ANALISIS

Bisikan Orang Dekat Ketua PSSI, Kinerja Sekjen Jadi Kunci

Titi Fajriyah | CNN Indonesia
Senin, 21 Des 2020 19:05 WIB
PSSI lagi-lagi blunder. Kali ini Persipura Jayapura yang jadi korban salah ambil keputusan terkait penetapan wakil Indonesia di Piala AFC 2021.
Keputusan PSSI kembali menjadi polemik. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

PSSI lagi-lagi blunder. Kali ini Persipura Jayapura yang jadi korban salah ambil keputusan terkait penetapan wakil Indonesia di Piala AFC 2021.

Kesalahan fatal yang dilakukan PSSI adalah tidak membaca Entry Manual AFC Club Competition 2021 yang telah ditetapkan. Padahal, di salah satu isi manual tersebut, tepatnya di pasal 9 terkait sporting criteria, jelas disebutkan siapa saja klub yang bisa mewakili negara untuk tampil di ajang AFC.

Mulanya PSSI melalui rapat Exco pada Rabu (16/12) memutuskan Persija Jakarta dan Bali United sebagai perwakilan resmi Indonesia di ajang Piala AFC 2021. Bali United ditunjuk karena berhasil menjadi juara Liga 1 2019, sedangkan Persija yang merupakan runner-up Piala Indonesia 2018/2019 ditunjuk karena sang juara, PSM Makassar, tidak lolos lisensi klub AFC.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika mengacu pada manual atau ketentuan yang ditetapkan AFC, perwakilan negara secara berurutan adalah juara liga domestik tertinggi, juara Piala Liga, runner-up liga domestik, peringkat ketiga liga domestik atau peringkat keempat klasemen liga jika negara tersebut tidak menggelar Piala Liga.

Dalam hal ini Persebaya yang notabene runner-up Liga 1 2019 juga tidak lolos lisensi, sehingga seharusnya jatah Piala AFC 2021 jatuh ke tangan Persipura Jayapura sebagai peringkat ketiga.

Penunjukan Persija oleh PSSI membuat manajemen Persipura angkat bicara. Ketua Umum Persipura Jayapura Benhur Tomi Mano meminta PSSI untuk memberikan alasan dan penjelasan atas penunjukan Persija sebagai wakil Indonesia di Piala AFC mendampingi Bali United.

Tim Persipura Jayapura berpose bersama sebelum melawan tim Persebaya pada pertandingan Liga 1 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (2/8/2019). Persebaya menang atas Persipura Jayapura dengan skor 1-0. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/pd.Persipura Jayapura protes atas keputusan PSSI. (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)

Bahkan, Tomy Mano juga mengingatkan kepada Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan atau yang akrab disapa Iwan Bule agar lebih berhati-hati terhadap orang-orang dekat di kepengurusannya.

"Tidak semua bekerja tulus untuk membantu, termasuk yang di Exco. Jangan sampai kesalahan atau kekeliruan beberapa orang tapi merugikan kita semua. Risikonya bisa ditanggung 270 juta rakyat Indonesia, nanti kita semua dianggap tidak mengerti aturan, dan ujungnya nanti yang disalahkan adalah Ketua Umum PSSI, jadi saya mohon Pak Iwan Bule untuk lebih mawas dengan orang-orang dekatnya," ungkap Benhur melalui pernyataan resmi yang diterima CNNIndonesia.com, Minggu (20/12).

Atas reaksi Persipura itu PSSI memberikan waktu satu hari kepada Tim Mutiara Hitam untuk membereskan semua administrasi dan persyaratan untuk AFC. Mepetnya waktu persiapan juga ikut dikritisi Tomy Mano.

Menurut Tomy Mano, seandainya hasil rapat Exco tanggal 16 Desember 2020 itu sesuai manual AFC, Persipura pasti punya lebih banyak waktu untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Pasalnya, waktu satu hari yang diberikan PSSI cukup membuat Persipura kerepotan untuk menyiapkan semua persyaratan yang diminta.

GIF Banner Promo Testimoni

Pengamat sepak bola nasional M. Kusnaeni melihat kesalahan PSSI dalam mengambil keputusan terkait wakil ke Piala AFC 2021 lebih ke persoalan manajemen organisasi ketimbang politis. Bukan juga soal pembisik maupun Exco yang dianggap tidak tulus dalam membantu kinerja seorang Ketua Umum PSSI.

Kusnaeni menyebut PSSI saat ini tidak berfungsi sebagai organisasi yang benar-benar utuh dalam menjalankan kepengurusan. Kusnaeni menganggap masalah PSSI dengan Persipura tidak akan terjadi jika Kesekjenan PSSI menjalankan tugas dengan baik.

"Kalau Exco membuat keputusan atau kebijakan harusnya persoalan krusial. Kalau masalah teknis harusnya ditangani kepengurusan PSSI di bawah kesekretariatan jendral [Kesekjenan] yang punya masing-masing departemen."

"Urusan perwakilan Indonesia di Liga Champions, Piala AFC dan lain-lain itu masuknya urusan teknis, karena ada regulasi dari masing-masing event. Kesekjenan di bagian teknis seharusnya yang membaca regulasi dan mencocokkan dengan kondisi di Indonesia," jelas Kusnaeni.

Ketika diputuskan melalui rapat Exco PSSI, lanjut Kusnaeni, departemen teknis di Kesekjenan tersebut yang akan membeberkan hasil analisa mereka sesuai dengan regulasi yang telah ditetapkan AFC. Selanjutnya PSSI melalui rapat Exco akan memutuskan sesuai dengan hasil analisa dari regulasi tersebut.

[Gambas:Video CNN]

"Ini bukan lagi urusan Exco PSSI untuk mempelajari regulasi dan mencocokkan dengan kondisi di Indonesia, tetapi itu urusan teknis. Jadi bukan kerjaan Exco PSSI itu," tegasnya.

Kusnaeni lebih lanjut menganggap bagian teknis di Kesekjenan PSSI selama ini tidak difungsikan dengan baik. Hal ini mengindikasikan manajemen organisasi PSSI belum difungsikan sepenuhnya, terutama pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) di kepengurusan.

"Jangan semua berpulang ke figur tertentu, bagian teknis urusan teknis. Bagian yang lain urusan yang lain. Menurut pandangan saya, siapa yang bertanggung jawab atas hal ini, ya sekjen."

"Karena departemen teknis tidak berjalan maksimal, dianggap tidak patuh regulasi makanya membuat keputusan yang berbeda dan itu memberi dampak tidak bagus buat Indonesia dan federasi sepak bola. Memberi kesan organisasi sepak bola Indonesia tidak bagus," jelas Kusnaeni.

Mochamad Iriawan. CNN Indonesia/Bisma SeptalismaMochamad Iriawan diminta untuk waspada terhadap orang-orang dekatnya di PSSI. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)

Sebelumnya, Plt Sekjen PSSI Yunus Nusi juga dianggap Kusnaeni punya andil soal polemik yang terjadi antara PSSI dan Pelatih Kepala Timnas Indonesia U-19 Shin Tae Yong. Manajemen Timnas U-19 berada di bawah Kesekjenan yang seharusnya cakap koordinasi dan komunikasi kaitannya dengan kebutuhan program Garuda Muda dalam persiapan menuju Piala Dunia U-20 2021.

Mulai dari kasus belum hadirnya Shin Tae Yong untuk menggelar latihan Timnas U-19 di pertengahan 2020 lalu, sampai kasus serupa di awal Desember kemarin yang menuntut Ketua Umum turun tangan. Padahal seharusnya hal teknis semacam itu bisa diselesaikan di ranah Kesekjenan.

Dari kesalahan PSSI itu, disebut Kusnaeni, sisi paling negatif yang ditimbulkan adalah membuat citra Indonesia di mata negara Asia dipandang tidak paham terhadap regulasi, bahkan tidak patuh regulasi. Kondisi ini tidak menguntungkan terlebih Indonesia sebentar lagi bakal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2021.

"Di manajemen organisasi ada simpul organisasi yang tidak bekerja dengan baik dan simpul itu ada di kesekjenan. Seorang Sekjen ini mengurus teknis dan rutinitas sehari-hari. Seorang sekjen harus punya waktu, kompetensi dan kapabilitas, paham regulasi dan teknis sepak bola. Posisi ini mutlak tidak bisa dirangkap. Lama-lama kasihan ketua umum jadi sering kena getah dari persoalan yang muncul di kesekjenan."

"Jadi menurut saya, kesekjenan itu harus dipegang profesional, tidak bisa dirangkap exco. Ini demi kebaikan organisasi, apalagi situasinya semakin dekat menuju Piala Dunia. Alangkah baiknya fungsi kesekjenan diperkuat dengan mendudukkan orang yang profesional bukan sekjen paruh waktu," tutupnya.

PSSI sudah meralat keputusannya dan mengikuti manual yang telah ditetapkan AFC. Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan juga mengungkapkan bahwa Plt Sekjen PSSI sudah meminta maaf atas kesalahannya.

"Jadi minta tolong tidak perlu diperpanjang lagi Plt Sekretaris Jenderal [PSSI] telah secara kesatria meminta maaf atas kesalahan yang dibuat oleh jajarannya. Semoga Bali United serta Persipura bisa berprestasi maksimal di AFC Cup tahun depan," ucap Iriawan kepada CNNIndonesia.com, Senin (21/12).

(nva)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER