Pengamat sepak bola nasional, Supriyono menilai Witan Sulaeman bisa memberikan pengaruh seperti Arjen Robben di Timnas Indonesia U-19. Namun, Witan dinilai harus konsisten untuk sampai di level tersebut.
"Harapan saya Witan bisa bermain seperti Arjen Robben karena sudah punya senjata yang positif. Harusnya kemampuannya itu bisa jadi andalan. Seperti Robben, dia bisa buat lawan jadi kebingungan. Ketika taktik Shin Tae Yong mengalami kebuntuan, kebintangan Witan bisa jadi pembeda," ucap Supriyono kepada CNNIndonesia.com, Jumat (9/10).
Supriyono mengaku belum puas melihat penampilan Witan saat Timnas Indonesia U-19 menang 3-0 atas NK Dugopolje pada laga uji coba yang digelar di Stadion NK Uskok Klis, Split, Kroasia, Kamis (8/10) malam WIB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Supriyono, Witan yang saat ini berkarier di klub Serbia, FK Radnik Surdulica harusnya bisa tampil jauh lebih baik dan konsisten sebagai pembeda bersama Garuda Muda.
"Dari sisi hasil oke. Tapi sebagai mantan pemain saya masih geregetan, terutama Witan. Harapan saya dia kan main di Eropa, warnanya harus mengkilat. Maksudnya dia bisa memberikan warna di tim, baik secara individu oke dia cetak gol tapi masih jauh dari harapan untuk Witan," kata Supriyono.
![]() |
Witan kerap menunjukkan kebolehannya bersama Timnas Indonesia U-19 dalam rangkaian laga uji coba di Kroasia. Termasuk dengan mencetak gol ketika Garuda Muda mengalahkan NK Dugopolje, klub Liga 2 Kroasia melalui sundulan.
Dalam dua laga uji coba terakhir Witan juga cukup mampu memberikan perbedaan buat tim di lini tengah. Namun demikian, Supriyono mengatakan masih banyak hal yang harusnya bisa dipertajam dan lebih konsisten.
"Contoh ketika di pertandingan sebelumnya [melawan Dinamo Zagreb] dia bisa mencetak satu gol dengan cutting inside ke dalam kemudian shoot. Sebenarnya dia punya kemampuan dan kualitas, tapi kemarin itu tidak ada, hilang lagi. Dia tidak konsisten."
Saat mengalahkan Dugopolje, Shin Tae Yong juga memberikan kesempatan kepada dua pemain yaitu Yofandani Damai dan Muhammad Fadhil untuk bermain di babak kedua.
Di mata Supriyono, kontribusi Fadhil dan Yofandani belum signifikan. Pergantian pemain yang terjadi di babak kedua juga disebut membuat terjadinya perubahan pada ritme dan cara bermain Timnas Indonesia U-19.
"Di awal kita mendominasi, mengontrol permainan. Babak kedua kita malah mengikuti pola mereka karena pemain pengganti menurut saya belum mampu merespons taktik yang diinginkan Shin Tae Yong. Chemistry juga kan terbentuk ketika sering bermain," ujar Supriyono.
Dua penggawa Timnas Indonesia U-19 juga mengalami cedera dalam pertandingan tersebut, yakni Mochammad Supriadi dan Bagas Kaffa. Bahkan, Supriadi dan Bagas yang tampil sebagai starter tidak bisa bermain selama 90 menit dan harus ditandu keluar lapangan.
Supriadi harus ditarik keluar karena mengalami cedera pada menit ke-30. Supriadi tidak mampu melanjutkan pertandingan usai dilanggar dengan keras oleh pemain Dugopolje. Sedangkan Bagas mengerang kesakitan setelah ditekel keras pemain Dugopolje lainnya di bagian telapak kaki pada menit ke-60.
Lihat juga:Messi Tak Ingin Koeman di Barcelona |
"Saya lihat sepintas Supriaadi sepertinya agak berat cederanya. Mendekati area lutut ketika dia terjatuh. Kalau Bagas sepertinya dihajar dari belakang ya. Mudah-mudahan beberapa hari ke depan mereka bisa kembali berlatih. Tapi jangan dipaksakan. Ini momen bagus untuk pemain lapis kedua walaupun kata Shin Tae Yong tidak ada pemain lapis satu atau dua."
"Dengan adanya pemain cedera, mudah-mudahan pemain yang tidak belum kesempatan bisa unjuk gigi dan plan B bisa berjalan, jangan plan A terus. Akan banyak variasi serangan dari taktik dan strategi," ungkapnya.
Setelah laga melawan Dugopolje, Timnas Indonesia U-19 akan menghadapi Makedonia Utara yang berlangsung pada 11 Oktober mendatang.
(ttf/jal)