Jakarta, CNN Indonesia -- Selain
Mesut Ozil,
Jerman memiliki Fatmire Alushi gelandang muslim imigran yang turut mengantar Die Nationalelf menjadi juara
Piala Dunia 2007.
Fatmire Alushi memiliki nama asli Fatmire Bajramaj. Alushi adalah nama sang suami yang juga merupakan seorang pesepak bola dan memiliki 10 caps di timnas Kosovo, Enis Alushi.
Ketika memperkuat timnas Jerman di Piala Dunia Wanita 2007, Fatmire masih menggunakan nama belakang Bajramaj dalam daftar pemain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika itu, Fatmire masih 19 tahun dan menjadi pemain cadangan. Kendati bukan starter, perempuan kelahiran 1988 itu memiliki andil dalam kemenangan Jerman dengan mengirim sebuah assist pada partai final melawan Brasil.
 Fatmire Alushi pernah menjadi salah satu andalan timnas wanita Jerman. (Photo by PATRIK STOLLARZ / AFP) |
Bakat Fatmire agaknya diturunkan dari sang ayah yang merupakan pesepak bola profesional di Kosovo, Ismet Bajramaj.
Fatmire tak mengikuti jejak orang tua berkarier di negara kelahirannya, lantaran harus mengungsi. Pada usia lima tahun Fatmire diboyong keluarganya menuju Moenchengladbach, Jerman karena perang etnis yang pecah di Eropa Timur.
Bukan perkara mudah menghindari serangan orang-orang Serb. Fatmire dan keluarganya harus sembunyi-sembunyi berjalan dini hari dan menerobos hutan dan gunung sebelum sampai di rumah penampungan di Jerman.
Masa lalu yang tak mudah, bukan menjadi lumbung dendam bagi Fatmire yang menjadikan sepak bola sebagai pilihan hidup di kemudian hari.
"Masa lalu saya sungguh keras, tetapi saya menyukainya. Jika orang bertanya pada saya, apakah itu sebuah masalah, saya akan katakan, 'tidak terlalu.' Saya sudah belajar banyak," akunya.
Meski sempat menutup-nutupi kemahiran mengolah bola dari sang ayah, talenta Fatmire kemudian mendapat restu. Fatmire pun menjadi bintang di Jerman dan sudah dipercaya menjadi anggota timnas sejak kelompok usia 15 tahun.
Pemain terbaik Jerman 2011 itu sempat mempertimbangkan pensiun setelah menikah pada akhir 2013, namun sang suami menyarankan Fatmire mencoba kompetisi sepak bola di luar Jerman. Pemain yang memulai karier profesional di klub FCR 2001 Duisburg itu kemudian menandatangani kontrak dengan Paris Saint-Germain.
 Fatmire Alushi pernah menjadi pemain terbaik Jerman. (Photo by JOHANNES EISELE / AFP) |
Ketika bermain di Perancis, sebuah insiden terjadi di kantor majalah Charlie Hebdo. Penyerangan tersebut diyakini sebagai reaksi atas redaksional majalah satir tersebut kepada umat islam.
Pelaku yang ditengarai sebagai muslim membuat banyak orang bertanya-tanya kepada Fatmire lantaran latar belakangnya sebagai muslimat.
"Itu adalah sebuah bencana. Orang-orang itu, mereka bukan muslim. Mereka memiliki agama sendiri. Bukan Islam yang damai," ujar Fatmire dikutip dari
ESPN.
Fatmire mengaku bukan orang yang senantiasa beribadah salat lima waktu, puasa Ramadan pun tak selalu dijalankan lantaran kesibukannya, namun penghuni peringkat ketiga Ballon d'Or 2010 itu memiliki penilaian perihal menjadi muslimat.
"Bagi saya menjadi seorang muslim yang baik adalah dengan berbuat baik, suka menolong, dan menghormati orang lain," kata Fatmire yang mengaku merasa damai ketika bisa beribadah di masjid.
Kini Fatmire tak lagi berjibaku di lapangan hijau. Setelah memiliki anak pada 2015, pemain dengan 79 caps dan 18 gol untuk timnas Jerman itu memutuskan gantung sepatu.
[Gambas:Video CNN] (nva/ptr)