Jakarta, CNN Indonesia --
Juventus sukses menyingkirkan
Tottenham Hotspur pada babak 16 besar
Liga Champions setelah menang 2-1 pada leg kedua di Stadion Wembley, London, Rabu (7/3). Salah satu generasi emas Juventus pun selamat dari sebuah akhir era.
Juventus sepertinya akan tersingkir lebih awal di Liga Champions saat pertandingan babak pertama di Stadion Wembley berakhir. Gol dari Son Heung-min membuat Tottenham unggul atas Juventus di 45 menit pertama pertandingan.
Dua perubahan yang dilakukan pelatih Massimiliano Allegri pada menit ke-60 dan 61 kemudian mengubah segalanya bagi Juventus. Allegri memasukkan Kwadwo Asamoah dan menarik Blaise Matuidi pada menit ke-60, dan kemudian memasukkan Stephan Lichtsteiner untuk menggantikan posisi Medhi Benatia satu menit kemudian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masuknya Asamoah dan Lichtsteiner membuat Juventus berubah formasi dari 3-4-3 menjadi 4-4-2. Juventus pun bermain lebih menyerang. Perubahan itu juga membuat Heung-min tidak mampu bergerak leluasa di sisi kanan pertahanan Juventus seperti di babak pertama.
 Gianluigi Buffon merayakan kemenangan bersama Giorgio Chiellini dan Andrea Barzagli. (REUTERS/Dylan Martinez) |
Adalah Lichtsteiner yang membuat Juventus berubah. Kehadiran bek veteran asal Swiss itu langsung memberikan efek signifikan. Tiga menit setelah masuk lapangan, sebuah umpan silang Lichtsteiner dari sisi kanan menjadi awal kebangkitan Juventus.
Umpan silang Lichtsteiner berhasil disundul Sami Khedira dan mengarah ke Gonzalo Higuain. Tanpa kawalan, Higuain tidak melakukan kesalahan di depan gawang Hugo Lloris. Sontekan kaki kanannya membuat Lloris hanya bisa melihat. Gawang Tottenham pun bergetar.
Belum sempat mengumpulkan konsentrasi setelah gol Higuain, gawang Tottenham kembali kebobolan tiga menit kemudian. Sebuah umpan terobosan Higuain berhasil dimanfaatkan Paulo Dybala untuk membawa Juventus unggul 2-1.
Dengan lebih dari 20 menit waktu tersisa, Tottenham seharusnya masih bisa mencetak gol penyeimbang atau bahkan untuk meraih kemenangan. Tapi, di sinilah mental dan pengalaman Juventus di Liga Champions berbicara.
Lewat permainan bertahan yang luar biasa dan disiplin, Juventus mampu membuat para pemain Tottenham frustrasi di sisa pertandingan.
 Gianluigi Buffon hampir menjalani pertandingan terakhir di Liga Champions bersama Juventus. (REUTERS/Dylan Martinez) |
Jika ada tim yang paling gemar bertahan, itulah Juventus. Mereka adalah satu-satunya tim di dunia ini yang merayakan keberhasilan mengadang serangan lawan seperti mencetak gol. Lihat saja ketika Buffon dan Chiellini merayakan keberhasilan memotong umpan silang Heung-min ke Kane pada menit ke-78.
Peluang terakhir Tottenham tercipta pada menit ke-90 ketika sundulan Kane membentur tiang gawang. Erik Lamela gagal memanfaatkan bola rebound karena kesigapan Andrea Barzagli membuang bola. Skor 2-1 untuk Juventus bertahan hingga laga usai. Si Nyonya Tua pun lolos ke perempat final dengan agregat 4-3.
Usai pertandingan Buffon, Chiellini, dan Barzagli langsung berpelukan merayakan kemenangan. Mereka seperti sadar betapa berharganya kemenangan atas Tottenham ini. Pasalnya, laga di Stadion Wembley bisa jadi pertandingan terakhir di Liga Champions bagi sejumlah pemain veteran itu.
Buffon sudah 40 tahun dan hampir pasti pensiun akhir musim ini. Begitu juga Barzagli yang akan berusia 37 pada Mei mendatang. Andai Tottenham menang, pasti akan ada banyak pihak yang menyatakan sebuah era emas Juventus telah berakhir. Tapi, para veteran lini belakang itu belum menyerah.
(sry)