Banda Aceh, CNN Indonesia -- Perjalanan karier Martunis di Sporting Lisbon mandek. Ia mengaku kesulitan beradaptasi di Portugal, mulai bahasa, makanan, cuaca, dan postur.
Martunis dibawa ke negara Semenanjung Iberia itu oleh ayah angkatnya yang juga megabintang Real Madrid, Cristiano Ronaldo pada akhir Juni 2015 lalu. Di Portugal, Martunis 'disekolahkan' di akademi Sporting Lisbon U-19.
Padahal, sebelum berangkat ke Portugal, Martunis sempat mendapat pembekalan kursus bahasa Portugis selama empat bulan, dan satu bulan kursus bahasa Inggris. Hanya, hal tersebut tidak banyak membantu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut pengakuan Martunis, di Sporting juga banyak pemain yang berasal dari Afrika atau Brasil. Namun, tidak banyak yang bisa berbahasa Inggris.
 Martunis pernah berkesempatan bertemu bintang-bintang timnas Portugal dan pelatih Luiz Felipe Scolari. (AFP PHOTO / FRANCISCO PARAISO) |
Selain faktor bahasa, kendala terbesarnya dalam menyesuaikan diri di Lisbon adalah materi latihan. Bagi Martunis yang pernah mengikuti seleksi Timnas Indonesia U-17 dan U-19, Sporting selalu memulai latihan di pusat kebugaran selama 10-15 menit. Berbeda dengan kebanyakan klub di Indonesia yang mengisinya dengan pemanasan.
"Misalnya latihan fisik,
juggling, lalu
passing. Keesokan harinya ada khusus untuk latihan di pusat kebugaran selama satu jam. Besoknya lagi materinya adu kecepatan, fisik, pembentukan badan," ujar Martunis.
Berkaca pada metode latihan di Portugal, Martunis menilai simulasi permainan yang kerap dilakukan klub-klub Indonesia dalam latihan justru dianggap tidak penting. Permainan hanya ada dalam pertandingan resmi.
"Bagi saya, agak susah mengerti cara latihan mereka.
Game di sana agak cepat dan polanya menyerang. Sepak bolanya keras, berkelahi ya berkelahi, patah [tulang] ya patah," ucap Martunis.
"Mereka bersaing untuk mencari posisi utama. Tidak ada kawan dalam lapangan. Kawan itu di luar lapangan saja," Martunis menambahkan.
Setelah kembali ke Indonesia pada 2016, Martunis justru mengalami cedera lutut kanan dalam pertandingan amal di lapangan Kopassus, Cijantung. Cedera itu juga yang membuat kariernya di Tanah Air terhambat sampai dengan saat ini.
 Martunis bergabung dengan Sporting Lisbon pada 2015 lalu karena Cristiano Ronaldo. (AFP PHOTO / SONNY TUMBELAKA) |
Padahal, sebelum cedera, Martunis mengatakan sempat mendapat tawaran dari banyak klub. Mulai dari Malaysia, akademi di California, hingga klub Qatar. Dia juga membantah dirinya dipecat dari Sporting.
"Sebenarnya saya bukan dipecat Sporting, tapi memang saya sudah ada kontrak [tambahan]. Saya pulang pada 1 Juni 2016, itu karena masalah visa belum siap," kata Martunis.
 Martunis tidak bisa beradaptasi dengan cara bermain dan cuaca di Portugal. (AFP PHOTO / EKO DENI SAPUTRA) |
"Saya ke Jakarta pada Agustus untuk urus visa. Setelah urus visa, saya rencana mau tes polisi. Tapi tidak jelas [nasib tes di polisi]," Martunis menjelaskan.
Hanya, sebelum tes di kepolisian, pria kelahiran Tibang, Banda Aceh tersebut mendapat tawaran dari Bhayangkara FC, klub juara Liga 1 2017. Dalam pengakuannya, apabila menjadi pemain Bhayangkara FC, dirinya bisa menjadi polisi.
"Tetapi, tiba-tiba nama saya tidak ada. Lalu, orang Sporting bertanya kepada saya 'Apakah kamu ingin kembali ke Portugal?' Karena saya sudah fokus ke polisi, saya batalkan semuanya," kata Martunis.
(sry/bac)