Jakarta, CNN Indonesia -- Stadion Benteng merupakan salah satu stadion legendaris sepak bola Indonesia. Banyak pesepakbola hebat yang terlahir dan merasakan atmosfer magis stadion berkapasitas sekitar 20 ribu penonton itu.
Sebut saja Mukti Ali Raja, Firman Utina, Ilham Jaya Kesuma, Zaenal Arief, dan Nova Zainal. Sejumlah nama pesepakbola itu pernah menjadi bagian penting dalam sejarah Stadion Benteng.
Stadion Benteng awalnya kandang dan kebanggaan milik Persita Tangerang. Kini stadion itu mulai tertutupi alang-alang lebih dari setengah tribune penonton. Coretan di tembok serta bau pesing yang hampir tercium di seluruh sudut stadion, membuat Stadion Benteng kini terlihat mengenaskan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Lapangan stadion menjadi satu-satunya fasilitas di Stadion Benteng yang masih terawat dan dipergunakan secara rutin setiap harinya. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Terlihat bangunan di antara tribune selatan dan timur yang tak selesai dibangun. Pintu-pintu masuk stadion juga sudah tak terlihat lagi akibat tertutup alang-alang yang tingginya sama dengan tinggi orang dewasa.
Ruang ganti pemain pun terlihat tak manusiawi. Besi-besi loket pembelian tiket yang karatan dan penuh coretan. Bangunan kumuh di sekitar stadion, dan pagar pembatas di tribune Timur yang kerap dijadikan jemuran pakaian.
Pintu-pintu masuk Stadion Benteng sudah tak terlihat lagi akibat tertutup alang-alang. |
Lapangan stadion menjadi satu-satunya fasilitas di Stadion Benteng yang masih terawat dan dipergunakan secara rutin setiap harinya sebagai tempat latihan penggawa Persita.
Urunan dana dari para mantan pemain dan sedikit bantuan dari Pemerintah Kabupaten Tangerang berhasil membuat lapangan hijau di Stadion Benteng masih layak untuk dijadikan tempat latihan.
Adalah Ilham Jaya Kesuma yang mencoba mengingat kembali masa kejayaannya bersama Persita di Stadion Benteng. Ilham datang ke Persita pada 1996. Ia mengaku sempat tinggal di dalam stadion selama hampir setahun.
Ilham menganggap Stadion Benteng sebagai simbol kejayaan Persita. Kariernya sebagai pemain nasional dimulai dari stadion yang rencananya bakal dialihfungsikan menjadi taman kota oleh Pemerintah Kota Tangerang itu.
 Legenda sepak bola Indonesia Ilham Jaya Kesuma besar di Stadion Benteng. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Tidur di salah satu ruang kamar kecil yang berada di bawah tribune yang mengelilingi stadion, Ilham menjalani rutinitas latihannya di stadion yang sampai saat ini masih menjadi kebanggaan baginya.
“Saya itu banyak pengalaman manis dan pahit sama Stadion Benteng. Pertama kali saya datang itu ke Tangerang ya ke Stadion Benteng, saya tinggal di sini. Saya tidur di samping, di bawah (tribune) ada kamar seperti mess gitu. Semua kegiatan fokus di lapangan. Jangankan AC, hanya ada kipas angin dan banyak nyamuknya,” ucap Ilham.
Pengalaman paling berkesannya bersama Persita di Stadion Benteng terjadi pada tahun 1999. Kala itu untuk kali pertama dipercaya pelatih Benny Dolo untuk memperkuat tim senior tampil melawan PSB Lampung.
 Lapangan Stadion Benteng masih sering digunakan untuk berlatih. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Masalah untuk Stadion Benteng muncul ketika Tangerang dibagi menjadi dua pada 2015, Tangerang Kota dan Kabupaten. Stadion Benteng ada di dalam kota, tapi kepemilikannya oleh kabupaten.
Belum lagi keributan antar suporter Persita dan Persikota yang terus menelan korban jiwa. Sampai akhirnya pada 2010 Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangerang mengeluarkan fatwa haram untuk semua kegiatan Persita di Stadion Benteng.
Sejak saat itu, kata Ilham fasilitas di Stadion Benteng terbengkalai. Hanya lapangan bolanya saja yang masih terurus sampai sekarang.
“Pastinya sedih, prihatin dengan kondisi lapangan kayak gini, tapi apa boleh buat. Paling tidak pemerintah kabupaten dan kota sudah mau mempertimbangkan memindahkan stadion ini. Dan yang penting lapangan masih bisa dipakai walaupun kanan-kirinya enggak layak,” terangnya.
Ketua Umum Laskar Benteng La Viola Siswanto Setyarosa menceritakan kerinduannya membela tim kesayangan mereka, Persita Tangerang, di Stadion Benteng, terutama pada masa kejayaan tim Laskas Cisadane di Liga Indonesia era 2002-2004.
Pada masa-masa itu, puluhan ribu La Viola selalu memenuhi Stadion Benteng. Bahkan, Om Sis, begitu Siswanto akrab disapa mengatakan La Viola di luar stadion bisa lebih membeludak dari di dalam stadion.
 Stadion Benteng dulu sempat menjadi stadion yang angker untuk tim lawan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Siswanto sudah menjadi bagian dari La Viola sejak masih remaja, tepatnya pada 1988. Hampir tujuh tahun terakhir ia menjabat sebagai Ketua Umum La Viola. Dia tak memungkiri, saking antusiasnya, kala itu penonton bisa menjebol pintu Selatan stadion demi menyaksikan Persita tampil.
“Rumah saya tidak jauh dari sini. Saya tahu persis bagaimana pembangunan stadion ini. Dulu sebelum ada bangunannya, kalau mau ke stadion harus nyebrang jembatan karena ada kali buat beli tiket. Tapi kalau mau jebolan kadang juga nyebur ke kali. Jadi secara emosi saya pribadi ada keterikatan dengan Stadion Benteng ini,” terangnya.
Siswanto bersyukur, kini konflik antara Laskar Benteng La Viola dengan Benteng Mania (Suporter Persikota) sudah selesai. Bahkan, La Viola berkeinginan membantu Benteng Mania mempertahankan Stadion Benteng sebagai lambang sepak bola Tangerang.
 Stadion Benteng sempat menjadi kandang Persita Tangerang dan Persikota. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
“Kalau masalah mau dialihfungsikan bukan karena masalah konflik Benteng Mania dan La Viola. Menurut pendapat saya murni karena kebijakan pemerintah kota,” ujarnya.
Buat La Viola, pengalihfungsian ini tidak jadi masalah, mengingat Persita sudah membangun stadion baru yang direncanakan selesai akhir tahun ini. Tapi, ini jadi masalah buat Persikota yang belum punya pengganti stadion.
Kabarnya, Pemerintah Kota Tangerang mau membuat sport centre di daerah Pinang, deket Ciledug, Tangerang sebagai pengganti Stadion Benteng. Namun, sampai sekarang belum juga ada kejelasan.
Kabar yang didapat Siswanto dari Benteng Mania, mereka inginnya sport center ini dibuat dulu sebelum Stadion Benteng dirobohkan.
“Kami inginnya stadion yang jadi kebanggaan kami berdua bisa tetap ada, bisa tetap eksis. Tapi kalau saudara kami, Benteng Mania, tetap ingin stadion ini ada, kami siap bantu,” sebutnya.
“Bukan maksud tidak legowo, tapi ini harapan kami kalau memang bisa jangan dibongkar, jangan dialihfungsikan, tapi diperbaiki, direnovasi sana-sini keangkeran Stadion Benteng tetap dijaga,” ucap Siswanto.