Solskjaer seperti sudah dikatakan di atas telah menemukan ramuan yang pas pada taktik dan strategi yang diusung.
Jika di awal musim, Man Utd terseok-seok karena Solskjaer belum punya formasi pakem, yang berimbas pada para pemainnya kesulitan di lapangan.
Solskjaer sejauh 18 laga berjalan telah menggunakan tiga formasi. Yakni 4-1-2-1-2, 4-3-1-2, dan 4-2-3-1. Namun formasi terakhir yang akhirnya menjadi pakemnya hingga kini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Total Solskjaer sudah menerapkan formasi 4-2-3-1 di 16 laga. Dengan formasi itu, Man Utd dibuat bermain pragmatis. Empat bek mereka akan mendapat perlindungan dari dua jangkar di depannya.
Sementara tiga gelandang menjadi senjata andalan untuk mengkreasi peluang, termasuk untuk melancarkan serangan balik.
Dengan strategi tersebut, Man Utd punya Marcus Rashford, Mason Greenwoord, dan Bruno Fernandes maupun Daniel James, Juan Mata, Paul Pogba, Dony van de Beek. Di depan ada Anthony Martial atau Edinson Cavani menjadi penyelesai akhir.
Gaya main Man Utd di bawah kendali Solskjaer yang cenderung bermain menunggu lalu menghantam lewat serangan balik setidaknya sangat terbukti. Dari 16 laga, mereka meraih 10 kemenangan dan empat kali seri.
Tentu saja Solskjaer tak perlu naif untuk mengesampingkan taktik tersebut hingga akhir musim. Sebab permainan ini hanya akan dilihat melalui hasil akhir. Apapun caranya, yang terpenting Man Utd bisa menang dan memelihara kans untuk menjadi juara di akhir musim.
(osc/nva)