Jakarta, CNN Indonesia -- Kehadiran marquee player di Liga 1 2017 memberikan warna tersendiri bagi kompetisi sepak bola Indonesia. Tidak hanya memberikan dampak positif tapi juga dampak negatif bagi para klub yang menggunakan jasanya.
Hingga pendaftaran pemain Liga 1 ditutup pada 30 April lalu, tidak semua klub menggunakan jasa pemain marquee. Dari 18 klub peserta, hanya 15 di antaranya yang menggunakan pemain marquee.
Tiga klub yang tidak memanfaatkan pemain marquee adalah Persipura Jayapura, Perseru Serui, dan Persegres Gresik United. Kondisi ini berpengaruh pada Perseru Serui dan Persegres Gresik United yang kalah bersaing dengan klub lainnya, tapi tidak halnya bagi Persipura.
Memasuki bulan keempat atau pekan ke-12 gelaran Liga 1 2017, Persipura kini berada di posisi ketiga klasemen sementara dengan raihan 22 poin. Sedangkan Perseru di urutan 16 dan Gresik berada satu tingkat di bawahnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau melihat jalur, sesuai dengan harapan bisa menaikkan kualitas kompetisi. Kalau salah pilih pemain, bisa menjerumuskan klub dan kompetisi itu sendiri," kata Direktur Utama Persija Jakarta Gede Widiade melalui sambungan telepon kepada
CNNIndonesia.com.
Salah satu yang diharapkan lewat kehadiran marquee player di kompetisi adalah bisa memberikan transfer ilmu kepada para pemain muda. Selain kebutuhan komersial dan teknis maupun non-teknis di klub lewat kemampuan individu maupun sikap yang ditunjukkan di tim dan pertandingan.
Buat Persija sendiri, Gede mengatakan kehadiran marquee player mereka, Bruno da Silva Lopes di klub kebanggaan Ibu Kota itu sangat bepengaruh. Terutama untuk membangkitkan semangat tim.
Apalagi, pemain yang bisa menjadi marquee player adalah pemain yang punya catatan pernah tampil di timnas negaranya masing-masing atau main di kompetisi utama di berbagai belahan dunia.
"Bukan menggantungkan hidup pada satu orang. Tapi kehadirannya membangkitkan semangat tim. Mereka bisa menularkan sikap yang baik dan ilmunya. Kalau tidak bagus justru akan menghancurkan," ungkapnya.
"Jelas, kami mendukung musim depan regulasi marquee player supaya bisa terus dilanjutkan," imbuhnya.
Beberapa klub yang disebut mampu tampil baik dan memberikan kontribusi positif baik untuk klub maupun kompetisi melalui marquee playernya adalah PSM Makassar (Wiljan Pluim), Peter Osaze Odemwingie milik Madura United serta Bruno Lopes dari Persija.
"Khusus Madura United sangat bermanfaat karena Odemwingie tidak hanya memberikan kontribusi di lapangan tapi di luar lapangan juga memberikan contoh sikap profesional," kata Haruna Soemitro, manajer Madura United melalui pesan singkatnya.
Namun, ada juga marquee player yang dalam empat bulan terakhir belum bisa memberikan kontribusinya kepada klub, seperti milik Persib Bandung, Carlton Cole yang meski statusnya bukan marquee player utama serta Juan Pablo Pino Puello milik Arema FC.
Bahkan manajemen Arema FC berniat untuk mencarikan klub lain yang dirasa lebih cocok untuk Pino, di paruh musim Liga 1 2017 nanti. Itu dilakukan melihat sejauh ini Pino belum bisa menyatu dengan permainan para pemain di Arema.
Masalah utama yang dihadapi Pino dan tim adalah faktor bahasa. Pino diketahui hanya bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Spanyol dan sedikit kemampuannya berbahasa Perancis. Pino tidak bisa berbahasa Inggris.
Hal itu menyulitkan pelatih untuk memberikan arahan kepada Pino baik di saat latihan maupun di pertandingan. Kondisi itu pula yang dianggap membuat permainan Pino bersama Singo Edan tidak bisa berkembang.