Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan yang menjadi promotor pertandingan Israel melawan
timnas Argentina di Yerusalem, Comtec Group, berusaha meyakinkan FIFA untuk mencoret tim Tango dari
Piala Dunia 2018.
Timnas Argentina semula dijadwalkan menghadapi Israel di Stadion Teddy, Yerusalem, Sabtu (9/6), sebagai persiapan terakhir jelang tampil di Piala Dunia 2018. Namun, Asosiasi Sepak Bola Argentina [AFA] kemudian memutuskan untuk membatalkan laga persahabatan itu.
Keputusan AFA untuk membatalkan laga persahabatan timnas Argentina melawan Israel diambil setelah adanya desakan dari Asosiasi Sepak Bola Palestina [PFA]. Keputusan itu membuat Comtec Group dan Asosiasi Sepak Bola Israel [IFA] murka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari
Telesur, Comtec Group telah tiba di markas FIFA, Zurich, Kamis (7/6), untuk melaporkan AFA kepada FIFA. Comtec Group akan berusaha meyakinkan FIFA untuk mencoret timnas Argentina dari Piala Dunia 2018 atas tuduhan 'diskriminasi agama'.
 Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu gagal meyakinkan Presiden Argentina Mauricio Macri. (Argentine Presidency/Handout via REUTERS) |
Comtec Group, yang mengklaim sudah membayar
match fee sebesar US$2 juta [setara Rp27,8 miliar] kepada AFA dan sudah menjual tiket sampai habis, mendapat dukungan IFA untuk melaporkan AFA ke FIFA.
Keputusan AFA untuk membatalkan pertandingan timnas Argentina melawan Israel juga menjadi masalah kenegaraan. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikabarkan sampai menelepon Presiden Argentina Mauricio Macri untuk berusaha menyakinkan timnas Argentina mau bermain melawan Israel.
Macri kemudian mengatakan kepada Netanyahu kalau dia tidak punya kontrol atas keputusan AFA untuk membatalkan laga timnas Argentina melawan Israel.
Sementara itu Presiden AFA Claudio Tapia mengatakan keputusan untuk membatalkan pertandingan persahabatan melawan Israel bukan karena alasan agama.
"Saya berharap kalian semua mengerti keputusan yang saya buat sebagai kontribusi untuk kedamaian dunia. Sepak bola melampaui agama, jenis kelamin, dan tidak ada hubungannya dengan kekerasan," ucap Tapia.
(sry)