Jakarta, CNN Indonesia --
Oliver Bierhoff memulai petualangannya untuk menjadi pemain besar di Bundesliga. Pria yang tepat hari ini berusia 51 itu menjadikan Bayer Uerdingen sebagai klub pertamanya.
Dua musim di klub tersebut, Bierhoff diberikan kesempatan tampil cukup banyak. Ia bermain dalam 31 pertandingan tetapi hanya mencetak empat gol.
Bierhoff kemudian pindah ke Hamburger SV. Lagi-lagi penampilannya tak cemerlang hingga ia akhirnya pindah ke Borussia Monchengladbach tahun 1989.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bersama klub yang bermarkas di Borussia Park itu Bierhoff malah mandul. Penyerang kelahiran Karlsruhe, gagal mencetak gol dari delapan kesempatan tampil.
Gagal di Jerman, Bierhoff mencoba peruntungan dengan berkarier di Austria bersama Austria Salzburg tahun 1990. Performa Bierhoff membaik dengan menjaringkan 23 gol dari 31 pertandingan dan Salzburg mengakhiri musim di posisi kelima.
Kariernya yang cemerlang di Austria membuka pintu buat Bierhoff menjajal kerasnya persaingan di Serie A. Kala itu, tim raksasa Negeri Pizza, Inter Milan membeli Bierhoff dengan nilai transfer 400 ribu poundsterling.
Bayang-bayang kesuksesan seolah sudah berada di depan mata Bierhoff. Namun, bukannya kesuksesan yang ia dapat, Bierhoff justru dikirim ke klub promosi, Ascoli di musim 1991/1992.
Musim pertama Bierhoff di Italia juga ibarat bencana. Bierhoff gagal melanjutkan ketajamannya di Salzburg dan justru akrab dengan cedera. Sialnya lagi Ascoli harus turun kasta ke Serie B pada akhir musim.
Saat semua pihak mengira karier Bierhoff akan terus menurun, penampilan Bierhoff di Serie B justru moncer. Ia berhasil membuat Ascoli masuk dalam persaingan merebut tiket promosi dalam dua musim beruntun dengan menjaringkan total 38 gol.
[Gambas:Video CNN]Kontribusi besar Bierhoff untuk Ascoli menarik perhatian pelatih Udinese, Alberto Zaccheroni. Mr Zac yang melihat potensi besar striker asal Jerman itu lantas memboyong Bierhoff dengan transfer satu juta poundsterling.
Keputusan Bierhoff bergabung dengan Udinese terbukti tidak salah. Polesan Zaccheroni membuat Bierhoff mencapai level yang lain dalam kariernya. Sebanyak 17 gol dicetak Bierhoff di musim pertama yang sekaligus membuka pintu timnas Jerman asuhan Berti Vogts.
Bierhoff masuk dalam skuat Jerman di Piala Eropa 1996. Bierhoff pula yang muncul sebagai pahlawan usai masuk sebagai pengganti Mehmet Scholl di laga final melawan Republik Ceko.
Bierhoff mencetak dua gol yang membuat Jerman keluar sebagai pemenang dengan skor 2-1 atas Rep Ceko. Nama pemain yang dikenal sebagai raja duel udara ini pun dieluk-elukan banyak orang.
Di musim 1997/1998, Bierhoff yang sempat diragukan sudah menjelma sebagai bomber kelas dunia. Kerja sama Bierhoff dengan Marcio Amoroso dan Paolo Poggi juga membuat Udinese ditakuti tim-tim lain.
Tahun 1998 atau setelah tiga musim di Friuli, Bierhoff berlabuh di AC Milan. Kehadiran Bierhoff di San Siro tidak lepas dari penunjukkan Zaccheroni sebagai arsitek anyar Rossoneri.
Di musim pertamanya, Bierhoff langsung menghadirkan gelar
scudetto buat Milan yang dua tahun sebelumnya mengalami musim yang buruk. Bierhoff mencetak 17 gol dan 15 di antaranya melalui sundulan kepala.
Dua laga sebelum musim usai, Bierhoff mencetak
hattrick ke gawang Empoli yang membuat Milan menggeser pesaing utama, Lazio dari puncak klasemen. Di laga terakhir, sundulan Bierhoff ke gawang Perugia membuat Milan menang 2-1 dan tim kota mode berpesta di Stadion Renato Curi.
Setelah tiga musim di Milan, Bierhoff yang kian uzur menepi dengan bermain di Prancis bersama AS Monaco dan kemudian Chievo hingga akhirnya ia gantung sepatu tahun 2003 silam.
Selamat ulang tahun, Bierhoff!
(jal)