Mantan pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl, meninggal dunia di Wina, Austria, pada Senin (7/9) malam waktu setempat. Kabar meninggalnya Riedl diketahui dari laporan Sport24.
Riedl bukan hanya melekat dengan Timnas Indonesia. Pelatih yang tutup usia 70 tahun itu juga dekat dengan Vietnam.
Lihat juga:Alfred Riedl Meninggal Dunia |
Hubungan emosional Vietnam dengan Riedl bukan hanya karena pelatih asal Austria itu sering melatih di negara tersebut. Pada 2006, Riedl mengalami peristiwa yang akan selalu diingat seumur hidupnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika itu Riedl sedang mengalami masalah kesehatan. Pelatih yang sudah tiga kali menangani timnas Vietnam itu harus menjalani operasi cangkok ginjal. Awalnya, rumor kesehatan Riedl sempat simpang siur.
"Sebelum media menulis sesuatu yang bodoh, saya melakukan konferensi pers. Saya bilang ke mereka, saya harus menjalani transplantasi dan berencana melakukannya di tiga atau empat bulan pertama 2007," ujar Riedl seperti dilansir dari ESPN FC.
Beberapa hari kemudian, puluhan warga Vietnam menawarkan donor ginjal kepada Riedl. Para calon donor itu ada yang bekerja sebagai pegawai bank, sopir truk, pedagang dan biksu.
"Kami kemudian membawa dua kandidat pendonor ke Austria untuk menjalani operasi. Pendonor meninggalkan rumah sakit setelah enam hari, sedangkan saya sembilan hari," ucap Riedl.
Hingga kini, Riedl masih merahasiakan nama pendonor ginjalnya. "Saya masih melakukan kontak dengan pendonor, dan sekarang saya sudah sehat," ujar Riedl.
Riedl sempat dibuat menangis oleh salah satu stasiun televisi Indonesia pada 2010. Ketika itu, mantan pemain timnas Austria tersebut dipertemukan dengan pendonornya.
"Tiba-tiba dokter timnas Vietnam yang membantu saya datang. Beberapa menit kemudian, pendonor saya juga muncul. Keduanya ada di Jakarta. Itu sangat emosional," ucap Riedl.
Riedl mengaku berutang nyawa dengan pendonor asal Vietnam tersebut. Riedl mengatakan, tidak akan bisa membalas jasa pria Vietnam tersebut.
"Dia menyelamatkan nyawa saya. Tanpa donornya, maka saya harus menjalani cuci darah tiga kali dalam sepekan. Itu seperti berada di akhir kehidupan," ujar Riedl.
(jal/jal/jun)