Jakarta, CNN Indonesia -- Musim 2018/2019 bisa dibilang sebagai musim paling membosankan di liga-liga Eropa. Ya,
Juventus,
Paris Saint-Germain dan
Barcelona membuat persaingan di liga masing-masing negara menjadi membosankan.
Setelah pekan ke-31 Serie A Liga Italia berakhir Juventus sedang unggul 20 poin atas Napoli. Si Nyonya Tua bahkan bisa merebut Scudetto tanpa bermain akhir pekan ini. Namun, hasil imbang Napoli melawan Genoa 1-1 menunda pesta juara Juventus.
Juventus hanya butuh tambahan satu poin untuk memastikan gelar Scudetto delapan musim beruntun. Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan bisa merebutnya saat bertandang ke markas SPAL, Sabtu (13/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Liga Prancis atau Ligue 1, blunder striker PSG Eric Maxim Choupo Moting pada menit ke-28 saat melawan Strasbourg membuat Lille memiliki napas tambahan setidaknya satu pekan lagi. PSG bermain imbang 2-2 melawan Strasbourg pada laga yang diwarnai blunder Choupo Moting di atas garis gawang lawan.
 Juventus tinggal butuh satu poin untuk merebut Scudetto musim ini. (REUTERS/Ciro De Luca) |
Andai PSG menang lawan Strasbourg, maka tim asuhan Thomas Tuchel itu sudah memastikan gelar Ligue 1 musim ini dengan masih menyisakan delapan pertandingan. Kini PSG punya peluang kedua untuk menjadi juara musim ini saat melawan Lille pada Minggu (14/4).
Dari Liga Spanyol, keunggulan Barcelona mungkin tidak terlalu signifikan seperti Juventus di Italia atau PSG di Prancis. Namun, kemenangan atas Atletico Madrid di Camp Nou akhir pekan lalu membuat Barcelona kini unggul 11 poin atas Atletico. Barcelona tinggal butuh 11 poin untuk memastikan gelar juara.
Keunggulan Juventus, PSG, dan Barcelona di liga masing-masing membuat kompetisi klub di Eropa musim ini menjadi kurang menarik. Praktis tinggal Liga Primer Inggris dan Liga Jerman Bundesliga menjadi tontonan yang menarik.
Di Liga Inggris, Liverpool masih unggul dua poin atas Manchester City yang memiliki satu pertandingan lebih banyak. Sedangkan di Liga Jerman, Bayern Munchen hanya unggul satu poin atas Borussia Dortmund.
Faktor Uang dan ManajemenJika dilihat keberhasilan Juventus, PSG, dan Barcelona mendominasi di liga domestik, ada faktor uang dan manajemen yang berperan. Khusus untuk Juventus, faktor manajemen lebih berperan. Manajemen Juventus terlihat bekerja dengan lebih baik dalam hal perekrutan pemain.
 PSG memiliki salah satu skuat paling mahal di Eropa. (Anne-Christine POUJOULAT / AFP) |
Jika dilihat dari uang yang dikeluarkan Juventus untuk kegiatan di bursa transfer musim ini, I Bianconeri hanya €41,5 juta lebih banyak dari AC Milan dalam hal pembelian pemain. Pembelian paling signifikan Juventus adalah ketika memboyong Cristiano Ronaldo dari Real Madrid dengan nilai transfer €100 juta.
Juventus memang tim Serie A dengan keuangan paling stabil saat ini. Namun dengan €149,5 juta yang dikeluarkan AC Milan musim ini untuk membeli pemain, I Diavolo Rosso seharusnya bisa memberi tekanan kepada Juventus dalam perebutan Scudetto.
Namun, hingga pekan ke-31 Liga Italia berakhir Milan masih berada di posisi empat klasemen. Milan unggul head-to-head atas Atalanta, yang hanya mengeluarkan €11,3 juta untuk melakukan pembelian pemain musim ini.
Napoli yang menjadi pesaing terdekat Juventus mengeluarkan €55 juta musim ini. Sementara Inter Milan yang berada di peringkat ketiga klasemen Liga Italia, menghabiskan €84,5 juta untuk membeli pemain musim ini.
Menariknya Liga Italia sebenarnya bukan target utama Juventus musim ini. Keputusan Juventus yang ngotot merekrut Ronaldo adalah untuk mengakhiri paceklik gelar di Liga Champions yang sudah berlangsung sejak 1996.
Jika di Liga Italia Juventus memiliki manajemen klub yang lebih matang, maka sukses PSG di Ligue 1 lebih kepada faktor keuangan. Sebagai skuat bernilai €927,65 juta atau setara Rp14,7 triliun sudah sepantas PSG merebut gelar Ligue 1 dengan mengalahkan Lille yang hanya memiliki skuat bernilai €173,8 juta.
 Barcelona sedang unggul 11 poin atas Atletico Madrid. (REUTERS/Albert Gea) |
Uang berbicara dalam hal sukses PSG di Liga Prancis. Sulit bagi tim-tim lainnya di Ligue 1 mampu mengalahkan PSG yang diperkuat pemain kelas A seperti Neymar, Kylian Mbappe, Angel Di Maria, Marco Verratti, Thiago Silva, hingga Gianluigi Buffon.
Sementara di Liga Spanyol, Barcelona berhasil memanfaatkan kesalahan manajemen Real Madrid yang tidak mampu mengambil langkah yang tepat ketika Ronaldo dan Zinedine Zidane meninggalkan Santiago Bernabeu. Perekrutan pemain Madrid sangat buruk.
Madrid justru babak belur musim ini setelah dua kali melakukan pergantian pelatih dari Julen Lopetegui ke Santiago Solari dan kini kembali dilatih Zidane.
Atletico Madrid juga terbilang gagal dalam bursa transfer. Kehadiran Thomas Lemar, Nikola Kalinic dan Rodri di awal musim gagal meningkatkan performa Atletico. Perekrutan Alvaro Morata di paruh musim juga tidak memberi Atletico dorongan signifikan untuk melawan Barcelona.
Sebaliknya Barcelona justru mengeluarkan dana hingga hampir €109 juta untuk mendatangkan Arthur Melo, Clement Lenglet, Malcom, Arturo Vidal, Jean-Clair Todibo hingga Kevin-Prince Boateng. Menariknya, hampir seluruh pemain baru Barcelona itu lebih sering duduk di bangku cadangan. Dengan demikian praktis kekuatan Barcelona tidak banyak berubah dari musim lalu.
(ptr)