Jakarta, CNN Indonesia -- Nasib
Argentina di ajang
Piala Dunia 2018 bagai 'telur di ujung tanduk' setelah dibungkam tiga gol tanpa balas oleh Kroasia, Jumat (22/6) dini hari WIB.
Tak ada pilihan lain bagi Tim Tango untuk meraih kemenangan pada laga pamungkas Grup D saat bersua Nigeria pada Rabu (27/6) dini hari WIB. The Super Eagles sendiri mampu menjaga peluang untuk lolos ke babak 16 besar setelah menang 2-0 atas Islandia di Stadion Volgograd Arena, Jumat (22/6).
Argentina pun harus memastikan kemenangan dengan selisih gol yang lebih bagus dari Islandia di laga terakhir grup apabila tim besutan Heimir Hallgrimsson juga meraih kemenangan atas Kroasia di laga waktu yang sama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, La Albiceleste harus memperbaiki ketajaman di lini depan. Pasalnya, kebuntuan Lionel Messi dan kawan-kawan dalam menciptakan peluang kemudian mengonversikannya menjadi gol menjadi alasan Argentina terpuruk di Grup D. Tercatat, dari dua laga yang telah dilakoni, hanya 10 dari 36 tendangan Tim Tango yang menemui arah gawang.
Parahnya lagi hanya satu dari 10 tendangan ke arah gawang itu yang sukses dikonversi menjadi gol, yakni dari kaki Kun Aguero kala Argentina berjumpa Islandia di laga awal Grup D.
 Di lini tengah Argentina, Lionel Messi tidak memiliki rekan-rekan yang hebat seperti di Barcelona. (REUTERS/Murad Sezer) |
Catatan ini menjadi sebuah anomali mengingat lini depan La Albiceleste di Piala Dunia 2018 diisi juru gedor mumpuni yang menorehkan puluhan gol bersama klubnya masing-masing di musim 2017/2018: Aguero, Messi, Gonzalo Higuain, dan Paulo Dybala.
Tidak ada ancaman berarti yang diberikan keempat penyerang Argentina itu. Kondisi tersebut bisa jadi berbeda bila Sampaoli mengikutsertakan nama yang sempat dijagokan untuk menggantikan Manuel Lanzini yang mengalami cedera, yakni Mauro Icardi.
Sayangnya, pelatih berkepala pelontos itu memilih menukar Lanzini dengan sosok gelandang lainnya, Enzo Perez, dan tetap meninggalkan Icardi.
Icardi memang belum mencetak satu gol pun bersama timnas Argentina. Minimnya kesempatan bermain menjadi kendala penyerang Inter Milan itu belum memberikan dampak positif bagi La Albiceleste.
 Argentina memiliki kesempatan terakhir saat melawan Nigeria. (REUTERS/Ivan Alvarado) |
Icardi baru mengoleksi empat laga bersama Argentina. Namun, torehan 29 golnya bersama Inter Milan di musim 2017/2018 seharusnya dapat menjadi bahan pertimbangan serius bagi Sampaoli untuk mengikutsertakan penyerang jebolan La Masia itu ke dalam skuat Argentina.
Sampaoli seharusnya menyadari bahwa lini tengah Argentina tidak setangguh Manchester City, Barcelona, atau Juventus yang biasa mendukung pergerakan Aguero, Messi, Higuain, dan Dybala untuk menciptakan peluang dan gol.
Tidak ada nama sehebat Kevin De Bruyne dan David Silva yang mampu memusatkan permainan ke lini tengah atau Andres Iniesta dan Miralem Pjanic yang bisa mengatur tempo permainan.
Di skuat Argentina hanya ada nama pemain tengah Maximiliano Meza, Javier Mascherano, dan Enzo Perez yang level permainannya sejajar dengan pemain tengah Inter Milan seperti Matias Vecino, Marcelo Brozovic, atau Rafinha.
Terbukti, keterbatasan lini tengah ini membuat Argentina ini kewalahan kala berhadapan dengan pemain tengah Kroasia yang diisi sosok-sosok satu tingkat lebih baik seperti Luca Modric, Ivan Rakitic, dan Ivan Perisic. Oleh karena itu, La Albiceleste membutuhkan penyerang berkarakter seperti Icardi untuk menjadi pembeda.
Sampaoli dapat memplot pemain jebolan La Masia itu sebagai penyerang tunggal dengan memainkan Angel Di Maria sebagai figur pengganti rekan Icardi di Inter Milan, Ivan Perisic.
Taktik ini sebenarnya pernah dimainkan oleh Sampaoli kala Tim Tango bersua Venezuela di pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2018, 5 September 2017 silam.
Akselerasi Di Maria di sisi kiri lapangan dan umpan silangnya kepada Icardi berhasil memaksa kiper Wuilker Farinez untuk menyelamatkan gawangnya. Sayangnya, semua sudah terjadi. Sampaoli tidak mungkin lagi memanggil Icardi yang kini tengah berlibur bersama istri dan anak-anaknya, ke skuat Argentina.
Sampaoli hanya mempunyai pilihan dengan memaksimalkan 23 nama pemain yang telah dimasukkan ke skuatnya. Semua pilihan pun ada di tangan Sampaoli, menorehkan hasil lebih baik atau lebih buruk dibandingkan pendahulunya Gerardo Martino di Piala Dunia 2014.
Sampaoli juga harus memanfaatkan kesempatan di laga terakhir secara maksimal dengan membuat racikan baru dan membuat kerja lini depan Tim Tango bermain lebih maksimal.
(har/bac)