Jakarta, CNN Indonesia --
Balap motor jalanan memang bisa disebut jauh dari kata gemerlap, tapi ajang ini memiliki putaran uang yang tak kecil. Para pebalap bisa mendapatkan kocek yang tidak sedikit, sementara pemilik tim dan penyelenggara balapan juga perlu menggelontorkan dana besar untuk memastikan tim tetap hidup serta menjalankan turnamen.
Untuk menggelar satu kejuaraan
road race, pemilik event organizer harus menyiapkan biaya sekitar Rp80 juta hingga Rp500-an juta untuk dua hari pelaksanaan. Besaran biaya itu sebenarnya tergantung kelas atau level kejuaraan.
Apabila ajang
road race hanya sekadar di level klub, biaya penyelenggaraan bisa di bawah Rp100 juta. Namun, angka itu bisa bertambah atau berkurang, tergantung dari jumlah peserta yang dibidik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misalnya saja ajang club event yang digelar Sumber Production di Sirkuit Brigif 15/Kujang Cimahi pada 12-13 Januari lalu. Biaya penyelenggaraannya bahkan nyaris mencapai setengah miliar rupiah, termasuk biaya sewa sirkuit yang mencapai Rp35 juta-Rp65 juta.
Angka-angka ini bisa dimaklumi, mengingat kelas kejurda atau
club event bisa menghadirkan atmosfer sekelas kejuaraan nasional (kejurnas). Bahkan, ajang tersebut diikuti 920 starter yang merupakan terbanyak untuk level klub.
 Suasana road race di lapangan Brigif Cimahi yang digelar Sumber Production. (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat Putratama) |
Selain memberikan hadiah berupa uang pembinaan, Sumber Production juga menyertakan hadiah sepeda motor untuk lima dari 26 kelas pada kejuaraan tersebut. Sementara itu, dua kelas bergengsi bebek 2 tak 125cc open dan OMR RX King 140cc open menawarkan hadiah Rp10 juta untuk pemenang.
Angka itu dua kali lipat dari standar kejurnas Ikatan Motor Indonesia yang hanya Rp5 juta untuk pemenang.
"Kalau untuk pendapatan ada lah nominalnya, tapi tidak bisa saya sebutkan. Yang pasti saya mau menggelar event road race karena hobi saja bukan mengejar untung. Sejak kecil saya suka otomotif. Tapi memang ada beberapa rekan event organizer yang kadang saat bercerita bilangnya tekor ketika menggelar balapan," ujar Sumber Agung Rizky, pemilik Sumber Production, kepada
CNNINdonesia.com.
Namun bukan berarti penyelenggara tidak bisa mendapatkan untung dari menggelar kompetisi. Panitia balap U2 Noline mengindikasikan penyelenggara bisa mendapat pemasukan minimal sekitar Rp80-100 juta dari penjualan tiket saja.
Suasana menonton road race di Sirkuit Yon Armed, Sabang, Purwakarta (2/2). (CNN Indonesia/Arby Rahmat Putratama) |
U2 Noline menyebut penjualan tiket untuk balapan road race di kawasan Jawa Barat bisa mencapai 4.000 lembar untuk dua hari, dengan harga tiket berkisar dari Rp20-25 ribu untuk reguler, dan Rp50 ribu untuk
all access.
Pemasukan bagi penyelenggara bisa bertambah dari pihak sponsor, serta pendaftaran peserta yang berkisar di antara Rp350 ribu sampai dengan Rp1,1 juta per orang.
Dengan jumlah peserta lebih dari 900 orang, setidaknya penyelenggara bisa mengantongi pendapatan melebihi Rp300 juta. Biaya sewa lapak para pedagang di sekitar sirkuit juga akan memperbanyak cuan penyelenggara.
Tentu pundi-pundi deru balap jalanan ini bukan hanya diharapkan panitia. Para pebalap yang menggantungkan hidupnya dan keluarganya dari 'kebut-kebutan' di lintasan balap, honor menunggangi motor
road race pun sangat dibutuhkan.
Honor ini bisa berbentuk kontrak per tahun atau per seri balapan.
Sebagian klub ada yang menggaji pebalap dengan bayaran Rp1,5 juta per seri. Akan tetapi, nilai ini bisa terdongkrak seiring dengan prestasi. Untuk mereka yang telah malang melintang di dunia balap road race dan pernah mengangkat trofi juara atau berstatus unggulan, kontrak yang didapat bisa puluhan hingga ratusan juta rupiah per tahun.
"Kalau untuk event level kejurda, biasanya bayarannya per kejuaraan, sedangkan untuk kejurnas (kontrak) per tahun," ucap pebalap asal Tangerang, Reynaldi Pradana.
"Ketentuan kerja-samanya tergantung tim. Ada yang dibayar per seri (balapan), tapi tidak mendapat bonus ketika juara, tapi ada juga yang uang hadiahnya dibagi-bagi. Itu semua sesuai kesepakatan awal dengan tim tersebut," pebalap yang akrab disapa Rere itu menambahkan.
![Membedah Cuan-cuan dari Balap Jalanan [EMBARGO]](https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2019/04/04/e384b90c-b4be-4937-ab38-8439fd202548_169.mpo?w=620) Selain para pebalap, gadis payung pun mendapatkan penghasilan dari sirkuit jalanan. (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat Putratama H) |
Dia mengatakan pembagian uang hadiah dalam kontrak kerja sama biasanya 70 persen diberikan kepada pebalap, sisanya diambil pihak klub. Tetapi ada juga klub yang memberlakukan pembagian 40 persen untuk pebalap dan 60 persen tim.
Apabila pebalap dan beberapa penyelenggara road race meniatkan diri mencari rezeki dari balap motor jalanan ini, lain halnya dengan Teddy Darmansyah pemilik tim Hamosena, Bandung. Teddy mengaku benar-benar murni hobi dalam membentuk tim balap road race.
Hal itu ditunjukkan Teddy tanpa merekrut pebalap lain untuk timnya. Di Hamosena, hanya Teddy dan adiknya, Donny Damara, yang selalu tampil dalam balapan road race. Tim ini pun mengincar level kejurda dan club event di wilayah Jawa Barat.
Teddy menuturkan, untuk awal membentuk tim Hamosena dirinya mengeluarkan biaya miliaran rupiah. Selain untuk membeli dan memodifikasi beberapa motor, dana juga untuk membeli truk yang selalu dibawa di setiap balapan.
Sementara dalam setahun mengikuti kejuaraan road race Teddy bisa menggelontorkan dana hingga Rp300 juta, dengan rincian Rp15-20 juta untuk setiap event dikalikan mengikuti 20 kejuaraan dalam setahun.
"Saya membentuk tim karena sekadar hobi untuk mengisi waktu luang. Selain itu karena kami senang dan cinta otomotif, terutama di motor. Jadi, daripada balapan di jalanan yang berbahaya, sama orang tua diarahkan untuk berani ikut kompetisi," tutur Teddy.
 Kakak adik pebalap road race dari Hamosena Team (dari kiri) Donny Damara dan Teddy Darmansyah.(CNN Indonesia/M. Arby Rahmat Putratama) |
Geliat Tim PabrikanSelain tim independen, dunia balapan Indonesia juga mengenal istilah tim pabrikan, layaknya pada MotoGP. Tim ini disokong merek-merek kenamaan seperti Yamaha atau Honda.
Untuk kejuaraan nasional 2019, Yamaha memberikan dukungan kepada empat tim yang tersebar di empat regional: Suhandi Padang 88 (regional I Sumatra), Bahtera (regional II Jawa), QQ STSJ (regional IV Kalimantan), dan Adhi Motor (regional V Sulawesi).
"Selain mendapatkan bantuan dana, mereka dapat bantuan penasihat teknis. Teknisi mereka juga dapat edukasi dari Akademi Yamaha. Lalu pebalap mereka juga mendapat masukan dari pebalap kami yang sudah di level internasional," tutur GM Aftersales & Motorsport YIMM Muhamad Abidin.
"Kalau pebalapnya sangat berpotensi, biasanya kontraknya tidak oleh tim, tetapi oleh Yamaha. Tetapi kalau timnya lemah atau tidak ingin mengembangkan si pebalap tapi pebalapnya berpotensi, dia bisa dipindah ke tim lain," Abidin melanjutkan.
 Gadis payung turut memeriahkan gelaran balap jalanan atau road race di Sirkuit Brigif Cimahi pada 13 Januari 2019. (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat Putratama H) |
Selain tim, pebalap, atau penyelenggara, pihak lain yang ikut kecipratan untung balap jalanan adalah para
umbrella girl atau gadis payung, yang hanya muncul saat balapan memasuki fase final.
Salah seorang gadis payung berusia 26 tahun, Rara, mengaku pekerjaan itu terbilang santai dan lebih banyak senggang. Dari sekitar delapan jam pelaksanaan road race, ia dan rekan-rekannya hanya bekerja selama satu hingga jam.
"Tugas utama gadis payung ya
mayungin [pebalap] saja. Sisanya lebih banyak senggang. Selama balapan, nunggu
start, nonton balap, selfie, foto-foto," ucap Rara.
Rara mengaku tertarik menjadi gadis payung karena selain tidak memakan waktu juga bisa mendapat teman baru. Bayarannya pun dia rasa sesuai.
"Tergantung event. Misalnya agen dapat Rp1 juta, dipotong jadi Rp500 atau Rp700 ribu untuk gadis payung. Memang kerja kita tidak capek, tapi time is money," Rara melanjutkan.
"Jumlah yang kami dapat dari agen itu bersih dengan transportasi sudah diantar-jemput. Tapi biasanya dapat uang tip dari penyelenggara, sekitar Rp300 ribu. Tapi uang tip ini jarang sekali saya dapat. Dari 2014 jadi gadis payung, mungkin hanya tiga kali dapat tip," Rara menambahkan.