ANALISIS

Pesona Fajar/Rian dan Ahsan/Hendra di Tanah Eropa

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Senin, 18 Mar 2019 11:01 WIB
Ganda putra bersinar di Eropa lewat sukses Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto jadi juara All Englan dan Swiss.
Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto berhasil menjadi juara di Swiss. (dok. PBSI)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon secara mengejutkan kalah di babak pertama All England 2019, namun di saat bersamaan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto menunjukkan bahwa Indonesia punya lapisan tebal di nomor ganda putra di All England 2019 dan Swiss Terbuka 2019.

Setelah Kevin/Marcus tumbang, Ahsan/Hendra dan Fajar/Rian berhasil membuktikan bahwa nomor ganda putra masih bisa diharapkan untuk meraih gelar juara. Ahsan/Hendra dan Fajar/Rian sama-sama lolos ke semifinal serta berpeluang menciptakan All Indonesian Final.

All England akhirnya usai dengan kisah heroik Ahsan/Hendra. Meski harus bermain di babak final dengan kondisi cedera yang dialami Hendra, duet Ahsan/Hendra mampu menyudahi perjalanan mereka dengan gelar juara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ahsan/Hendra mengalahkan Aaron Chia/Soh Wooi Yik dengan skor 11-21, 21-14, dan 21-12 di babak final. Kemenangan tersebut menunjukkan juara dunia 2013 dan 2015 ini masih layak diperhitungkan dalam persaingan perburuan gelar di berbagai turnamen BWF berikutnya.

Ahsan/Hendra menunjukkan mereka sudah menemukan cara untuk mengatasi kelemahan terbesar mereka, yaitu faktor usia. Ahsan/Hendra juga sukses mengeksplorasi kekuatan terbesar mereka, yaitu jam terbang yang jauh lebih tinggi dibandingkan ganda lain plus kekuatan mental dalam laga-laga krusial.

Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan berhasil jadi juara All England.Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan berhasil jadi juara All England. (Oli SCARFF / AFP)
Jika Ahsan/Hendra berhasil menunjukkan kehebatan mereka meski termakan usia, maka dua minggu di Eropa adalah dua minggu yang campur-aduk untuk Fajar/Rian.

Fajar/Rian memang berhasil lolos ke semifinal All England, namun hal itu menyimpan penyesalan besar dalam diri mereka.

Saat menghadapi Aaron/Soh di semifinal, Fajar/Rian lebih dominan dan menguasai keadaan. Fajar/Rian ada di atas angin untuk memenangkan pertandingan.

Pesona Fajar/Rian dan Ahsan/Hendra di Tanah Eropa
Namun sejumlah kesalahan dan ketidaktenangan yang dilakukan Fajar/Rian akhirnya mengantar ganda Malaysia tersebut menemukan peluang untuk menang.

Sisi baiknya, Fajar/Rian berhasil menjadikan kekalahan menyakitkan di All England sebagai motivasi. Dengan kondisi kecewa karena gagal lolos ke final All England di saat kesempatan terbuka lebar, Fajar/Rian berhasil tampil impresif dan menyudahi turnamen Swiss Terbuka dengan gelar juara.

Pesona Fajar/Rian dan Ahsan/Hendra di Tanah EropaFajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto punya potensi untuk terus tampil melejit,(Reuters/Andrew Boyers)
Menilik penampilan Fajar/Rian di All England dan Swiss Terbuka, Fajar/Rian jelas punya potensi untuk terus melejit.

Rian punya kekuatan smes yang meyakinkan dari belakang. Rian juga punya kemampuan untuk melakukan smes beruntun dengan sama baiknya.

Sementara itu Fajar memiliki penempatan shuttlecock yang baik. Ia bisa menguasai keadaan dan mengirimkan shuttlecock ke arah yang tak bisa dikuasai lawan.

Pesona Fajar/Rian dan Ahsan/Hendra di Tanah Eropa
Meski tampil impresif di dua turnamen Eropa, Fajar/Rian masih menunjukkan sejumlah kekurangan yang harus diperbaiki.

Salah satu yang utama adalah masalah servis di fase krusial. Servis yang gagal menyebrang atau fault menjadi kerugian besar Fajar/Rian, terutama di saat krusial seperti semifinal All England. Selain itu, Fajar/Rian patut memperkuat defense mereka meski senjata utama Fajar/Rian adalah menyerang.

Dengan persaingan ketat menghadapi Kevin/Marcus dan Ahsan/Hendra dalam perburuan tiket menuju Olimpiade, maka Fajar/Rian bakal didorong untuk terus meningkatkan kualitas.

Dua Pekan Mengecewakan untuk Jonatan dan Ginting

Jika nomor ganda putra berhasil menunjukkan bahwa mereka punya banyak wakil yang bisa diandalkan, maka tidak demikian dengan nomor tunggal putra.

All England 2019 jelas jadi turnamen tempat Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting bisa melejit dan membuktikan diri mereka layak segera masuk jajaran pebulutangkis papan atas.

Namun di All England, Ginting yang berstatus sebagai unggulan kedelapan malah kalah di babak pertama saat menghadapi Ng Ka Long Angus. Sementara itu Jonatan Christie tidak sanggup mengalahkan Kidambi Srikanth di babak kedua.

Anthony Ginting gagal di babak pertama All England.Anthony Ginting gagal di babak pertama All England. (Dok. Humas PBSI)
Di Swiss, Jonatan dan Ginting tidak bisa melakukan pembalasan. Jonatan sudah tersungkur di babak kedua saat menghadapi pemain non unggulan Subhankar Dey.

Anthony berhasil melaju ke semifinal, namun insiden terkilir di awal laga membatasi penampilannya ketika bertarung melawan Shi Yuqi. Alhasil, Ginting harus menelan kekalahan keenam dari lawan tersebut.

Jonatan dan Ginting harus kembali diadang masalah tahun lalu, yaitu konsistensi permainan. Bila ada di level terbaik, Ginting dan Jonatan bisa mengalahkan pemain-pemain papan atas. Hal itu yang wajib ditemukan oleh Hendry Saputra dan tim pelatih agar Ginting dan Jonatan bisa benar-benar bersinar di tahun ini. (har)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER