Jakarta, CNN Indonesia -- Jafro Megawanto jadi salah satu bintang Indonesia di
Asian Games 2018. Ternyata banyak kisah menarik di balik keberhasilan Jafro jadi penyumbang dua medali emas untuk kontingen Indonesia.
Jafro menyumbang medali emas lewat nomor ketepatan mendarat individu dan nomor ketepatan mendarat tim bersama Aris Apriansyah, Hening Paradigma, Joni Efendi, dan Roni Pratama.
Di balik keberhasilan meraih medali emas, ada banyak cerita-cerita unik yang dibeberkan oleh Jafro dalam wawancara dengan
CNNIndonesia.com, Kamis (30/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Modal NyaliJafro berasal dari keluarga sederhana karena orang tuanya adalah petani. Untuk bisa jadi atlet profesional, terlebih paralayang, hal itu sulit dibayangkan oleh Jafro.
Namun lantaran ia berada dekat lokasi latihan paralayang, ia bisa melihat latihan paralayang setiap hari. Jafro juga punya kerja sambilan sebagai pelipat parasut dengan bayaran sehari bisa mencapai Rp50 ribu.
 Jafro Megawanto mendapat tawaran jadi atlet saat ia tengah menekuni pekerjaan melipat parasut. (ANTARA FOTO/INASGOC/Tagor Siagian) |
"Saya lalu mendapat tawaran untuk jadi atlet dan bergabung ke klub Ayo Kita Kemon. Saya sama sekali tidak paham apa-apa, modal utama saya hanya nyali dan motivasi untuk bisa jadi atlet."
"Saya sebenarnya ingin merasakan terbang, namun justru akhirnya ditawari jadi atlet," tutur Jafro.
Sebagai atlet paralayang, Jafro dituntut untuk bisa menguasai banyak teori tentang angin yang merupakan modal utama saat ada di atas. Jafro mengaku dirinya tidak terlalu piawai menguasai teori saat ia belajar. Pemahaman benar-benar didapatkan saat ia berada di udara.
"Harus pandai membaca, situasi angin dan apa yang ingin dilakukan. Kami juga punya teknik untuk bisa turun lebih cepat bila hujan turun yang mengganggu perlombaan," kata Jafro.
Pernah Buang Air Kecil di UdaraDalam olahraga paralayang, ada sejumlah nomor yang dipertandingkan, mulai dari ketepatan mendarat,
cross country, hingga
open distance.
Dalam perlombaan
open distance, peserta dituntut untuk bisa mendarat di lokasi sejauh mungkin dari titik start. Pada sebuah perlombaan, Jafro sudah ada di udara untuk waktu yang lama.
Kemudian ia merasa ingin buang air kecil. Karena sudah tak kuat untuk menahan hasrat tersebut untuk waktu yang lama, Jafro akhirnya memutuskan buang air dari udara.
"Saat itu tengah melewati ladang, karena sudah tidak tahan, akhirnya saya buang air langsung," kata Jafro.
 Jafro Megawanto berhasil meraih emas di nomor ketepatan mendarat dan ikut berkontribusi pada sukses tim putra. (ANTARA FOTO/INASGOC/Tagor Siagian) |
Dalam perlombaan nomor
open distance, seorang atlet memang dituntut punya persiapan yang baik.
"Saya biasanya membawa roti dan minum. Jadi kalau lapar, bisa langsung makan dan tak mengganggu konsentrasi dan fokus," ujar Jafro.
Hal lain yang menarik dalam diri Jafro adalah ternyata mata kanan Jafro minus tujuh. Bila Jafro menutup mata kirinya, maka pandangan dia buram.
Hal itu terbilang mengagumkan bila melihat keberhasilan Jafro memenangkan nomor ketepatan mendarat yang butuh konsentrasi dan fokus, terutama dalam hal mengukur jarak mendarat.
(bac)