Jakarta, CNN Indonesia -- Belanda dengan kostum berwarna oranye sering jadi perhatian di gelaran Piala Dunia. Walau tak pernah jadi juara, mereka sering tampil mempesona. Namun warna itu tak akan menyilaukan lawan pada tahun depan.
Sejak Johan Cruyff memimpin Belanda jadi finalis Piala Dunia 1974 lewat
total football, Tim Oranye seolah tak kekurangan talenta-talenta berbakat di generasi-generasi berikutnya. Dengan warna kostum oranye, permainan agresif Belanda makin terlihat menyilaukan lawan-lawannya.
Tetapi cerita indah Belanda itu mulai memasuki periode kelam saat ini. Belanda gagal lolos ke Piala Dunia 2018 setelah hanya mampu duduk di posisi ketiga penyisihan grup di bawah Perancis dan Swedia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memang ini bukan kali pertama Belanda tak lolos ke Piala Dunia sejak nama mereka mulai diperhitungkan di peta persaingan dunia. Kegagalan Belanda lolos ke Piala Dunia 2002 bahkan terasa lebih miris karena saat itu mereka masih punya generasi emas mulai dari Dennis Bergkamp, Patrick Kluivet, Edwin van der Sar,Clarence Seedorf, Edgar Davids, Marc Overmars, dan sederet pemain ternama lainnya.
Tetapi, kegagalan lolos ke Piala Dunia 2002 lebih kepada kejutan dan nasib sial karena terbukti Belanda bisa bangkit dan ikut Piala Dunia di edisi-edisi berikutnya. Sedangkan kegagalan lolos ke Piala Dunia 2018 mulai dianggap sebagai kewajaran karena ketidakmampuan Belanda bersaing dengan tim lainnya.
Dua tahun sebelum kegagalan ini, Belanda juga gagal lolos ke Piala Eropa 2016. Semestinya kegagalan di ajang tersebut sudah jadi alarm pengingat bagi Belanda untuk waspada saat menjalani laga kualifikasi Piala Dunia 2018. Tetapi yang kemudian terjadi adalah Belanda mengulangi kesalahan yang sama.
 Georginio Wijnaldum dan rekan segenerasinya tak mampu mengangkat performa Belanda. (Foto: REUTERS/Toussaint Kluiters) |
Setelah memulai kualifikasi Piala Dunia dengan hasil seri lawan Swedia dan kemenangan atas Belarusia, Belanda kehilangan laga vital saat kalah 0-1 dari Perancis di Amsterdam. Titik kesalahan paling fatal adalah ketika mereka juga kalah 0-2 saat bertandang ke Bulgaria dan juga tak mampu mencuri poin ketika jadi tim tamu di Perancis.
Kegagalan-kegagalan itu akhirnya membuat kemenangan 2-0 atas Swedia di laga terakhir tak mampu menyelamatkan peluang Belanda untuk sekadar melaju ke babak play-off Piala Dunia Zona Eropa.
Belanda dua kali beruntun absen di ajang besar, Piala Eropa 2016 dan Piala Dunia 2018, dan hal ini jelas merupakan pukulan telak bagi negara yang sering disebut produsen sepak bola muda berbakat ini. Nama Arjen Robben yang muncul sebagai pencetak gol terbanyak untuk Belanda di babak kualifikasi kemudian makin menguatkan asumsi penurunan kualitas pemain-pemain muda Belanda saat ini.
Setelah generasi Robben, Rafael van der Vart, Wesley Sneijder, dan Robin van Persie mencapai puncak kejayaan dengan menembus final Piala Dunia 2010, sempat ada harapan besar di Piala Dunia 2014 saat komposisi senior-junior menghiasi timnas Belanda ketika itu.
 Arjen Robben masih jadi tumpuan utama Belanda di babak kualifikasi Piala Dunia 2018. (Foto: REUTERS/Toussaint Kluiters) |
Nama-nama seperti Memphis Depay, Bruno Martins Indi, Daley Blind, Georginio Wijnaldum, dan Jordy Clasie mencuri perhatian karena mampu bekerja sama dengan baik bersama para senior. Mereka dianggap sebagai perwakilan wajah masa depan Belanda karena berusia kurang dari 24 tahun.
Namun ternyata ketika seharusnya nama-nama tersebut memasuki periode emas usia karier mereka, Depay dan kawan-kawan tak bisa mengangkat reputasi Belanda. Kegagalan Belanda berangkat ke Rusia jelas karena ketidakmampuan generasi di bawah Robben untuk memikul beban dan tanggung jawab.
Jangankan memikul beban membawa nama Belanda, pemain-pemain tersebut juga tak mampu menembus level 'bintang utama' di klub masing-masing. Sah rasanya jika menyebut Belanda saat ini kekurangan pemain bintang papan atas.
Setelah gagal ke Piala Dunia 2018, Belanda wajib berbenah. Mereka harus bekerja keras untuk bisa kembali tampil dan memeriahkan gelaran turnamen besar berikutnya, Piala Eropa 2020. Bila mereka kembali gagal tampil di turnamen tersebut, maka nama Belanda lama-kelamaan tak lagi dipandang sebagai nama besar dalam dunia sepak bola.