Jakarta, CNN Indonesia --
Kevin Sanjaya/
Marcus Fernaldi Gideon kini berstatus sebagai ganda putra nomor satu dunia. Keberhasilan lolos ke babak final dalam sembilan turnamen terakhir dengan torehan tujuh gelar juara menjadi bukti kehebatan
Kevin/Marcus.
Di balik keperkasaan Kevin/Marcus terdapat tangan dingin Herry Iman Pierngadi. Kevin/Marcus bukanlah sukses pertama bagi sosok pria yang sudah tiga dekade menjadi pelatih nomor ganda putra di Pelatnas PBSI.
Bagaimana Herry IP melihat sosok Kevin/Marcus? berikut wawancara eksklusif
CNNIndonesia.com dengan Herry IP:
Saat coach Herry melihat Kevin/Marcus kali pertama dipasangkan apakah sudah melihat potensi sebagai ganda hebat?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertama melihat mereka sama saja seperti pasangan lain statusnya, sejajar dan sama-sama punya potensi. Namun pada Jepang Super Series 2015, saat mereka kalah lawan Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa, saya melihat
skill dan motivasi mereka yang bagus. Kriteria pemain papan level atas ada di mereka, cuma butuh waktu saja. Mulai dari situ saya mulai banyak berharap pada mereka bisa menjadi calon pengganti Ahsan/Hendra.
Pada 2016 mereka memenangkan tiga gelar. Bagaimana pandangan Anda terhadap Kevin/Marcus di awal 2017?
Kalau di awal 2017 itu masih belum terlalu yakin bisa sampai seperti sekarang. Mulanya dari kejuaraan China Terbuka bulan Oktober [2016], mereka juara dengan mengalahkan Mathias Boe/Carsten Mogensen. Mulai dari situ mulai ada harapan. Setelah juara All England, saya baru benar-benar yakin dan mantap kalau mereka bisa jadi pemain top dunia.
 Herry Iman Pierngadi puas dengan keberhasilan Kevin/Marcus mempertahankan titel juara All England. (Foto: CNN Indonesia/Aulia Bintang Pratama) |
Kevin/Marcus menorehkan catatan lolos ke final dalam sembilan turnamen terakhir. Apa kunci utama mereka bisa konsisten?Modal utama mereka ini mental bertanding seperti seorang pejuang, lawan siapapun tak ada takutnya, mental bertanding mereka memang luar biasa. Itu yang buat mereka bisa konsisten.
Setiap pertandingan mereka tidak mau kalah, apalagi setelah tujuh turnamen tidak terkalahkan mereka tetap haus juara. Bagi mereka setelah turnamen lewat, mereka tak merasa sebagai juara bertahan dan ingin terus memenangkan setiap pertandingan.
Di babak awal All England 2018 Kevin/Marcus terlihat tidak langsung agresif menyerang. Apa mereka sudah bisa mengukur permainan lawan?Ada betulnya, betul banget. Pertama main di All England babak pertama bertemu teman sendiri (Angga Pratama/Rian Agung), masih belum
in. Terus babak kedua bertemu ganda Malaysia, permainan mereka belum normal tetapi sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Namun setelah babak ketiga mereka sudah mulai main seperti yang mereka inginkan. Kalau bicara polanya, memang mereka tidak seperti biasanya yang selalu menyerang. Semua tergantung lawan, tergantung strategi yang kami terapkan.
Gaya main kevin/Marcus benar-benar baru atau ada ganda yang memiliki pola main seperti mereka di era sebelumnya? Setiap pemain punya kelebihan dan kekurangan dalam gaya bermain, tapi kalau mau dimirip-miripin, mirip sama Sigit [Budiarto] dan Candra [Wijaya]. Tapi di sini Kevin lebih banyak bola-bola triknya danlebih cepat. Kalau Marcus sama Candra masing-masing punya kelebihan dan kekurangan.
Menurut Coach Herry apa kelebihan yang paling menonjol dari Kevin/Marcus?Banyak. Yang paling menonjol mental bertanding hebat, itu modal. Kedua, kalau dari Kevin itu cerdik dan kecepatan/reaksinya luar biasa. Sedangkan Marcus sifat pantang menyerah yang paling menonjol. Ia tak gampang menyerah walaupun sudah tertinggal. Keuletan Marcus sangat terlihat.
 Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon tampil apik di awal tahun 2018 dan telah merebut tiga titel juara. (AFP PHOTO / Paul ELLIS) |
Di All England 2018, Kevin dinyatakan bersalah saat pura-pura memukul kok yang out. Apa yang terjadi?Itu jauh dari
fault. Kalau di tayangan ulang di TV bolanya sudah lewat, Kevin baru mukul. Kalau dari
rule tidak ada
fault. Setelah pertandingan saya minta tolong wasit dari Indonesia untuk menanyakan wasit yang memimpin pertandingan mengapa kena
fault? Sang wasit melihat ada sentuhan, itu jawabannya dia.
Sebenernya tidak, jauh sekali. Namun karena dia melihatnya tersentuh, kita enggak bisa bilang apa-apa. Itu haknya dia.
Berkaca dari insiden itu, apakah coach Herry tetap membiarkan Kevin/Marcus untuk menampilkan aksi 'perang mental'?Dalam setiap pertandingan Kevin akan melakukan hal seperti itu, memang gayanya. Akan tetapi yang saya bilang pada Kevin jangan lakukan itu [menantang] ke wasit. Setelah kejadian itu terus di
fault, ya sudah. Setelah momen itu ada 1-2 momen seolah-olah dia tanya lagi sama wasit, apa itu tadi
fault. Itu menurut saya yang jangan dilakukan.
Karena wasit itu yang punya kuasa di lapangan. Kalau bola mengarah
out lalu pura-pura dipukul hal itu tidaklah masalah, itu gaya Kevin. Itu jadi salah satu hal yang ditunggu penonton, salah satu hiburan dan banyak penonton yang menunggu. Tetapi yang saya kasih tahu ke Kevin, jangan lakukan ke wasit. Bahasa kasarnya, jangan meledek wasit.
 Kesuksesan Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon membuat mereka mendapat undangan bertemu Presiden Jokowi. (CNN Indonesia/Christie Stefanie) |
Salah satu yang sering dilakukan Kevin/Markus adalah berani berbicara ke wasit. Apakah itu kelebihan mereka?Itu salah satu kelebihan mereka. Kalau mereka merasa keputusan wasit tidak adil, ya mereka protes. Menanyakan kenapa disalahkan, itu suatu keberanian. Itu karakter dari pemain. Mestinya harus seperti itu. Contoh buat ganda-ganda yang lain kalau waktu bertanding merasa benar, boleh bertanya pada wasit.
Keberhasilan
Kevin/Marcus masuk final dalam sembilan turnamen terakhir dengan tujuh titel juara membuat mereka kini berstatus sebagai ganda terbaik di dunia.
Namun, bukan berarti mereka tak memiliki kendala untuk terus mempertahankan status itu. Selain lawan-lawan di lapangan, musuh lain Kevin/Marcus adalah cedera. Bagaimana pandangan Herry IP mengenai hal itu? berikut lanjutan wawancara Herry IP dengan
CNNIndonesia.com:
Bagaimana agar Kevin/Marcus tetap berada di level mereka pada ajang seperti Kejuaraan Dunia dan Asian Games tahun ini?Sebenarnya ujian penting mereka ada di All England 2018, karena gelar juara yang mereka raih di 2017 itu spektakuler. Ujian pertama di Indonesian Masters, mereka bisa buktikan. Terus ujian kedua di All England mereka juga bisa buktikan, dengan dua turnamen di 2018 saya yakin dan optimistis mereka bisa mencapai apa yang ditargetkan oleh PBSI.
 Herry IP menyebut cedera Kevin/Marcus jadi salah satu hal yang bakal diperhatikan secara serius agar tak menghambat karier mereka. (Dok. PBSI) |
Apakah coach Herry selalu menekankan target juara untuk Kevin/Marcus di tiap turnamen?Saya tidak selalu memberikan target juara. Saya memberikan masukan, mereka tahu tugas dan tanggung jawabnya. Saya tidak secara langsung mengatakan kamu harus juara, tapi dia tahu tugas dan tanggung jawabnya. Itu salah satu kelebihan mereka.
Terhitung sejak tahun lalu ada beberapa cedera yang mengganggu Kevin/Marcus. Apakah karena terlalu keras berlatih?Kevin ada cedera bahu waktu Indonesia Terbuka tahun lalu, otot sobek beberapa lembar. Sampai saat ini masih ada konsultasi dengan dokter dan masih belum pulih 100 persen sampai sekarang. Kevin juga mengatakan cedera tersebut terkadang sakit dan ini yang harus dijaga agar tak jadi cedera kambuhan.
Khusus Marcus waktu di Denmark bermasalah dengan pinggang, menurut saya udah mulai sembuh. Cedera terbaru ada di bahu Marcus, tapi mungkin tidak separah Kevin. Kevin setelah di MRI memang benar-benar sobek, tapi dengan terapi rutin bisa diatasi.
 Kevin/Marcus ketika menjadi juara All England 2018. (ANTARA FOTO/Handout/Humas PBSI) |
Siapa lawan yang berpotensi mengganjal langkah Kevin/Marcus tahun ini?Saya rasa yang harus diperhatikan ada beberapa pasangan dari negara lain seperti China dan Taiwan yang tetap kita waspadai. Secara keseluruhan, untuk satu tahun ke depan, asal tidak ada masalah cedera, Kevin/Marcus masih bisa mengatasi semua pasangan di dunia.
Kevin/Marcus bakal dihantui pertanyaan apakah performa mereka bakal tetap sama di Piala Thomas. Bagaimana Anda melihat hal itu?Kalau saya sih optimis saja ya, mau main perorangan atau beregu tetep sama. Mungkin mereka bisa lebih baik di beregu, karena ini tanggung jawab tim. Mereka harus lebih semangat lagi.