Jakarta, CNN Indonesia -- Keran medali emas Indonesia di ajang
Asian Games 2018 dibuka oleh Defia Rosmaniar dan ditutup oleh tim sepak takraw dari nomor kuadran putra.
Kontingen Indonesia langsung membuka keran medali emas pada 19 Agustus, satu hari setelah upacara pembukaan Asian Games 2018. Defia sukses memenangkan nomor poomsae.
Di babak final Defia menghadapi Marjan Salahshouri dari Iran. Defia meraih 8,69 poin sedangkan Marjan membukukan 8,47 poin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keberhasilan Defia meraih emas terbilang sangat emosional. Pasalnya, beberapa bulan sebelumnya, sang ayah meninggal ketika Defia tengah menjalani pemusatan latihan di Korea Selatan. Ia jadi tak bisa melihat pemakaman sang ayah.
"Emas ini saya persembahkan untuk keluarga, untuk Ayah. Ayah penting banget, dia yang... Aduh, tidak bisa [berkata-kata]. Pokoknya ayah yang mendukung saya," ujar Defia seusai pertandingan.
 Tiom sepak takraw mempersembahkan medali emas terakhir untuk Indonesia di Asian Games 2018. (ANTARA FOTO/INASGOC/Nova Wahyudi) |
Setelah emas dari Defia, emas-emas berikutnya muncul untuk kontingen Indonesia. Parade emas Indonesia kemudian diakhiri oleh tim sepak takraw Indonesia di nomor quadrant putra, Sabtu (1/9).
Indonesia berhasil menaklukkan Jepang lewat laga final yang sengit. Setelah sempat kalah 15-21 di set pertama, Indonesia bangkit dan meraih kemenangan 21-14 dan 21-16 di dua set berikutnya.
 Pencak silat paling banyak mempersembahkan 14 medali emas untuk Indonesia. (CNN Indonesia/Hesti Rika) |
"Saya tak menyangka. Kami sempat berada dalam tekanan namun akhirnya bisa menikmati permainan dan mendapatkan kepercayaan diri."
"Penonton sangat luar biasa. Terima kasih atas dukungannya," ucap salah satu pemain Indonesia, Nofrizal.
Catatan 31 emas itu merupakan catatan emas tertinggi sepanjang sejarah keikutsertaan Indonesia di ajang Asian Games. Empat tahun lalu, Indonesia hanya meraih empat emas di pesta olahraga bangsa Asia ini.
(sry)