Rumah Cemara Wakili Indonesia di Piala Dunia Anak Telantar

hyg & CNN Indonesia | CNN Indonesia
Jumat, 10 Agu 2018 03:58 WIB
Yayasan anak-anak telantar dan yatim Rumah Cemara akan mewakili Indonesia bertanding di Piala Dunia untuk anak-anak yatim dan telantar.
Rumah Cemara mewakili Indonesia di SATUC World Cup 2018. (Dok. Rumah Cemara)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia akan mengirimkan tim untuk mengikuti turnamen kejuaraan dunia sepak bola yang menyatukan anak-anak yatim piatu, pengungsi dan anak-anak yang kurang beruntung Sheika Al Thani Underprivileged Children (SATUC) World Cup pada 10-19 Agustus 2018 di Sofia, Bulgaria.

Dalam turnamen ini, Indonesia akan diwakili tim yang dikelola Rumah Cemara, sebuah organisasi berbasis komunitas di Bandung. Untuk pertama kalinya Indonesia akan mengirimkan tim untuk berlaga di ajang turnamen sepak bola internasional tersebut.

Manajer tim Indonesia untuk SATUC World Cup Indra Simorangkir mengatakan, sebanyak 8 anak-anak telah terpilih untuk berangkat ke Bulgaria.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka akan berkompetisi bersama anak-anak dari 15 negara lain, yaitu Bulgaria, Mesir, Inggris, Kamerun, Suriah, dan Palestina. Ada pula negara-negara lainnya macam Maroko, Pantai Gading, dan Peru, Yaman, Meksiko, Nigeria, Irak, Kamboja, dan Liberia.

"Tim Indonesia berasal dari seleksi yang dilakukan terhadap anak yatim, anak yang hidup dalam kemiskinan dan yang kurang bernasib baik terutama dalam hak kemasyarakatan," kata Indra.

Menurut Indra, proses seleksi dilakukan selama enam bulan dengan melibatkan komunitas sepak bola anak yang tergabung dalam program sepak bola sosial Rumah Cemara.

Rumah Cemara juga pernah mengirimkan tim bertalenta ke kejuaraan Homeless World Cup 2016. (Rumah Cemara juga pernah mengirimkan tim bertalenta ke kejuaraan Homeless World Cup 2016. (Foto: CNN Indonesia/Arby Rahmat Putratama)
Lebih jauh, Indra menjelaskan, sepak bola telah menjadi media efektif dalam menjalankan kegiatan sosial di Rumah Cemara. Selama ini Rumah Cemara secara rutin menggelar League of Change yaitu turnamen sepak bola jalanan untuk komunitas yang terpinggirkan di Indonesia, serta mengikuti Homeless World Cup (HWC), sebuah kejuaraan dunia untuk kelompok masyarakat yang termarjinalkan secara sosial.

"Setiap orang berhak bermain sepak bola tanpa membedakan orang atau komunitas. Sepak bola adalah bahasa universal yang sangat mudah dipahami dan orang akan lebih mudah saling mengenal."

"Sepak bola menjadi media di mana orang-orang dapat tetap berhubungan, menambah persahabatan dan mengubah kehidupan," ungkapnya.

Indra berharap, melalui partisipasi di SATUC World Cup 2018, anak-anak asuhannya memperoleh pengalaman nyata dalam mengubah kehidupan. Mereka tidak hanya dapat bermimpi dan berpikir besar, melainkan juga kelak dapat membagikan kemampuannya membawa orang lain mengalami perubahan hidup melalui sepak bola.

SATUC World Cup pertama kalinya digelar pada 2013 oleh SATUC, sebuah organisasi nonprofit dari Mesir yang bekerja untuk membantu anak-anak kurang mampu atau kurang beruntung. (bac)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER