Jakarta, CNN Indonesia -- Gelar adalah sebuah tujuan lumrah bagi seorang atlet
sepak bola. Hampa kiranya berstatus pemain bintang namun tak memiliki medali juara.
Harry Kane merasakan kekosongan itu. Pemain didikan akademi
Tottenham Hotspur yang kini menjadi ujung tombak timnas Inggris, mendadak menyuarakan keinginan hengkang.
"Tentu saya sering mendapat pertanyaan ini. Saya tidak bisa mengatakan ya atau tidak. Saya cinta Spurs tetapi saya selalu katakan jika kami tidak berkembang ke arah yang tepat. Saya bukan orang yang bisa menetap tanpa kejelasan," ujar Kane.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya pemain yang ambisius, saya ingin bergerak maju, lebih baik dan menjadi pemain papan atas. Semua tergantung klub dan bagaimana kami berkembang," sambungnya dalam wawancara dengan pengamat sepak bola yang juga mantan pemain Tottenham, Jamie Redknapp, di Instagram beberapa hari lalu.
 Penampilan Harry Kane mendapat perhatian dari klub-klub kenamaan di Eropa. (AP Photo/Kirsty Wigglesworth) |
Ada yang menganggap kata-kata Kane adalah suara hati yang frustrasi setelah melewati musim-musim kering prestasi. Setidaknya itu persepsi yang ditangkap oleh dua mantan pemain Inggris, Gary Lineker dan Rio Ferdinand, atas ucapan Kane.
Bagi bintang sekaliber Kane, pindah ke klub berstatus papan atas adalah jalan pintas merasakan selebrasi mengangkat trofi sambil diguyur sampanye.
Spurs, untuk saat ini, masih dalam level klub kuda hitam. Meski beberapa kali duduk di peringkat empat besar, klub asal London itu belum sebanding dengan klub-klub yang memiliki nama besar.
Real Madrid, Barcelona, dan Juventus adalah klub-klub besar yang memungkinkan Kane merasakan pesta juara. Meski Manchester United dan Manchester City kalah dari Liverpool dalam persaingan liga domestik musim ini, kedua klub tersebut juga bisa menjadi alternatif kesebelasan baru untuk Kane yang mencari gelar.
 Real Madrid merupakan salah satu klub yang cukup berhasil menjaga kemapanan dan menjadi lambang kesuksesan. (AP Photo/Hassan Ammar) |
Robin van Persie adalah salah satu contoh besar. Lama bermain di Arsenal, Van Persie kemudian memilih bergabung ke MU demi mengubah curriculum vitae. Cara seperti itu sejatinya tak haram, meski mengundang perdebatan.
Perpindahan pemain dari klub yang tergolong menengah ke klub terpandang, tak hanya terjadi semata lantaran keinginan pemain tetapi kadang juga dorongan klub. Dengan dukungan finansial yang kuat, klub-klub masyhur kemudian menarik pemain dari klub-klub 'medioker'.
Meski tak terang-terangan seperti Kane, ada pemain-pemain lain yang belakangan digosipkan bakal pindah dari klub medioker ke klub top seperti Jadon Sancho dan Erling Braut Haaland.
Borussia Dortmund jelas bukan klub semenjana, namun Die Borussen kerap kalah bersaing dalam perebutan juara domestik maupun Eropa. Sancho dan Haaland memiliki kans 'naik kelas' jika memilih kesebelasan yang memiliki peluang juara lebih tinggi.
Atau yang selama ini terjadi dengan Ajax. Produsen pemain berkelas yang kerap layu sebelum berkembang di level Eropa lantaran pemain-pemain muda didikan akademi De Toekomst sudah dipinang klub-klub pesaing. Frenkie De Jong dan Matthijs De Ligt adalah contoh teranyar.
Sepak bola tidak selalu berpihak kepada klub-klub top. Banyak contoh kejutan-kejutan yang terjadi di lapangan hijau, tetapi tak bisa dipungkiri fakta berbicara Tottenham tak pernah juara Premier League atau Dortmund kalah telak dalam jumlah gelar dari Bayern Munchen.
Yang pasti, seperti roda nasib yang terus berputar, status klub mapan pun bisa saja goyah seperti yang dialami MU atau AC Milan. The Red Devils si penguasa Liga Inggris pun kini sedang berjuang untuk kembali mendekatkan diri dengan podium, sementara Rossoneri masih mencari cara agar kembali akrab dengan papan atas. Sebaliknya Liverpool sedang bergerak bangkit menuju kejayaan.
[Gambas:Video CNN] (jal)