Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Gregoria Mariska menatap tajam Han Yue saat papan skor menunjukkan angka 17-19 untuk keunggulan sang lawan di pengujung gim ketiga. Gregoria langsung mengawali permainan dengan
dropshot dan terus mengambil insiatif menyerang. Gregoria akhirnya dapat poin usai Han Yue gagal menyeberangkan kok.
Pada kesempatan berikutnya, smes keras Gregoria langsung menghasilkan poin untuk membuat kedudukan sama kuat 19-19.
Gregoria kembali ada dalam situasi kritis saat Han Yue meraih
championship point di kedudukan 20-19. Poin Han Yue didapat dari kesalahan Gregoria yang terlalu bernafsu melakukan smes.
 Gregoria Mariska mampu tetap tampil tenang meski beberapa kali ada dalam tekanan berat di laga final. (Dok. PBSI) |
Gregoria berusaha tenang meski 'nyawanya' di final Kejuaraan Dunia Junior Bulutangkis 2017 sudah di ujung tanduk. Ketenangannya membawa hasil. Skor sama kuat 20-20 setelah Han Yue gantian membuat kesalahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gregoria sempat gagal memanfaatkan dua
championship point saat deuce, terutama di poin 22-21 saat pukulannya secara tak terduga bisa dikembalikan Han Yue. Namun, Gregoria tetap mampu menjaga konsentrasi dan akhirnya menyudahi pertandingan dengan kemenangan 21-13, 13-21, dan 24-22.
Gregoria bersiap berdiri di podium. Berbeda ketika ia tampak tegar di lapangan, Gregoria terlihat goyah di momen kemenangan ini. Gregoria menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan penuh semangat. Tangan kanannya melakukan hormat sedangkan tangan kirinya sesekali mengusap mata.
 Gregoria Mariska berhasil berdiri di podium tertinggi pada Kejuaraan Dunia Junior 2017. (Foto: Dok. PBSI) |
Gregoria menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan khidmat. Mulutnya yang sesekali tertahan karena rasa haru makin membuat lagu Indonesia Raya hari itu terdengar lebih menggetarkan kalbu.
Kilas balik ke belakang, Gregoria masuk ke pelatnas pada 2014 saat usianya baru akan beranjak 15 tahun. Gregoria adalah salah satu usaha PBSI dan Indonesia memiliki tunggal putri yang bisa bersaing di level dunia.
Saat itu Indonesia masih bertumpu pada angkatan Linda Wenifanetri dan Bellaetrix Manuputty yang usianya jauh di atas generasi Ratchanok Intanon, Carolina Marin dan kawan-kawan. Pebulutangkis Indonesia generasi Ratchanok dan Marin pun tak mampu memberikan perlawanan.
Karena itu PBSI melakukan terobosan dengan memanggil sejumlah pebulutangkis usia muda untuk langsung bergabung dengan PBSI dalam proyek jangka panjang. Harapannya, mereka bisa diolah dengan lebih baik dan bisa lebih cepat matang.
Gregoria kemudian melalui hari-harinya di Pelatnas Cipayung dengan melihat senior-senior yang usianya jauh di atasnya, baik untuk nomor tunggal putri maupun nomor lainnya. Dia belajar banyak, di dalam maupun di luar lapangan.
Gregoria juga diikutsertakan ke sejumlah turnamen level super series, meski juga dilepas untuk turun di turnamen level junior. Gregoria pun sudah merasakan duel lawan sejumlah pemain top dunia. Pengalaman-pengalaman itu yang menempa Gregoria menjadi pemain yang cukup matang di usia yang masih belasan.
Gregoria kini sudah berstatus sebagai juara dunia junior. Gregoria adalah juara dunia junior perdana dari Indonesia dalam kurun waktu 25 tahun terakhir. Namanya, kini makin diharapkan sebagai pembangkit kejayaan tunggal putri Indonesia.
Setelah Susy Susanti jadi pebulutangkis terbaik di dunia era 90-an, disusul kehadiran sesaat Mia Audina sebagai wakil Merah-Putih, Indonesia tak lagi memiliki pebulutangkis top dunia di nomor ini.
Prestasi Indonesia di nomor ini hanya berupa ledakan sesaat seperti saat Maria Kristin meraih medali perunggu Olimpiade 2008 dan Linda merebut medali perunggu Kejuaraan Dunia 2015. Selebihnya, putri-putri Indonesia sulit tampil konsisten dan bertahan di papan atas ranking dunia.
 Nozomi Okuhara, juara dunia 2017 masih berusia muda dan bakal jadi lawan berat bagi Gregoria Mariska di masa depan. (REUTERS/Russell Cheyne) |
Satu hal yang bisa membuat Gregoria percaya diri adalah fakta bahwa juara dunia junior dalam kurun waktu satu dekade terakhir sukses jadi pemain besar.
Wang Yihan, Wang Lin, Saina Nehwal, Ratchanok Inthanon, Nozomi Okuhara, dan Akane Yamaguchi adalah nama-nama yang mampu mengukir prestasi hebat saat masuk ke jenjang senior.
Di sisi lain, nomor tunggal putri adalah nomor dengan persaingan paling ketat saat ini. Nama-nama seperti Marin, Nozomi, P.V Sindhu, Ratchanok, Akane, Tai Tzu-ying, hingga Saina bakal jadi nama yang menghalangi Gregoria untuk meraih prestasi besar di level senior.
Tantangan berat lain bagi Gregoria adalah umur para penguasa dunia tunggal putri saat ini yang tak berbeda jauh dengannya yang saat ini berusia 18 tahun. Akane (20 tahun), P.V Sindhu, Nozomi dan Ratchanok (22 tahun), Tai Tzu Ying (23 tahun) dan Carolina Marin (24 tahun). Itu berarti nama-nama tersebut akan beredar dalam kurun waktu yang lama pada perjalanan karier Gregoria Mariska di masa depan.
 Carolina Marin, juara Olimpiade 2016 juga masih berusia 24 tahun. (Reuters/Alkis Konstantinidis) |
Gregoria Mariska...
Selamat bersenang-senang namun jalan masih panjang!
Semoga perjalanan selanjutnya makin menyenangkan dan membanggakan!