Jakarta, CNN Indonesia -- Sepak bola merupakan bahasa universal. Ia mempersatukan seluruh orang berbeda latar budaya maupun bahasa.
Pernyataan itu tampaknya sekadar jargon, dan tak cukup membantu untuk urusan teknis dalam tim yang memiliki perbedaan tajam. Nyatanya, sejumlah negara yang memiliki ragam budaya dan bahasa berbeda pernah mengalami kesulitan dalam mencapai kekompakan tim di lapangan.
Bahkan semifinalis
Piala Dunia 2018 seperti
timnas Belgia pernah mengalaminya. Tentu menjadi sebuah pertanyaan ketika negara yang memiliki perbedaan bahasa di antara para pemainnya itu kini bisa kompak di lapangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahasa Inggris pun rupanya berperan besar sebagai solusi di balik kebuntuan perbedaan bahasa di timnas Belgia.
Belgia sama seperti negara-negara Eropa lainnya macam Prancis, Belanda, Jerman, dan Inggris, terdiri dari beragam kelompok etnis dan banyak pula dihuni para imigran. Namun, ada karakteristik unik dari Belgia yang tidak sama dengan negara-negara lainnya itu.
Sebut saja Prancis, tetap menggunakan Bahasa Prancis sebagai bahasa resmi, pun dengan Jerman yang menggunakan Bahasa Jerman. Para imigran yang datang tentu harus menggunakan bahasa resmi tersebut.
 Timnas Belgia terdiri dari para pemain penutur bahasa pengantar yang berbeda. (REUTERS/Toru Hanai) |
Lain halnya dengan Belgia, negara itu memiliki bahasa resmi yang berbeda berdasarkan pembagian wilayah yang terdiri dari latar budaya dan bahasa berbeda pula.
Di bagian utara misalnya, Belgia menggunakan bahasa Flemish sebagai bahasa resmi dan sehari-hari mereka. Sedangkan di bagian selatan menggunakan bahasa Prancis. Begitu pula di bagian timur yang berbatasan dengan Jerman, menggunakan bahasa Jerman.
Berbeda dengan di ibu kota Belgia, Brussels, para penduduk di sana sudah terbiasa dengan kemampuan bilingual, Flemish-Prancis, sebagai bahasa resmi maupun sehari-hari. Brussels merupakan kota besar yang terletak di tengah Belgia.
Bahasa Flemish dan Prancis merupakan bahasa yang persentasenya paling banyak digunakan orang-orang Belgia. Sedangkan orang Belgia penutur Bahasa Jerman tidak begitu banyak.
 Timnas Belgia bakal menghadapi Prancis di semifinal Piala Dunia 2018. (Foto: REUTERS/Sergio Perez) |
Flemish merupakan turunan dari Bahasa Belanda. Bagi orang Belanda, Flemish adalah dialek tersendiri yang kadang sulit dimengerti orang-orang Negeri Kincir Angin tersebut.
Kebudayaan Belanda banyak memengaruhi utara Belgia, sedangkan di selatan yang disebut daerah kebudayaan orang-orang Walloonian banyak dipengaruhi kebudayaan dari Prancis.
Mungkin untuk urusan ini, Belgia sama dengan Swiss yang juga memiliki empat bahasa berbeda yakni Prancis, Jerman, Italia, dan Rumania. Meski demikian, Belgia lagi-lagi memiliki karakter berbeda dengan Swiss.
Hampir setiap warga Swiss sudah sangat terbiasa dengan kemampuan multilingual atau bahasa yang berbeda-beda itu. Sedangkan di Belgia tak setiap orang, kecuali di Brussels, terbiasa dengan kemampuan bilingual berbahasa Flemish sekaligus Prancis.
 Timnas Belgia termasuk skuat bertabur bintang di Piala Dunia 2018. (REUTERS/Gleb Garanich) |
Biasanya orang-orang Walloonian di Belgia bagian selatan penutur bahasa Prancis, sulit mengerti bahasa Flemish. Pun sebaliknya, orang-orang berbahasa Flemish belum tentu mengerti bahasa Prancis. Mereka lebih mengerti para penutur bahasa Belanda ketimbang Prancis.
Mengutip dari
Standard Media, hampir semua hal terpisah secara bahasa di Belgia. Mulai sekolah, koran, bahkan hingga partai politik berbasis perbedaan bahasa di sana. Ada sekolah yang menggunakan bahasa Flemish, dan di sekolah lainnya memakai bahasa Prancis sebagai pengantar.
Di skuat Belgia pun terdiri dari pemain yang secara bahasa mengalami segregasi atau tidak terintegrasi secara sempurna. Semisal Eden Hazard yang merupakan pemain kelahiran di wilayah Walloon, berbahasa Prancis dan tak bisa berbahasa Flemish.
Begitu pula Kevin De Bruyne yang merupakan pemain dari wilayah Flemish, hanya berbicara Flemish atau Belanda, tidak menggunakan bahasa Prancis. Kendati demikian, hampir semua pemain Belgia non-Walloonian biasanya masih bisa menggunakan bahasa Prancis.
Berbeda dengan para pemain keturunan imigran macam Romelu Lukaku. Putra dari imigran asal Kongo-bekas jajahan Belgia-merupakan pemain yang tak sulit dalam berbaur karena memiliki kemampuan multilingual.
Lukaku bisa berbicara dalam enam bahasa yakni Flemish/Belanda, Prancis, Spanyol, Portugis, Inggris, dan Swahili yang merupakan bahasa negara kelahiran orang tuanya di Kongo.
 Romelu Lukaku pemain Belgia keturunan imigran bisa berbicara dalam enam bahasa. (Foto: REUTERS/Marcos Brindicci) |
Berikutnya ada Vincent Kompany, pemain keturunan imigran yang juga punya kemampuan multingual dengan lima bahasa sekaligus yakni Flemish/Belanda, Prancis, Spanyol, Portugis, dan Inggris. Tak seperti penduduk asli Belgia, para imigran dan keturunan imigran ini biasanya bisa menggunakan minimal bahasa Flemish maupun Prancis.
Perbedan lain dengan Swiss, pilihan bahasa juga menjadi masalah sensitif di Belgia. Begitu pula di timnas Setan Merah, pilihan bahasa yang terdapat di negara itu cukup sensitif.
Hal sensitif ini pun berakar dari sejarah panjang juga cukup kelam terkait rentetan sejarah penaklukan sehingga terbentuk Kerajaan Belgia seperti saat ini.
Hal itu pula yang sempat menyulitkan mantan pelatih Belgia macam Marc Wilmots yang notabene merupakan orang Walloon penutur bahasa Prancis. Terdapat semacam kecemburuan di antara para pemain ketika Wilmots menggunakan bahasa Prancis. Kondisi itu pun kerap menjadi kendala dalam proses integrasi pemain dalam tim, terutama kekompakan di lapangan.
Wilmots bahkan akhirnya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pemersatu di antara mereka. Alasannya sederhana, rata-rata pemain Belgia ini justru bisa menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pergaulan internasional.
 Roberto Martinez mewajibkan seluruh pemain timnas Belgia menggunakan bahasa Inggris. (REUTERS/Sergio Perez) |
Itu menjadi solusi awal bagi Wilmots dalam menggunakan bahasa Inggris untuk memperlancar komunikasi. Namun, kebiasaannya menggunakan bahasa Prancis sebagai orang Walloon membuat seolah ia hanya dekat dengan orang-orang satu asalnya itu sehingga masih menciptakan jarak dengan pemain dari Flemish.
Tampuk kepelatihan Belgia berganti dari Wilmots ke Roberto Martinez sejak Agustus 2016. Martinez yang merupakan orang Spanyol namun malang melintang di kompetisi Inggris ini punya cara yang lebih ekstrem lagi dalam hal bahasa pemersatu di skuat Setan Merah itu.
Ia menerapkan bahasa Inggris sebagai bahasa yang wajib digunakan seluruh pemain Belgia ketika latihan, sesi pemanasan, makan, dan aktivitas kebersamaan lainnya di skuat itu.
Cara ini rupanya amat disambut positif para pemain Belgia. Terlebih, Martinez yang merupakan orang Spanyol dianggap cukup netral di antara para pemain Belgia.
Hal itu pula yang kabarnya membuat para pemain Inggris tercengang karena di antara pemain Belgia juga menggunakan bahasa Inggris saat duel Setan Merah lawan Three Lions di laga terakhir Grup G Piala Dunia 2018.
"Bahasa Inggris biasanya dianggap sebagai 'jalan tengah' yang aman. Dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa bersama, setiap organisasi termasuk di timnas Belgia tak ada kecurigaan lebih mengutamakan orang-orang Belgia berbahasa Belanda [Flemish] atau Prancis," ujar salah satu jurnalis Belgia, Suzanne Vanhooymissen, dikutip dari Standard Media.
(sry)