Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu atlet sepeda terbaik yang dimiliki Turki, Ahmet Orken, terpaksa meninggalkan klub sepeda Israel Cycling Academy setelah keluarganya mendapat tekanan menyusul isu Yerusalem.
Orken sebenarnya baru menandatangani kontrak dengan Israel Cycling Academy pada September lalu. Atlet 24 tahun itu merupakan salah satu pesepeda time trial terbaik di Eropa saat ini.
Dikutip dari
AFP, Orken memutuskan untuk mengakhiri kontrak dengan Israel Cycling Academy setelah keluarganya di Turki mendapat tekanan menyusul keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Orken tidak menyebutkan tekanan apa yang dialami keluarganya di Turki. Atlet 24 tahun itu berharap dengan keputusannya meninggalkan Israel Cycling Academy akan membuat kehidupan keluarganya menjadi lebih tenang.
 Keputusan Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel menciptakan polemik. (REUTERS/Jonathan Ernst) |
“Dua pekan terakhir merupakan periode yang sulit buat saya. Saya mengambil keputusan ini agar tidak mengkhawatirkan negara dan keluarga saya. Ini adalah keputusan yang saya buat sendiri,” ujar Orken.
Setelah meninggalkan Israel Cycling Academy, Orken kini bergabung dengan tim sepeda asal Turki, Salcano Sakarya Buyuksehir. Pihak Israel Cycling Academy sendiri mengaku bisa menerima keputusan Orken.
“Meski kami kecewa dengan keputusan ini, kami hanya menginginkan yang terbaik untuk Orken dan keluarganya. Pintu Israel Cycling Academy selalu terbuka untuk Orken dan berharap dia bisa kembali bergabung dengan tim,” ucap manajer Israel Cycling Academy, Ran Margaliot.
Dalam keterangan resminya, pihak Israel Cycling Academy menyatakan keluarga Orken yang tinggal di Kota Konya berada dalam situasi yang sulit. Terlebih Turki merupakan salah satu negara yang dengan keras menentang keputusan Donald Trump.
“Orken atlet dan pribadi yang hebat. Dia bergabung dengan kami dengan visi mengedepankan olahraga di atas politik. Dia mengambil keputusan yang berani dan mendapat dukungan dari masyarakat Israel dan Turki,” ucap Margaliot.
(jun)