Jakarta, CNN Indonesia -- Distribusi tiket masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan di berbagai gelaran olahraga di Indonesia. Kini, penjualan tiket kembali menjadi persoalan di
Asian Games 2018.
Jauh sebelum Asian Games 2018 digelar, Indonesia punya kenangan buruk soal penjualan tiket. Pada Piala AFF 2010 misalnya. Salah satu loket penjualan tiket di kawasan Senayan nyaris dibakar massa.
Tak berhenti sampai di situ. Dua suporter Indonesia, meninggal terinjak-injak dalam antrean yang tak kondusif di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) jelang laga final SEA Games 2011 antara Timnas Indonesia vs Malaysia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Praktik calo juga menjadi masalah klasik yang tak pernah habis. Kehadiran mereka kerap memancing emosi para calon penonton yang tak rela merogoh kocek lebih besar dari harga sebenarnya.
Berkaca dari kejadian buruk itu, panitia penyelenggara Asian Games 2018 (INASGOC) memilih untuk menyalurkan sebagian besar tiket Asian Games 2018 via online atau situs dalam jaringan (daring). Sayangnya, belum semua operator penjualan tiket online siap.
Distributor tiket seolah tidak siap dengan lonjakan penonton yang begitu besar di Asian Games 2018. Amburadulnya sistem penjualan tiket Asian Games 2018 secara online membuat INASGOC bergerak cepat untuk melayani para calon pembeli. Loket tiket manual atau offline yang dibuka di antara pintu empat dan lima Kawasan Gelora Bung Karno (GBK) Senayan pun jadi pilihan.
Namun, kehadiran loket tiket tersebut tidak menyelesaikan masalah. Calo-calo tiket kembali muncul lantaran tiket yang dijual secara offline jumlahnya terbatas. Panitia juga menunjuk beberapa gerai sponsor untuk membantu penjualan tiket secara offline.
 Banyak pemilik tiket resmi yang tak kebagian kursi saat upacara pembukaan Asian Games. (REUTERS/Issei Kato) |
Masalah lain muncul ketika laga final final bulutangkis tim beregu putra digelar di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (22/8). Penonton yang sudah antre membeli tiket sejak subuh, harus kembali antre saat mau masuk ke Istora.
Beberapa dari mereka bahkan tidak bisa masuk karena di tahan panitia pelaksana pertandingan yang menyebut stadion sudah penuh. Setelah diselidiki, ternyata banyak kursi-kursi penonton ditempati para pemilik akreditasi.
Mengganti VendorVinod Tiwari, Direktur Internasional Dewan Olimpiade Asia (OCA), mengatakan terlalu banyak tempat duduk yang dipesan atau diberikan secara cuma-cuma untuk media, broadcast, federasi, dan atlet. Bahkan jumlahnya diprediksi mencapai 30-40 persen yang saat ini dikurangi menjadi 10 persen dari total kapasitas stadion.
Bangku pesanan itu membuat panitia harus menyebut tiket sudah habis terjual kepada calon pembeli. Padahal, pada akhirnya bangku pesanan tersebut tidak terisi dan membuat tampilan tidak bagus untuk kepentingan publikasi.
 Penonton juga kesulitan menyaksikan final bulutangkis beregu putra lantaran venue disebut-sebut sudah penuh. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
"Setelah tujuh hari berlangsung, ada sedikit perubahan soal penjualan tiket. Komplain dari penonton terkait ketersediaan tempat duduk sebenarnya karena ada kegagalan di sistem kami," kata Tiwari.
"Kami telah menjalin kerja sama dengan vendor baru blibli.com, loket.com, dan tiket.com untuk memudahkan penonton membeli tiket. Beberapa vendor yang lebih berpengalaman untuk menggantikan Kiostix," tambahnya.
Usai menghentikan kerja sama dengan Kiostix, INASGOC pun menjamin kepada pembeli tiket via daring agar tidak perlu mengantre untuk menukarkan tiket fisik. Karena tiket bisa diperiksa langsung melalui barcode yang tersedia di telepon genggam.
Kendati demikian, pada pertandingan bola basket antara Mongolia vs Timnas Indonesia, Sabtu (25/8), tetap saja masih banyak pemilik tiket yang tidak mendapat tempat duduk di Hall Basket A Gelora Bung Karno, lokasi digelarnya pertandingan.
 Pembeli tiket online pun harus mengantre untuk menukarkan tiket. (CNN Indonesia/Titi Fajriyah) |
Saking penuhnya, media yang hendak meliput pun dibuat kesulitan untuk naik ke tribune media. Bahkan, harus cekcok dengan penonton yang berdiri memenuhi pintu masuk menuju tribune. Selain itu, tangga yang menjadi akses untuk naik ke tribune pun dijadikan tempat duduk dadakan.
Pasalnya keempat akses pintu masuk menuju tribune semuanya dipenuhi penonton. Salah satu penonton mengatakan, harusnya venue manajer turun tangan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
"Mana
nih, venue manager-nya? Harusnya ini diurus sama dia yang kaya gini," teriak penonton wanita itu.
Beberapa penonton yang tidak mendapatkan tempat duduk meski sudah memiliki tiket pun meluapkan emosinya ketika beberapa media termasuk CNNIndonesia.com meminta jalan untuk naik ke tribune media.
"Saya punya tiket, loh! Saya tidak dapat tempat duduk. Bagaimana sih ini?" kesal seorang penonton sambil berteriak dan mencaci maki awak media yang minta permisi untuk naik.
 Loket tiket offline pun dibuka untuk mengatasi masalah. (CNN Indonesia/Putra Permata Tegar Idaman) |
Salah Pilih VendorKisruh tiket Asian Games 2018 bermula dari Kiostix yang awalnya dipercaya menjadi distributor tiket mulai upacara pembukaan, pertandingan sampai penutupan. Pada acara pembukaan Asian Games di SUGBK, antusiasme masyarakat cukup tinggi bahkan tiket dinyatakan habis sehari sebelumnya.
Namun, sebagian pembeli tiket justru mengeluh adanya tiket ganda saat pembukaan digelar. Situasi ini membuat penonton tak bisa duduk di kursi stadion, meskipun di tiket yang mereka beli terdapat nomor di kursi tersebut.
Masalah juga muncul ketika calon pembeli ingin membeli tiket melalui online. Mereka mengeluh kesulitan lantaran di situs penjualan tiket yang ditunjuk INASGOC menyatakan tiket selalu habis.
Selain itu, sistem server situs online tersebut sering down dan eror lantaran tidak mampu menampung banyaknya jumlah pengunjung.
"Pertandingan pertama, saya dapat tiketnya, beli online di Kiostix. Tapi ketika mau beli lagi untuk pertandingan berikutnya, servernya down, jadi saya tidak bisa akses," kata penggemar basket, Kristin, di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, seperti dikutip dari Antara.
Kasus serupa sebenarnya pernah terjadi pada gelaran Piala AFF 2016 lalu. Bahkan, penonton sampai mengamuk di depan kantor Kiostix karena kesulitan untuk bisa masuk ke situs pembelian tiket tersebut.
Di beberapa pertandingan yang digelar sebelum pembukaan sudah ramai calo yang beredar. Penonton yang membeli tiket secara online juga mengeluhkan antrean panjang untuk penukaran tiket.
"Saya sudah sekitar satu jam ikut antrean untuk menukarkan tiket. Saya pikir karena sudah beli online jadi gampang, datang nanti scan barcode enggak usah antre.
Eh, tahunya antre juga," kata Faisal yang ditemui CNNIndonesia.com saat hendak menyaksikan aksi Timnas Indonesia U-23 di Stadion Patriot Candrabhaga beberapa waktu lalu.
INASGOC Ditegur OCABanyaknya komplain dari masyarakat secara tidak langsung membuat OCA bertindak tegas dengan memberikan teguran kepada INASGOC selaku penyelenggara. Pasalnya, disaat penonton kehabisan tiket, sejumlah venue pertandingan Asian Games 2018 justru sepi penonton. Diperkirakan kursi-kursi kosong itu akibat tiket yang telah dipesan tetapi tidak datang ke venue.
Dalam surat per tanggal 21 Agustus 2018 yang ditandatangani Sekjen OCA Husain Al-Musallam menyebutkan OCA melihat masih banyak kursi kosong di berbagai venue pertandingan Asian Games 2018 diisi oleh manajer pertandingan atau manajer venue yang berasal dari ofisial federasi nasional cabang olahraganya.
OCA mengatakan kondisi kursi kosong itu membuat tampilan yang tidak bagus, khususnya untuk kepentingan publikasi. Selain itu, kebijakan itu dibuat OCA semata-semata untuk memenuhi kepentingan penonton yang ingin menyaksikan pertandingan.
 Kursi kosong di beberapa venue pertandingan membuat INASGOC ditegur OCA. (CNN Indonesia/Titi Fajriyah) |
"Sebelumnya OCA telah menginstruksikan supaya kursi yang diberikan untuk ofisial tidak lebih dari 10 persen kapasitas venue. Kami akan berterima kasih jika Anda menginformasikan hal ini kepada ofisial venue terkait," demikian pernyataan OCA.
Menanggapi hal itu, Deputi II Bidang Administrasi Pertandingan Indonesia Asian Games Organizing Committee (INASGOC) Francis Wanandi kepada CNNIndonesia.com mengatakan akan menjalankan perintah OCA tersebut.
Saat ini INASGOC mengaku tengah menyempurnakan kembali sistem penjualan tiket online. Itu diperlukan supaya tidak ada lagi penjualan tiket offline melalui loket-loket tiket yang berada di sekitar area GBK.
"Makanya sekarang kami larinya ke online semua supaya tidak ada kejadian seperti halnya tiket-tiket ganda itu. Sistemnya sedang kami sempurnakan, jangan sampai orang-orang yang punya akreditasi memakai kursi penonton. Kalau melaui online, harusnya tidak ada calo lagi."
"Penonton tidak usah tukar tiket, jadi nanti tinggal di-scan. Sekarang sistemnya sudah mulai rapi, sudah 90 persen, tinggal disempurnakan lagi. Pasti kami juga tidak mau ada kejadian seperti ini lagi," terang Francis.
Banyaknya masalah dalam distribusi tiket dan kursi kosong di venue pertandingan Asian Games 2018 perlu jadi perhatian serius Indonesia. Terlebih lagi Indonesia berniat maju dalam penawaran sebagai tuan rumah Olimpiade 2032. Termasuk dalam menjalin kerja sama dengan pihak lain.
Persoalan ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika Indonesia benar-benar belajar dari kegiatan atau multi-cabang sebelumnya. Tetapi, jika ke depannya tiket masih bermasalah dengan kegiatan di Indonesia, maka memiliki Olimpiade 2032 yang aman dari sorotan hanya akan jadi mimpi.
(jun/sry)