Jakarta, CNN Indonesia -- Keinginan pelatih Luis Milla untuk memoles kualitas tim di turnamen Aceh World Solidarity Tsunami Cup 2017 tidak berjalan maksimal. Kualitas pertandingan turnamen ini terbilang rendah karena kondisi lapangan yang buruk.
Buruknya kondisi lapangan Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, bukan sepenuhnya karena minimnya fungsi drainase. Melainkan adanya cuaca ekstrem siklon Dahlia yang sedang menyelimuti kawasan Sumatera, termasuk Aceh.
Bibit siklon tropis ini berdampak pada peningkatan gelombang laut hingga 4 meter, angin kencang, dan hujan lebat disertai kilat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Guyuran hujan deras menjadi pemandangan tak asing sejak Tsunami Cup digelar pada 2 Desember 2017. Hal ini membuat lapangan stadion tergenang air hingga menyebabkan lumpur.
 Aliran bola kerap tersendat karena genangan air yang menyebabkan lumpur. (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra) |
Kondisi lapangan yang becek karena hujan tentu menghambat permainan. Kualitas pertandingan menurun karena seluruh tim tak leluasa bereksplorasi di lapangan.
Para pemain kesulitan untuk memainkan umpan pendek kombinasi karena genangan air yang terdapat di banyak titik. Bahkan, tak sedikit pula peluang emas terbuang karena bola terhenti di depan gawang.
Osvaldo Haay misalnya. Tembakan mendatarnya berhenti di depan gawang Mongolia yang dipenuhi genangan air. Sementara Ilija Spasojevic juga harus menyeka lumpur sebelum melakukan tembakan penalti ke gawang Mongolia, Senin (4/12).
Kendati demikian, Timnas Indonesia sukses meraih dua kemenangan beruntun di ajang ini. Setelah berhasil mengalahkan Brunei Darussalam 4-0, Indonesia juga mampu menaklukkan Mongolia 3-2.
 Pelatih Timnas Indonesia Luis Milla berharap bisa memoles kualitas tim asuhannya di Tsunami Cup 2017. (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat Putratama H) |
Akan tetapi, dua kemenangan tersebut tidak berarti banyak karena rendahnya kualitas pertandingan. Pelatih Luis Milla hanya berupaya meracik strategi yang pas dengan kondisi lapangan, bukan karena karakter tim lawan.
Pada laga melawan Mongolia misalnya. Milla memilih untuk menurunkan Saddil Ramdani sebagai penyerang lubang dengan formasi 4-2-3-1. Saddil biasanya bermain di posisi sayap.
Tujuannya agar Saddil bisa menggunakan kecepatannya untuk menerobos barikade pertahanan lawan yang sulit ditembus lantaran lapangan becek akibat guyuran hujan.
 Hujan deras yang rutin mengguyur kawasan Aceh berdampak terhadap kualitas lapangan Stadion Harapan Bangsa. (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat) |
Ciri khas
ball possession yang diinginkan Luis Milla juga tak sepenuhnya bisa diperagakan dalam kondisi lapangan yang berlumpur. Mau tak mau, skenario umpan silang dan bola-bola panjang jadi andalan.
Luis Milla harus menghadapi buruknya lapangan akibat cuaca ekstrem. Ia tak bisa melakukan banyak eksperimen untuk menerapkan variasi strategi dalam kondisi lapangan uang jauh dari ideal.
Timnas Indonesia masih memiliki satu pertandingan sisa di turnamen yang digelar untuk memperingati bencana tsunami di Aceh ini. Lawan yang bakal dihadapi adalah Kirgistan. Duel penentu ini bakal digelar pada Rabu (6/12) sore nanti.
Luis Milla berkesempatan untuk melakukan eksperimen melawan Kirgistan yang berstatus sebagai tim favorit juara di turnamen ini. Namun, upaya untuk mengeksplorasi strategi ciamik bisa kembali melempem jika laga kembali diguyur hujan.
(bac)