Jakarta, CNN Indonesia -- Frederic Oumar Kanoute, adalah salah satu mantan
pesepak bola muslim yang kerap disorot lantaran perilaku islami yang menonjol.
Kanoute berkibar ketika membela
Sevilla dari 2005 hingga 2012. Bersama Los Sevilistas, pemain timnas Mali itu meraih gelar Piala UEFA 2006 dan 2007, Piala Super UEFA 2006, Copa del Rey 2007 dan 2010, serta Supercopa Espana 2007. Pemain kelahiran Prancis tersebut menjadi pemain terbaik Afrika pada 2007.
Selebrasi gol berupa sujud atau tangan menengadah ke atas adalah segelintir hal yang dilakukan Kanoute untuk menunjukkan identitasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puasa ramadan di tengah kompetisi juga dilakukan pemain yang pernah berkostum Tottenham Hotspur tersebut.
"Mereka cukup curiga. Mereka berpikir mengapa saya tidak makan dan bertanya segala hal soal ini, dan Anda harus menjawab itu. Itu bagus karena menyangkut agama dan kita bisa berbicara soal itu. Mereka melihat saya sembahyang di ruang ganti. Saya tidak memikirkan bagaimana orang melihat saya. Itulah saya dan itulah jalan saya," kata Kanoute.
"Islam membantu saya berada di jalan ini, jadi ini normal. Ini adalah titian yang Anda ambil untuk membuat Anda tetap tenang, membantu berpikir mengenai tempat Anda tinggal, mencintai tetangga. Cukup aneh ketika saya mendengar banyak masalah terorisme karena itu berkebalikan dengan apa yang saya ketahui tentang islam," tambahnya dikutip dari
Independent.
 Frederic Kanoute tetap berpuasa saat aktif sebagai pemain. (Fabrice COFFRINI / AFP) |
Salah satu aksi Kanoute yang menarik perhatian adalah ketika ia menolak mengenakan kostum Sevilla dengan sponsor situs judi, yang tak sesuai dengan ajaran islam.
Kendati kemudian Kanoute memakai kostum dengan merek situs judi tersebut, mantan pemain Perancis U-21 itu menegaskan syarat menolak segala materi promosi terkait perusahaan tersebut. Kanoute juga menyumbangkan seluruh hasil penjualan seragam tanding tersebut untuk beramal.
Dalam kesempatan lain, pemain yang pernah merumput di Liga China bersama Beijing Guoan di akhir kariernya tersebut juga pernah menampilkan kaus dalam bertuliskan 'Palestine' ketika merayakan gol. Aksi yang kemudian membuatnya mendapat kartu kuning.
Kanoute pun pernah menyumbangkan gaji yang ia peroleh sebesar US$700 ribu atau sekitar Rp10,3 miliar untuk menyelamatkan masjid terakhir yang ada di Sevilla. Masjid yang sedianya hendak dijual karena populasi muslim yang kian berkurang di daerah tersebut alhasil tetap berdiri dengan nama mantan pemain West Ham United tersebut.
Top skor Piala Afrika 2004 itu tidak terlahir sebagai muslim. Kanoute baru memilih islam sebagai jalan hidup ketika berusia 20. Tak hanya pindah agama, Kanoute lantas belajar mengenai makna tujuan hidup yang tak sekadar bekerja, makan, dan tidur.
Pelajaran agama dan pengalaman hidup membentuk Kanoute menjadi seorang yang begitu dermawan dan solider. Sebuah lembaga bernama Yayasan Kanoute pun berdiri. Salah satu programnya adalah membentuk Desa Anak Sakina yang berada di Mali yang bertujuan membantu anak-anak tuna wisma, dan yatim piatu.
"Selalu menyenangkan diakui sebagai pemain sepak bola yang baik, tetapi pada akhirnya, terutama karena saya seorang yang beriman, saya tahu apa yang harus saya pertanggungjawabkan."
"Bukan karena saya telah mencetak berapa gol atau memenangkan berapa trofi, ini tentang bagaimana saya menghabiskan waktu di dunia dan apa yang saya lakukan untuk orang lain dan membuat diri ini berguna bagi orang lain," ujar Kanoute dikutip dari
The Guardian.
[Gambas:Video CNN] (nva/har)