AC Milan pantang jemawa di Liga Italia dan perlu lebih mawas diri guna menjaga posisi dalam perebutan gelar juara musim ini.
Di antara pemuncak klasemen di liga-liga top Eropa, hanya Milan yang belum terkalahkan hingga kini. Terakhir, Rossoneri menang 2-1 atas Sassuolo di Stadion MAPEI pada pekan ke-13 Serie A, Minggu (20/12).
Pada musim ini, Milan begitu menikmati performa apik mereka sejak awal. Terhitung sejak kompetisi musim lalu dimulai di masa pandemi, Milan tidak terkalahkan dalam 25 pertandingan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Racikan pelatih Stefano Pioli terbukti ampuh untuk Gianluigi Donnarumma dan kawan-kawan. Pioli menggunakan 4-3-1-2, 4-3-3, dan 4-4-2 pada musim lalu, namun baru dengan 4-2-3-1 Milan tampil begitu trengginas dan sulit dikalahkan lawan.
Lihat juga:Joe Rogan Sebut Khabib Penipu di UFC |
Skema 4-2-3-1 itu juga yang dipertahankan Pioli di musim ini, termasuk dengan mengubah komposisi pemain di dalam formasi tersebut.
Posisi sayap kanan yang biasa ditempati Samu Castillejo kini berpindah tangan jadi milik Alexis Saelemaekers. Begitu juga dengan di sayap kiri, Milan lebih sering memainkan Rafael Leao dibanding Ante Rebic.
Pada musim lalu, Leao banyak diturunkan sebagai penyerang tengah, tetapi di musim ini posisi itu diserahkan kepada Zlatan Ibrahimovic.
Mempertahankan Pioli jadi faktor lain yang menentukan pencapaian Milan sejauh ini. Sebelumnya Milan santer dikaitkan dengan mantan pelatih RB Leipzig Ralf Rangnick.
Milan membidik Rangnick lantaran performa mereka sejak awal musim lalu hingga pertengahan tidak kunjung stabil, dan terkesan kesulitan masuk ke zona Eropa.
![]() |
Akan tetapi, nasib juara Liga Italia 18 kali itu itu berubah setelah kompetisi kembali dilanjutkan di masa wabah Covid-19 pada Juni lalu.
Sejak pekan ke-27, Milan tidak terkalahkan daam 12 pertandingan hingga akhir musim, menang 9 kali dan 3 kali imbang.
Keputusan menjaga Pioli tetap di San Siro tepat bagi Milan. Di tangan Pioli, Zlatan Ibrahimovic dan kawan-kawan kini jadi salah satu penantang juara Liga Italia yang terakhir kali mereka raih pada musim 2010/2011.
Meski demikian, Milan tidak boleh berdiam diri pada putaran kedua Liga Italia mulai Januari mendatang. Milan perlu berbenah entah menambah atau melakukan perubahan skuad jika tidak ingin mimpi juara Liga Italia setelah 10 musim hilang.
Yang pasti kedalaman skuad Milan perlu ditingkatkan guna menjaga persaingan juara hingga akhir musim. Milan butuh tim yang selalu bisa memberikan hasil positif di setiap pertandingan.
Jika tidak, rival terdekat Milan, Inter Milan dan Juventus bisa dengan mudah mengudeta posisi puncak klasemen dan menjauhkan Il Diavolo dari podium juara.
Saat ini Inter sudah memberikan ancaman nyata kepada Milan. Setelah tersingkir dari Liga Champions dan tidak lagi berpartisipasi di kompetisi Eropa, Inter bangkit dengan meraih tiga kemenangan beruntun di Liga Italia.
Tren positif Nerazzurri tersebut jadi alarm bahaya bagi Milan. Pasalnya, di putaran kedua nanti tim asuhan Antonio Conte itu akan lebih fokus pada Liga Italia dan Coppa Italia setelah tidak lagi tampil di Eropa. Sementara itu, Milan masih bermain di Liga Europa.
Sejauh ini Milan masih memiliki skuad utama yang bisa bersaing di Liga Italia. Dengan komposisi seperti Ibrahimovic, Leao, Saelemaekers, Franck Kessie, hingga Alessio Romagnoli, dan Simon Kjaer, Milan bisa menang atas Inter (2-1) hingga 3-1 atas Napoli.
Tetapi, ketika sejumlah pemain pelapis diturunkan, Milan seperti mendadak kehilangan cara untuk menang. Milan pernah kalah 0-3 dari Lille, ditahan imbang AS Roma 3-3, bahkan sempat diimbangi dua tim papan bawah Parma (2-2) dan Genoa (2-2).
![]() |
Imbang melawan Parma dan Genoa yang kini menghuni papan bawah bukan hasil positif bagi tim sekelas Milan. Kondisi itu menunjukkan pemain-pemain seperti Ante Rebic, Samu Castillejo, Pierre Kalulu, hingga Diogo Dalot belum layak dimainkan sejak menit awal.
Setafno Pioli butuh tambahan pemain berkualitas lain sehingga Milan tetap kompetitif di setiap pertandingan, baik di kompetisi domestik maupun di Liga Europa.
Intimidasi kepada Milan tidak saja datang dari Inter, melainkan juga juara bertahan Juventus yang kini menghuni peringkat ketiga klasemen.
Milan tidak bisa memandang remeh Bianconeri yang saat ini sedang dalam masa transisi karena dilatih Andrea Pirlo.
Meski tertinggal 4 poin di belakang Milan, Juventus juga belum terkalahkan di musim ini. Ditambah lagi, Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan bisa lolos ke babak 16 besar Liga Champions sebagai juara grup.
Dua faktor itu bukti Juventus memiliki kedalaman skuad yang bagus dan bisa jadi ancaman lain bagi Milan di Serie A.
Sejauh ini Milan dikabarkan tertarik mendatangkan striker Real Madrid Luka Jovic. Penyerang asal Serbia itu bisa jadi pilihan tepat bagi Milan lantaran mereka masih bermasalah dengan penyerang tengah ketika Ibrahimovic absen.
Ibrahimovic memiliki catatan fantastis di Liga Italia musim ini. Striker Swedia itu mencetak 10 gol dari 6 pertandingan. Tanpa Ibrahimovic, Milan masih bisa menang 5 kali dan dua kali imbang. Akan tetapi, 12 dari 14 gol yang dicetak Milan selama Ibrahimovic absen bukan berasal dari penyerang tengah.
Kondisi itu menunjukkan Milan membutuhkan kekuatan baru di lini serang. Saat ini boleh jadi Milan kuat di sektor tengah dan belakang, namun perlu diakui juga masih lemah dalam membobol gawang lawan, terlebih lagi saat Ibrahimovic absen.
Selain Jovic, nama penyerang Atalanta Sam Lammers juga dikaitkan dengan Milan baru-baru ini.
Milan perlu mendatangkan penyerang tangguh lain di putaran kedua. Jika tidak, bukan tidak mungkin Rossoneri akan kehabisan bensin di putaran kedua Liga Italia musim ini. Apabila hal itu terjadi, maka hasrat menjuarai Serie A 2020/2021 bisa benar-benar jadi mimpi.
(jal)