Surya Sumirat
Surya Sumirat
Menyukai olahraga terutama sepak bola, penggemar Manchester United. Pernah bekerja di Harian Olahraga TopSkor, kini menjadi writer di CNNIndonesia.com

Menanti Kedewasaan PSSI di Usia ke-88

Surya Sumirat | CNN Indonesia
Kamis, 19 Apr 2018 20:08 WIB
Di usianya yang ke-88, kedewasaan PSSI dinanti agar membawa kejayaan bagi sepak bola Indonesia yang belakangan terus terpuruk.
Kedewasaan PSSI bisa memengaruhi sikap anggota-anggotanya. (CNN Indonesia/Laudy Gracivia)
Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia [PSSI] merayakan ulang tahun ke-88 dengan sederhana di Lapangan ABC Senayan, Rabu (18/4) malam. Selama satu dekade belakangan, PSSI tampak selalu merayakan hari jadi tanpa bermewah-mewah.

Memang layak apabila PSSI menggelar perayaan ulang tahun secara sederhana. Pasalnya, belum ada prestasi yang bisa dibanggakan dari sepak bola Indonesia yang berada di bawah naungan PSSI sejauh ini.

Sejak PSSI didirikan Soeratin Sosrosoegondo pada 19 April 1930, Timnas Indonesia hanya dua kali mengecap manisnya juara di level senior. Itu pun di turnamen yang tidak di bawah naungan FIFA, lantaran hanya juara di tingkat regional ASEAN ketika menjadi kampiun SEA Games 1987 dan 1991.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara dalam pelaksanaan kompetisi, Liga Indonesia tidak selalu berjalan mulus. Bahkan beberapa di antaranya ada yang diberhentikan, termasuk munculnya dualisme kompetisi pada 2011-2012.

Pelaksanaan kompetisi Liga Indonesia perlu berkesinambungan dengan agenda Timnas Indonesia.Pelaksanaan kompetisi Liga Indonesia perlu berkesinambungan dengan agenda Timnas Indonesia. (ANTARA FOTO/Anis Efizudin)
Di usia yang cukup sepuh ini semestinya PSSI bisa lebih mewadahi sepak bola Indonesia dengan baik, membuat publik pecinta sepak bola Tanah Air menikmati momen-momen indah si kulit bundar.

Dengan usia yang hampir menyentuh kepala sembilan, PSSI seharusnya tinggal duduk manis melihat kompetisi berjalan baik tanpa banyak masalah. Menyaksikan Timnas Indonesia mengangkat trofi di kejuaraan-kejuaraan penting.

Timnas Indonesia tidak seharusnya hanya menjadi pelengkap dan penggembira sebuah turnamen atau ajang. Suporter Indonesia juga butuh terlibat dalam sebuah perayaan kemenangan, bukan lagi diliputi ketegangan dalam pertandingan lalu dikecewakan dengan kegagalan Timnas Indonesia. Serius, tidak enak rasanya di-PHP seperti itu.

Secara pribadi saya memang tidak berharap Timnas Indonesia selalu juara di setiap turnamen. Tetapi setidaknya tidak selalu kalah atau gugur di babak-babak awal juga.

Namun jangankan menjadi juara, kenyataan saat ini Indonesia justru kian tertinggal dari negara tetangga. Tengok saja Filipina yang pada 2019 nanti bisa berpartisipasi di Piala Asia yang digelar di Uni Emirat Arab. The Azkals melaju ke putaran final Piala Asia 2019 setelah menjadi juara grup di babak ketiga kualifikasi.

Evan Dimas Darmono menjadi salah satu pemain kunci Timnas Indonesia U-19 menjuarai Piala AFF U-19 2013.Evan Dimas Darmono menjadi salah satu pemain kunci Timnas Indonesia U-19 menjuarai Piala AFF U-19 2013. (ANTARA/Wahyu Putro A)
Malaysia dengan Timnas U-23 sukses mencapai babak perempat final di Piala Asia U-23 2018. Sementara, Vietnam tampil mengejutkan di turnamen tersebut sebagai runner up usai dikalahkan Uzbekistan 1-2 di final.

Timnas Indonesia sendiri gagal berpartisipasi di ajang tersebut karena lebih dulu kandas di babak kualifikasi. Tim asuhan Luis Milla itu kalah saing dari Malaysia dan Thailand setelah hanya menempati peringkat ketiga Grup H babak kualifikasi.

Prestasi Timnas Indonesia di semua kelompok umur memang tidak memulu jeblok. Kita pernah merasakan euforia juara Piala AFF U-19 pada 2013. Timnas Indonesia U-19 ketika itu juga melanjutkan penampilan apiknya di kualifikasi Piala Asia U-19 2014 dengan mengalahkan Korea Selatan 3-2, sekaligus lolos ke putaran final Piala Asia U-19 2014.

Sayangnya jauh sebelum mencapai prestasi di Timnas, pelaksanaan kompetisi sepak bola Indonesia juga kerap amburadul. Ketika kompetisi hendak bergulir, masalah jadwal kerap muncul. Jika tidak molor, draf jadwal yang ada selalu menjadi perdebatan, baik karena bentrok dengan agenda Timnas Indonesia atau hal lainnya.

PSSI perlu menyusun jadwal pertandingan yang tepat untuk Timnas Indonesia.PSSI perlu menyusun jadwal pertandingan yang tepat untuk Timnas Indonesia dengan memperbanyak FIFA matchday. (CNN Indonesia/Andry novelino)
Pelaksaan kompetisi memang berada di bawah kendali operator, tetapi PSSI tetap memiliki kewenangan untuk menekan operator agar bisa menyelenggarakan liga dengan sebaik mungkin. PSSI bisa turun tangan jika operator kompetisi mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menimbulkan kegaduhan.

Terlebih lagi, kompetisi ini bermuara pada prestasi Timnas Indonesia. Ada yang bilang, Timnas bagus terbentuk dari kompetisi yang bagus juga. Apabila kompetisi sepak bola Indonesia kerap bentrok dengan jadwal Timnas Indonesia, atau klub peserta membatasi jumlah pemain yang dikirim ke Timnas Indonesia, maka keinginan agar skuat Merah Putih bisa berdiri di podium juara akan sulit tercapai.

Mendengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan dan melihat bendera Merah Putih dikerek di posisi paling atas pun hanya jadi angan semata.

Usai mendapat sanksi satu tahun dari FIFA sejak 2015-2016, masa transisi sepak bola Indonesia memang tidak berjalan mulus. Timnas Indonesia kembali gagal di SEA Games 2017. Indonesia juga tidak mengikuti kualifikasi Piala Asia 2019 yang digelar mulai 2015 karena saat itu masih dalam masa hukuman FIFA.

Selain membereskan masalah kompetisi, PSSI juga perlu menyusun program serta jadwal pertandingan yang tepat bagi Timnas Indonesia. Jika melihat posisi Timnas Indonesia yang kerap turun di daftar peringkat FIFA, bisa jadi salah satu faktornya karena tidak ada atau minimnya FIFA Matchday dalam kalender skuat Garuda.

Urusan sepak bola Indonesia tidak boleh laga dicampuri dengan politik.PSSI perlu lebih bersikap dewasa di usianya yang sudah tidak lagi muda. (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat Putratama H)
Padahal, jadwal pertandingan ini bisa disusun dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan catatan, Liga Indonesia sudah berjalan dengan baik.

Di luar masalah jadwal FIFA Matchday yang mungkin sedikit terabaikan, aspek lain yang bisa mempengaruhi peringkat FIFA Timnas Indonesia adalah karena PSSI lebih fokus dengan target juara di ajang sekelas SEA Games. Ke depannya tidak seharusnya PSSI menjadikan SEA Games sebagai target utama Timnas Indonesia.

Persiapan serius juga perlu dilakukan ketika menghadapi turnamen Piala AFF. Pasalnya saat ini Piala AFF sudah masuk kalender FIFA kategori A. Jika Indonesia kerap membuang kesempatan di level Piala AFF, bagaimana bisa berbicara di Piala Asia atau kualifikasi Piala Dunia.

Tanpa memiliki prestasi di dalam turnamen, Indonesia hanya bisa berharap berpartisipasi di turnamen besar dengan menjadi tuan rumah. Seperti ajang Piala Asia 2007 lalu, atau Piala Dunia 2034 mendatang yang tengah menjadi target berikutnya bagi PSSI.

Menanti Kedewasaan PSSI di Usia Ke-88 TahunUrusan sepak bola Indonesia tidak boleh laga dicampuri dengan politik. (ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi)
Kini, sepak bola dan Timnas Indonesia bakal menyambut Asian Games 2018. Ajang yang bisa menjadi pembuktian bahwa sepak bola Indonesia jauh berkembang, mungkin sekaligus menjadi kado yang terlambat bagi PSSI jika sukses mencapai empat besar.

Akan tetapi butuh kedewasaan PSSI agar sepak bola Indonesia kembali bersinar dan dipandang publik internasional. PSSI perlu lebih bijak dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah. Termasuk tidak lagi mencampur-adukan persoalan sepak bola dengan politik.

Absennya Edy Rahmayadi di perayaan ulang tahun PSSI ke-88 merupakan salah satu yang disayangkan. Meskipun yang bersangkutan sedang dalam posisi nonaktif sebagai ketua umum (ketum) karena tengah bergelut dalam 'kompetisi' pemilihan Gubernur Sumatera Utara.

Kehadiran Edy Rahmayadi dalam momen krusial PSSI itu sebenarnya bisa menjadi pelecut bagi bawahannya untuk bekerja lebih baik lagi. Apalagi sepak bola dan Timnas Indonesia tengah menghadapi momen penting Asian Games 2018.

Menanti Kedewasaan PSSI di Usia Ke-88 TahunLuis Milla memiliki tantangan besar untuk memberikan prestasi bagi Timnas Indonesia di tahun ini. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Saya yakin kedewasaan PSSI nanti bisa memiliki dampak kepada anggota-anggotanya, semisal tidak ada lagi protes atau pertentangan dari klub-klub. Jika itu terjadi, Luis Milla bisa dengan mudah membentuk Timnas Indonesia yang solid dan sesuai keinginannya. Prestasi di depan mata pun mudah dicapai.

Karena akan percuma jika Indonesia yang dianggap memiliki banyak talenta dari Sabang sampai Merauke, tapi tidak mendapatkan dukungan penuh dari banyak pihak.

Bagaimanapun, saya dan penggemar sepak bola nasional lainnya tetap menanti gebrakan baru dari PSSI demi kejayaan sepak bola Indonesia. Kami rindu menyanyikan yel-yel kemenangan untuk Timnas Indonesia. Selamat ulang tahun ke-88 PSSI.
LEBIH BANYAK DARI KOLUMNIS
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER