 tahun, ketika saya pindah ke National Center. Saya berkomunikasi dengan pelatih kepala, Fernando Rivas. Dia bertanya kepada saya tentang ingin jadi apa saya di dunia badminton pada masa mendatang," ucap peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 itu.
"Dan saya katakan bahwa saya ingin jadi yang terbaik dalam segala hal seperti di Kejuaraan Eropa, Kejuaraan Dunia, Olimpiade, dan nomor satu di dunia," ucapnya menambahkan.