Dengan pengalaman tampil di ajang Grand Prix sejak 1959, keterpurukan Honda di MotoGP 2020 merupakan hasil dari sikap naif Honda Racing Corporation (HRC).
MotoGP 2020 menandai catatan terburuk Honda di ajang kelas primer Grand Prix. Dari delapan seri yang sudah dijalani, belum pernah ada pembalap Honda yang naik podium di MotoGP 2020.
Statistik menunjukkan ini adalah kali pertama dalam sejarah era MotoGP tidak ada pembalap Honda yang naik podium di delapan seri awal. Jika ditarik lebih jauh, rekor buruk itu tidak pernah terjadi sejak Honda kembali ke kelas primer Grand Prix sepeda motor pada 1982.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga saat ini finis terbaik oleh pembalap Honda diraih Takaaki Nakagami. Pembalap LCR Honda itu hampir naik podium ketika finis keempat pada balapan MotoGP Andalusia.
![]() |
Statistik juga menunjukkan untuk kali pertama sejak musim 2007 tidak ada pembalap Honda yang meraih kemenangan. Ketika itu Dani Pedrosa baru mampu merebut kemenangan untuk Honda di seri kelima di MotoGP Jerman.
Honda hanya bisa menyalahkan diri sendiri atas kegagalan mempertahankan gelar di MotoGP 2020. Alasannya tentu saja karena HRC terlalu memberi kepercayaan kepada seorang Marc Marquez.
Tidak bisa dipungkiri lagi kombinasi Marquez dan sepeda motor RC213V adalah jaminan sukses. Sejak Marquez promosi ke MotoGP pada 2013, hanya satu kali pembalap berjuluk The Baby Alien itu gagal merebut gelar juara dunia, yakni pada 2015.
Sukses itu membuat Honda fokus pada membangun sepeda motor untuk Marquez. Saran pembalap lain mungkin dianggap hanya angin lalu. Sebuah strategi yang menghukum Honda sangat keras di MotoGP 2020.
Direktur tim Repsol Honda Alberto Puig tetap berdalih strategi yang diterapkan HRC sudah tepat. Selama Marquez bisa memberi gelar juara, HRC akan terus memberi kepercayaan kepada Ant of Cervera.
"Apapun yang kalian katakan, Anda harus melihat siapa yang menang dan kami sudah membangun paket yang sangat kuat. Apakah Anda pernah melihat pembalap tidak bertalenta memenangi gelar? Biasanya hanya pembalap bertalenta dengan sepeda motor bagus, atau tidak terlalu bagus, yang menang. Jelas Marquez bertalenta, dan paket sepeda motor bekerja keras," ujar Puig.
Pernyataan Puig di atas menunjukkan betapa naif atau lugunya HRC. Padahal Honda sudah tampil di ajang Grand Prix sejak 1959.
Puig dan HRC melupakan hal penting, terutama MotoGP adalah olahraga individu yang penuh risiko. Ketika pembalap andalan suatu tim, dalam hal ini Marquez, mengalami cedera, maka sulit bagi tim tersebut meraih kemenangan.
Itu yang dirasakan Honda saat ini. Ketika mereka terlalu memberi kepercayaan kepada Marquez, membangun RC213V sesuai keinginan Marquez, maka sulit bagi pembalap Honda yang lain bisa meraih kemenangan.
Honda memang tidak beruntung dengan Cal Crutchlow yang juga sering mengalami cedera musim ini. Padahal pembalap asal Inggris itu merupakan paling berpengalaman dengan RC213V sejak Dani Pedrosa meninggalkan Repsol Honda.
Tapi apakah dengan Crutchlow dalam kondisi sehat Honda bisa meraih kemenangan di MotoGP 2020? Jawabannya kemungkinan besar tidak. Kenapa? Karena dari tiga kemenangan yang diraih Crutchlow di MotoGP sejauh ini, dua di antaranya terjadi di trek basah (Ceko 2016 dan Argentina 2018) dan satu ketika Marquez terjatuh saat memimpin MotoGP Australia 2016.
Tanpa mengecilkan kemampuan Crutchlow, pembalap asal Inggris itu juga sudah menurun performanya sejak MotoGP 2019. Salah satu alasannya jelas karena Honda membangun RC213V untuk lebih cocok dengan gaya membalap Marquez.
Honda juga naif untuk berpikir RC213V bisa ditunggangi pembalap selain Marquez. Bahkan seorang Jorge Lorenzo yang sempat mengklaim 'saya bisa cepat dengan sepeda motor apapun', langsung menyerah usai musim pertama bersama Repsol Honda dan memutuskan pensiun setelah tidak bisa menaklukkan RC213V.
Sebenarnya tanda-tanda RC213V sepeda motor yang sulit ditaklukkan sudah muncul sebelum Lorenzo bergabung dengan Repsol Honda. Yakni ketika Franco Morbidelli, Tito Rabat, dan Tom Luthi kesulitan di MotoGP bersama RC213V. RC213V tidak ramah untuk pembalap baru. Hal itu juga yang dialami Alex Marquez musim ini.
Lihat juga:Rossi Siap Jadi Koboi di MotoGP Prancis |
Sekarang kita mungkin semakin bisa mengerti kenapa HRC memutuskan untuk memberi durasi kontrak empat tahun kepada Marquez hingga MotoGP 2024. Padahal biasanya sebuah tim MotoGP memberi durasi kontrak maksimal dua tahun.
HRC sepertinya sadar hanya Marquez yang bisa membuat mereka juara. Namun, keputusan itu benar-benar menghukum Honda ketika Marquez cedera dan harus absen panjang.
HRC harusnya mendengar masukan pembalap lain terkait pengembangan RC213V agar situasi di MotoGP 2020 bisa terhindari. Saat ini kita hanya bisa mengungkap kekecewaan terhadap sikap naif HRC dengan mengatakan, "Honda, oh Honda"
(har)